Ultimatum

1316 Kata
“f**k …,” gumam Esme setelah menyadari segalanya. Setelah memastikan dirinya berpakaian, Esme mendengar ada suara dari arah dapur berikut aroma lezat yang menguar dari sana. Di tempat itu Esme menemukan Jhon yang berdiri dalam kondisi setengah telanjang di depan kompor yang sedang menyala. Tampilan pria itu cukup menarik, terlebih dengan apron berwarna biru tua yang dia kenakan. “Oh … kau sudah bangun rupanya Ms. Gorgeous,” sapa pria itu sempat melirik ke arah Esme sebelum kembali sibuk dengan sutil ditangannya. Esme tersenyum cerah. “Aku pernah dengar kalau pria yang sedang memasak itu seksi. Tapi penampilanmu saat ini sungguh sangat menggelikan. Apa perlu kupinjami high heels-ku untuk menyempurnakan penampilanmu dan mewarnai hariku?” “Apakah pria dengan high heels adalah satu fantasi liarmu? Saya tidak menyangka kalau kau punya sisi yang begitu nakal. Tapi jujur saja kostum dan cross dressing seperti itu tidak menarik minat saya.” “Hm? Jadi kau tidak h***y melihat wanita dengan kostum seksi?” “Mungkin bila kau mau memakai kostum pelayan dan menuruti semua perintah saya lebih dari pada yang semalam kau lakukan, saya akan turn on. Tidak ada yang lebih menarik buat saya selain seorang wanita yang penurut.” Esme bersedekap memandang Jhon dengan angkuh dan tidak percaya. “Sepertinya kau punya masalah serius dengan kejiwaanmu. Kau harus sadar bahwa tidak semua wanita bersedia menuruti perintahmu.” “Ya, tapi saya tidak mengatakan omong kosong. Saya bicara dari pengalaman saya pribadi Ms. Gorgeous. Para wanita selalu bersedia menuruti saya terutama mereka yang sudah jatuh cinta,” sahut Jhon. “Oh … Man, aku tidak percaya kalau ada wanita yang begitu bodoh karena mau jatuh cinta lalu dimanfaatkan begitu saja. Tentu aku mengakui kalau kau itu tampan tapi hanya sebatas itu. Apa kau bangga dengan sikap manipulatifmu itu, Mr. Jhon?” “Apa itu adalah sebuah tantangan terbuka pada saya untuk membuktikan apa yang saya ucapkan? biar saya ingatkan Ms. Gorgeous, kau baru saja melanggar aturan dasar dari one night stand. Seharusnya kau sudah pergi dari semalam atau minimal bangun lebih pagi dari saya. Tapi kenapa kau masih disini dan berlagak seperti kita sudah saling kenal begitu lama. Apakah menurutmu sikap ini tidak berlebihan?” tanya Jhon terus terang, terlebih dia juga sudah tahu rahasia sang Ms. Gorgeous, akan sangat merepotkan bila mereka bersama terlalu lama. Lagipula Jhon pun terbiasa bersikap dingin dan sinis kepada para wanita yang sudah dia tiduri. Dia hanya mempertahankan boundaries-nya dan tidak ingin membiarkan para wanita salah paham atas keramahan yang dia perlihatkan diawal perkenalan mereka. Dia hanya butuh pengalaman ranjang dan tidak tertarik untuk diganggu dalam urusan emosional yang melibatkan cinta dan kasih didalamnya. “Hmm … begini saja, karena sepertinya kau butuh uang. Bagaimana bila kau menjadi budakku dan aku akan membayarmu dengan baik. Jujur saja aku suka performamu diatas ranjang,” ungkap Esme blak-blakan. Tentu saja hal ini karena dia tahu dengan uang apa saja bisa dia dapatkan, apalagi dia bukan saja kaya tapi juga memiliki kecantikan. Esme tahu value dirinya sendiri. Meskipun ini diluar kebiasaannya. Dia tidak pernah menyewa gigolo atau apapun itu karena buatnya seks terjadi atas dasar mau sama mau. Tetapi sekarang Esme hanya ingin memiliki Jhon dengan caranya. “Kamu pikir saya gigolo? Saya tidak mau menerima uang sepeserpun darimu!” sahut Jhon tersulut emosi atas penawaran yang Esme beri. Untuk beberapa alasan kini Esme merasa tidak enak pada Jhon, dengan sedikit kikuk Esme kemudian mencari cara yang lain untuk melunakan hati pria itu. “Oke, aku minta maaf kalau tawaranku tadi menyinggungmu. Bagaimana kalau kita berteman saja?” “Teman macam apa yang kamu maksud, Esme? Kamu dan saya dari dunia yang berbeda.” “Apa maksudmu dari dunia yang berbeda?” “Sudahlah, saya sarankan kembalilah ketempat asalmu dan jalani hidup kita masing-masing,” ujar Jhon cuek. Tetapi karena sikap acuh tidak acuh yang pria itu perlihatkan setelah mengetahui identitasnya, hal tersebut malah membuat Esme makin penasaran setengah mati. Bagaimana mungkin boleh begitu? Setiap pria yang tidur dengannya dan tahu identitasnya akan selalu mengiba dan mengibaskan ekornya seperti anjing. Tetapi pria ini … kenapa dia malah mengusirnya pergi? “Dengar, ini tidak mungkin. Apa kau baru saja mengusirku meski kau tahu siapa aku?” “Ya.” “Kau tidak punya niat untuk memanfaatkan kekayaanku?” tanya Esme tidak percaya dan Jhon hanya menggelengkan kepala. “Saya tidak tertarik dengan hal merepotkan seperti itu. Pintu keluarnya ada disana kalau kamu lupa,” sahut Jhon lagi sambil menunjuk ke arah pintu dengan sutil di tangan kirinya. “Kalau begitu begini saja. umm … kita sama-sama suka seks kan? kenapa kau tidak jadi patner ranjangku saja?” tawar Esme agak putus asa, dan tanpa diduga Jhon yang semula buang muka dan bersikap defensif kembali menatapnya lekat-lekat. “Penawaran tidak terduga, tapi kalau tidak salah dengar bukannya kamu bilang tidak ingin terlibat dengan saya lagi?” sahut Jhon sambil menyunggingkan senyum palsu guna menyindir tingkah polah Esme beberapa waktu yang lalu. “Kau harus tahu satu aturan tidak tertulisnya. Wanita selalu diijinkan untuk berubah pikiran, tetapi seorang pria harus konsisten dengan apa yang dikatakannya. Jadi bagaimana jawabanmu?” kilah Esme cepat. Wanita itu merasa bahwa dengan Jhon, dia akan mendapatkan banyak petualang baru yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Banyak pria yang sudah dia bawa keranjangnya tetapi mereka semua selalu berakhir membosankan, tetapi bersama Jhon? Esme rasa dia akan banyak memainkan variasi dalam setiap permainan mereka dan itu terdengar menjanjikan. “Tapi saya perlu peringatkan aturan mainnya. Bercinta dengan saya tidak selalu indah dan mudah, karena saya menginginkan seorang b***k yang selalu dengan senang hati bisa memuaskan hasrat saya.” Esme tersenyum lebar, tantangan sudah dilayangkan. “Oh ya? Kalau begitu buatlah Nona besar sepertiku bertekuk lutut menjadi budakmu. Kalau boleh jujur aku juga sedang mencari seorang pria yang bisa menaklukanku.” Bibir Jhon mendekatinya. “Untuk memulai kesepakatan ini kita berdua harus saling percaya, dengan itu maka permainan bisa berjalan. Saya tidak akan memaksamu untuk melakukah hal-hal diluar batasmu, dan kamu selalu bisa berhenti kapan saja. Kamu tidak perlu—” “Aku setuju,” potong Esme cepat, sepertinya rasa penasaran mengalahkan akal sehat. Jhon tersenyum singkat sebelum memberikan ciuman kilat. Pria itu kemudian bangkit dan pergi ke dalam kamar tidurnya. Tak lama dia kembali dengan sebuah choker simple yang terbuat dari perak di tengahnya. Dia berlutut dan mengaitkan kalung itu ke leher jenjang Esme. “Sekarang kau sudah menjadi milikku.” *** “Ayah. Kenapa kau selalu ikut campur?!” Esme betul-betul geram. Baru saja dia pulang, sang ayah sudah menanti di depan pintu dan sekarang laki-laki itu tiba-tiba saja memutuskan perjodohan tanpa sepengetahuannya. Apakah tidak salah? “Kau itu sudah cukup umur, kau tidak lihat teman-temanmu sudah menikah. Minimal bertunangan dulu saja,” kata Ethan pada sang putri. “Ayah! Aku akan menikah kalau aku mau tapi tidak begini caranya. Memangnya aku Siti Nurbaya? Lalu siapa lelaki k*****t yang ayah siapkan untukku? Seorang pria tua bangka dengan lemak di perutnya?” Esme tahu sangat tidak baik bicara dengan orangtua dengan nada tinggi dan kasar seperti ini. Tapi dia sudah kepalang emosi. Terlebih, ini terlalu mendadak. Baru saja Esme hendak memasuki lembaran hidup yang penuh petualangan, ayahnya sudah meminta dia ganti peran. Yang benar saja! “Kau tidak perlu khawatir soal fisiknya, lagipula kau sudah kenal dia. Calon tunanganmu itu Arthur Shelby.” “What?! Tidak mau. Pokoknya tidak! Ayah gila? Mana sudi aku menjadi menantu dikeluarga itu. Ayah tahu betul sejarahnya kan? Aku lebih suka menjomblo seumur hidup. Memangnya tidak ada lelaki lain di dunia ini selain dia apa?” “Akhir pekan nanti kau datanglah ke pesta pekan raya perusahaan mereka untuk menemani Arthur. Ini perintah Ayah, jangan membangkang atau macam-macam,” tutur Ethan dengan serius. Ini kali pertama Esme melihat ayahnya semenyeramkan itu. Apalagi ketika dia meninggalkan Esme pria itu sampai menutup pintu dengan sangat kencang. “Mati aku! Apa yang harus aku perbuat sekarang?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN