Arthur duduk di pinggir tempat tidur dengan sebelah tangan menggenggam erat ponsel yang beberapa saat lalu dia gunakan untuk menelepon Esme. Pria itu menghembuskan napas berat dan secara otomatis tangannya yang bebas memijat pangkal hidungnya. Selalu saja seperti itu, selalu saja setiap percakapan yang terjadi antara dia dan Esme tidak pernah berjalan dengan lancar dan mulus. Wanita itu selalu bersikap defensif, kasar dan selalu mencoba melawannya. Kalau dipikir lagi sebenarnya apa yang salah? Arthur saat ini hanya mencoba untuk membangun sebuah rasa familiar untuk saling mengenal dengan mengajaknya kencan sebelum mereka berdua resmi menikah seperti rencana kedua orang tua mereka. Toh, memangnya dia bisa menolak keputusan itu? Harusnya perempuan itu mulai belajar untuk menghargai dan mengh
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari