Sang Mantan Madam

1206 Kata
Ketika Esme memarahinya tiba-tiba mata Jhon menangkap figure seorang perempuan yang amat dia kenal. Meski mengenakan topeng, tetapi pembawaan dan tubuhnya terlalu familiar sehingga Jhon tertarik untuk mendekat. Hanya sekadar menyapa. “Maafkan saya, Gorgeous, saya ingin menyapa seseorang,” ujar Jhon tanpa merasa perlu berbalik dan mendapatkan izin dari Esme. Ia bahkan tidak ragu sama sekali ketika meninggalkan sang nona besar di lantai dansa begitu saja. “Tunggu! Jhon, kau mau kemana?” Esme berusaha mengejar Jhon yang beranjak pergi. Tetapi jangankan menjawab, Jhon bahkan tidak bersedia berbalik sama sekali untuk mengatakan kemana dia hendak pergi. Malah Jhon tetap berjalan lurus dan mengabaikan Esme begitu saja seolah dia tidak berharga. Esme jelas kesal karena perlakuan Jhon yang meninggalkannya tanpa kejelasan. Apalagi setelah dia tahu kemana arah sang pria menuju. Esme melihat Jhon mendekati seorang perempuan berambut pirang dengan d**a yang besar. Menyadari hal tersebut, entah mengapa Esme jadi dua kali lipat lebih sebal. Dia merasa bahwa dia tidak cukup bagus untuk Jhon sebab pria itu bisa mengacuhkannya demi mendekati seorang perempuan bahkan dengan keinginannya sendiri. Tidak seperti saat bersama Esme, karena selalu saja dia yang membuat pendekatan pada pria itu untuk mendapatkannya. Padahal Esme yang membawa ke pesta ini, seharusnya Jhon ada disisinya bukannya malah menggoda perempuan lain. “Dasar laki-laki b******k! wajahnya saja seperti orang benar. Padahal sama saja, mata keranjang. Penyuka d**a besar,” gerutu Esme dengan murka dan memilih berhenti mengejar Jhon. Dia lebih memilih putar badan dan menuju ke sebrang ruangan dan mengambil minuman, tetapi mata Esme tetap saja tidak bisa lepas mengawasi Jhon yang sedang bertukar sapa dengan si perempuan d**a besar. “Memangnya apa bagusnya perempuan itu sampai kau terburu-buru mendekatinya? Aku akui dadanya memang lebih besar, tapi hei! Aku lebih muda dan lebih mempesona. Bisa-bisanya kau mengabaikanku demi dia. Menyebalkan!” “Nyonya Miranda, saya tidak mengira bahwa kita akan bertemu disini.” Wanita yang kala itu mengenakan gaun berwarna ivory menatap ke arah Jhon dengan bingung. Tentu saja karena ini pesta topeng dia tidak bisa dengan jelas mengetahui siapa yang mengajaknya bicara. Tetapi meski begitu wanita yang disapa Miranda tersebut memperlihatkan senyuman ramahnya kepada Jhon. “Siapakah pemuda tampan yang sedang menyapaku sekarang ini?” tanya wanita itu. “Oh, apakah Anda tidak mengingat saya? Biar saya bantu, mungkin Anda masih ingat dengan sebutan bocah kotor?” Kalimat yang terucap dari bibir Jhon kontan membuat beberapa orang disekitar mereka terhenyak dan memaku pandang penuh minat. Miranda sendiri langsung menutup wajahnya dengan kipas, gelagat tersebut sudah merupakan salah satu bentuk konfirmasi bahwa orang itu telah mengenali Jhon. Tentu saja dia akan mengenalnya, sebab bocah kotor adalah panggilan wanita itu kepada dia saat Jhon masih bekerja untuknya. “Oh astaga, sungguh mengejutkan bertemu denganmu disini, Jhon. Lihat ini hanya beberapa tahun saja dan kau sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan meski kau mengenakan topeng busuk itu diwajahmu,” ujar Miranda yang serta merta langsung memeluk Jhon. Esme yang saat itu mengamati mereka berdua dari jauh makin tambah marah. Dengan cepat wanita itu memilih untuk pergi dari aula pesta menuju ke balkon yang sepi. Pemandangan yang dia lihat terlalu merusak ketenangannya dan Esme tidak ingin mengacaukan dirinya sendiri dengan bertindak gegabah. Tetapi sayangnya, Esme tidak cukup cermat sebab sepeninggalnya dia dari ruang pesta nyatanya Esme dibuntuti oleh seseorang dibelakangnya. Kembali lagi pada percakapan antara Jhon dan Miranda. Kali ini sang Nyonya membawa Jhon menepi ke sudut yang sepi, wanita itu sengaja melakukannya karena dia tidak ingin ada seorang pun yang mendengarkan percakapan mereka. Nyonya Miranda ini adalah seorang janda kaya berusia kurang lebih lima puluh tahunan, tetapi wanita itu sangat tahu bagaimana merawat tubuhnya sehingga wajahnya tampak sangat muda pun juga tubuhnya dan kebanyakan orang akan salah mengira bahwa dia masih berusia tiga puluhan. Nyonya Miranda ini adalah dom terbaik yang pernah menjalin hubungan dengan Jhon di masa lalu. Dia tidak pernah memperlakukan Jhon dengan buruk meskipun perempuan itu membeli tubuhnya dan bebas melakukan apa saja. Oleh sebab itu, Jhon cukup menghargainya karena dia tipe dom yang berbeda dengan perempuan lain yang pernah menjamah tubuhnya. “Jadi, bagaimana kabarmu Jhon? Aku harap hidupmu menjadi lebih baik. Aku cukup sedih setelah perpisahan kita tujuh tahun yang lalu, tetapi aku tahu bahwa kau juga harus terus maju dan tidak mungkin terus berada disisiku selamanya,” tutur Miranda halus. Sorot matanya lebih seperti seorang ibu yang merindukan putranya dan Jhon tidak keberatan dengan hal itu. “Saya minta maaf Nyonya. Anda pasti sangat tahu alasan dan kondisi saya saat itu. Saya tidak ingin Anda kesulitan dan terlibat rumor yang tidak perlu hanya karena hubungan yang terjalin diantara kita sebagai patner ranjang. Justru saya sangat berterima kasih karena saya berhutang banyak kepada Anda. Anda telah menyelamatkan saya, dan mungkin memang saya seharusnya pamit dengan cara yang benar pada saat itu. Tetapi setelah hari itu saya sudah hidup dengan tenang sekarang.” Wanita itu menghela napas lega, lalu menepuk bahu Jhon. “Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya. Sejak pertama memungutmu, aku tahu kalau kau ini adalah seorang anak yang akan tumbuh menjadi pria yang brilliant. Sangat menyedihkan memang bila hidupmu berakhir hanya sekadar sebagai pemuas nafsu wanita tua sepertiku. Walau aku tidak menampik bahwa tidak ada lagi patner yang sebaik dirimu, kau b***k yang sempurna dan yang paling aku sayang, Jhon. Tapi … apa yang membuatmu berada di pesta ini. Apa sekarang kau sudah memutuskan untuk kembali menjadi bagian dari keluarga yang kau benci?” Jhon hanya menggelengkan kepala, terlepas dari hubungan mereka dahulu Nyonya Miranda juga tahu soal seluk beluk dan latar belakang Jhon sehingga pada akhirnya dia menawarkan perlindungan pada Jhon dengan syarat. Dan saat itu Jhon menerimanya. Itu sebabnya Miranda langsung berspekulasi demikian. “Sayangnya saya hanya seorang bartender club, Nyonya. Saya kemari bersama Esme Enderson.” Raut muka Nyonya Miranda langsung terkejut. “Loh? Bagaimana bisa kau mengenal gadis nakal itu?” “Panjang ceritanya.” Mendadak ekspresi muka Nyonya Miranda terlihat cemas pada Jhon. Dia memegang pundak pria itu sekaligus menatapnya dengan sangat serius. “Jhon, kau mungkin perlu mendengar hal ini sekali sebelum kau terjerumus lebih dalam dengan dia. Aku sendiri memang tidak mengenal Esme Enderson secara pribadi, tetapi reputasi wanita itu sudah sangat buruk di mata publik walau masih jadi rahasia umum. Sebaiknya jangan terlalu dekat dengan dia, jangan pula kau berharap karena dia lebih pandai menghancurkan dibandingkan merawat.” “Terima kasih sarannya, Nyonya. Ah … karena Anda membicarakan soal dia, saya jadi teringat kalau saya sudah terlalu lama meninggalkannya. Saya rasa Esme mungkin akan kesal dan marah saat mencari keberadaan saya. Saya permisi dulu, semoga Anda menikmati pesta malam ini,” ujar Jhon dengan tulus. Wanita itu hanya bisa tersenyum maklum. “Jhon, bila kau perlu bantuan hubungi saja aku oke? Kau tahu kalau aku juga selalu punya sisi lembut untuk seorang bocah yang sedang tersesat,” ujar wanita itu seraya menyerahkan kartu namanya pada Jhon. Pemuda itu menerimanya dengan mudah dan menempatkan kertas kecil itu di saku jasnya. “Terima kasih banyak Nyonya Miranda. Saya akan selalu mengingat kebaikan hati Anda kepada saya.” Percakapan itu terputus dan Jhon langsung mulai melakukan pencariannya. Dia kembali ketempat terakhir dimana dia meninggalkan wanita itu tetapi sayangnya Jhon tidak menemukan dia disana. Jhon juga memeriksa beberapa tempat tetapi hasilnya nihil. “Kemana wanita itu pergi?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN