Taruhan berakhir Ngutang

1466 Kata
“Oke! gue terima tantangan lo,” ucap Edo. “Eh, bentar. Nggak geratis lho Lus!” celetuk Leo. Lusi mengernyitkan keningnya. “Maksud lo apa, pe-a!” Nih Lusi kalau ngomong asal banget, untung cantik. Coba kalau nggak, sudah di gibas sama Edo dan the geng. “Cuanlah Lus, masa lo nggak tau. Tiap balapan harus ada cuan,” ucap Leo. Lusi menoleh kearah Andin, minta persetujuan ke Andin. Dan dengan sangat mantapnya, Andin mengacungkan jempolnya, tanda dia setuju. “Oke! cowok gue setuju, berapa lo berani?!” tantang Lusi. Edo menyeringai. “Gue masih baik hati sama cowok lo yang cungkring, sepuluh juta aja,” ucap Edo, dengan nada yang bikin orang darah tinggi. Mendengar ucapan Edo, Andin bener-bener pengen banget ngeremes muka si import yang sok kegantengan. Tapi ganteng ding. Eh! Lusi yang emang panasan, dan percaya banget sama kemampuan Andin, nggak terima mendengar ucapan Edo yang bernada mengejek. “Enak aja, kemampuan cowok gue di atas rata-rata. Dua puluh juta!” tantang Lusi. Andin melotot di balik helm yang ia kenakan, Lusi emang suka gegabah. Iya, kalau dia menang. Kalau kalah? Dia musti ngutang tuh duit sama siapa? dasar Lusi pe-a! “Widih! Si Kerempeng tajir juga,” celetuk Febian. “Ya iyalah … syarat utama jadi cowok gue harus tajir, kek Ayang beb gue ini,” ucap Lusi sombong. Menepuk pelan punggung Andin. “Udahlah Lus, kita mulai aja sekarang. Kita buktiin siapa yang lebih unggul, Edo atau si Cungkring.” Ini suara si Risky, yang udah penasaran sama kemampuan cowok Lusi. Andin yang dengar sebutan ‘cungkring ‘ di ucapkan berkali-kali, benar-benar merasa geram sekali. Ingin rasanya menenggelamkan pasukan demit import ke dasar lautan yang paling dalam. Kalau perlu di paketkan sekalian ke planet Mars. Lusi turun dari boncengan Andin. Berjalan sedikit melenggok di depan motor Edo dan Andin yang sudah siap untuk balapan. Leo yang emang buaya kelas teri, sampai nggak bisa kedip ngelihatin Lusi berjalan. “Gile! body lo emang gol Lus. Coba lo bawa Andin ke sini, kalian berdua emang dua bidadari yang bikin Abang selalu ‘On’.” Lusi yang mendengar ucapan Leo, menatap tajam Leo. “Jaga mulut lo, jangan sampai wajah lo ada tato sepatu gue!” ucap Lusi kesal. Leo nyengir. Nggak bisa ngebayangin aja, kalau muka gantengnya sampai bertatokan sepatu Lusi. Pasti sakit bin ngenes. Lusi mulai siap-siap memberikan aba-aba. Anak-anak yang melihat aksi Lusi, mulai berlari mengerubuti mereka. Hanya penasaran saja, siapa yang berani melawan idola mereka. Yang mereka tau, itu cowok Lusi alias Andin. Edo emang sengaja belum menutup kaca helmnya. Dan tau apa yang terjadi? Awalnya para cewek mengidolakan cowok Lusi alias Andin. Sekarang hanya dalam hitungan debu yang terbang tersapu angin, mereka langsung mengidolakan Edo. Cowok berwajah bule, dengan postur tubuhnya yang atletis, sudah dipastikan bikin cewek klepek-klepek. Leo si buaya nangung, langsung tanggap dengan situasi yang ada. Dengan sangat sengaja, dia meneriakkan nama Edo. “Edo! Edo! Edo!” teriak Leo. Dan benar saja, para cewek-cewek langsung meneriakkan nama Edo. “Edo! Edo! Edo …” Lusi melotot, nggak nyangka aja. Dalam sekejap mereka langsung berubah haluan. Andin hanya bisa geleng kepala. “Dasar cewek oon, barang import aja di minati!” itu suara hati Andin, yang sebenarnya nggak terima aja, sama fans dia yang langsung pindah haluan. Edo melirik kearah Andin, yang dia pastikan saat ini merasa kesal bukan main. “Siap lo Cungkring!” tantang Edo. Bukannya menjawab, Andin sengaja mengacungkan jari tengahnya kearah Edo. Otomatis bikin Edo mmelotot, coba kalau nggak dal;am posisi siap tempur, sudah bisa di pastikan, Si Cungkring bakalan bonyok. Lusi mulai mengangkat kain yang ia bawa, dengan suara lantangnya, Lusi berteriak. “Tiga! dua! Go …!” Tidak ingin menghabiskan waktunya, Edo dan Andin mulai menunjukkan kebolehan mereka. Ternyata aksi Andin boleh juga, pada putaran pertama, Andin masih unggul. Leo, Febian, dan juga Risky. Sengaja berdiri di samping Lusi. “Lus! boleh juga, Cungkring lo!” ucap Febian. Lusi makin besar kepala. Akhinya … Edo dan the geng, mengakui kehebatan Andin. “Ayang Beb gue di lawan, lo udah siapin duitnya belum?!” Nih Lusi ternyata matre juga. Itu menurut mereka. “Lo tenang aja, buat kite para Sultan. Duit segitu kecil!” ucap Leo. Menyentikkan jarinya kearah Lusi. “Bukan cuman omong doang! Mana buktinya!” tantang Lusi. Risky yang emang juru megang duit, geleng kepala. “Semua cewek emang sama, mata duitan,” ucap Risky asal. Lusi melotot. “Eh, Anak Demit! Duit itu penting! Apalagi sesuai perjanjian. Anda pehem?!” ucap Lus sewot. Takut banget dia bakalan di tipu. Padahal dia sama Andin cuman bawa uang buat taruhan seperti biasanya, lima ratus ribu! Itupun nanti di kumpulin sama pembalap liar lainnya. Siapa yang menang bakalan dapat tuh duit, setelah di potong bandar dan t***k bengek. Risky tersenyum, buat mereka duit segitu enteng. Mereka bisa mendapatkan duit dengan mudah. Jangan salah, diam-diam si Import dan temannya, sering melakukan balapan-balapan kelas kakap. Dengan uang taruhan yang fantastis. “Nih, duit. Lo lihat ‘kan?” ucap Risky, memamerkan duit yang dia pegang. Lusi melotot, dalam hati dia berpikir, itu duit beneran apa cuman kertas doang. Leo yang berada di samping Lusi, menyikut lengan Lusi. Dia tau, kalau Lusi takjub lihat duit yang Risky pegang. “Itu duit beneran, Lus. Kalau malam ini lo mau, gue bisa tambahin,” ucap Leo. Mengedip genit kearah Lusi. “Enak aja! lo pikir gue cabe-cabean. Dasar pe-a!” sewot Lusi. Fokus ke balapan, di putaran pertama Andin masih unggul. Hingga masuk ke putaran ke dua, posisi imbang. Motor mereka saling kejar, Lusi masih menyombong. Sedangkan Risky, Febian dan juga Leo, terlihat santai. Hingga pada puturan ketiga, saat memasuki garis finish, Edo berhasil keluar sebagai pemenang. Lusi mulai panik, Leo yang melihat gelagat tidak beres pada diri Lusi, mulai mepet Lusi. Diam-diam, Lusi memikirkan cara untuk kabur. Semua penonton bersorak meneriakkan nama Edo, baru kali ini ada seseorang yang bisa ngalahin cowok Lusi alias Andin. Lusi makin panas dingin, sedangkan Risky, Leo dan juga Febian, berdiri siaga di samping Lusi. “Lus! mana uangnya?” tanya Febian. Lusi nyengir, nyari alasan buat menghindar. “Sabar dikit napa?! tunggu cowok gue. Dia yang bawa duit.” Dasar Lusi penipu. Padahal duit lima ratus ribu, yang pegang dia, bukan Andin. Leo yang mencium bau-bau nggak beres, semakin memojokkan Lusi. “Awas kalau bohong, lo yang harus bayar!” ancam Leo. Lusi bergidik ngeri. Pikirannya langsung berkelana. Masa iya, gara-gara dua puluh juta, dia harus lepas perawan. Empat sekaligus! Leo yang emang jahil, mengedipkan matanya kearah dua temannya, yang hanya di balas senyum simpul oleh Febian dan juga Risky. Ckitt! Motor yang Andin kendarai berhenti tepat di depan Lusi. Tapi sayang, Leo menahan Lusi. Terpaksa Andin turun. “Woi, Cungkring! mana duitnya!” seru Leo, masih nahan lengan Lusi. Andin Maju, beruhasa narik lengan Lusi. Tapi sayang, Leo menghadang langkah Andin. Andin yang emang dari tadi geram banget sama tingkah Leo. Menarik leher leo, menyikapnya, mengunci pergerakan kaki Leo, dengan gerakannya yang sangat gesit, Andin berhasil membanting tubuh Leo. Febian dan juga Risky melotot, nggak percaya sama aksi si Cungkring. Edo yang melihat kejadian itu, otomatis nggak terima. Sahabatnya Leo sampai di banting kek gitu, padahal niat Leo bener, nanyain uang taruhan mereka. Edo turun dari motornya. Berjalan mendekati Andin, yang memegang tangan Lusi. “Woi, Cungkring! apa-apaan, lo!” seru Edo. Langsung mendekap tubuh Andin dari belakang, balas mau banting Andin. Tapi naas, salah pegang. Edo tanpa sengaja, kedua tangannya menangkup sebuah benda kenyal yang rasanya begitu pas di tangan dia. Otomatis dia terkejut, seumur-umur baru megang benda model gituan. Andin melotot, nggak nyangka aja. Edo sampai megang gunung indah kebanggaannya. Bukan hanya Edo yang bengong, Febian dan Risky juga bengong. Bingung aja melihat tingkah Edo yang nggak seperti biasanya. Leo masih terkapar di atas aspal. Melihat tiga musuhnya yang lengah, buru-buru Andin menyikut perut Edo, narik tangan Lusi. Ngebiarin Edo yang masih bengong, Risky dan Febian yang bingung menatap Edo, dan Leo yang masih terkapar diatas lantai. Lusi yang tanggap dengan aksi Andin, langsung ngikutin Adin, melempar uang yang dia pegang ke samping Leo yang terkapar. “Tuh duitnya segitu dulu, kurangannya ngutang!” seru Lusi yang udah nangkreng di atas boncengan Andin. Tanpa pikir dua kali, Andin langsung melajukan motornya dengan kecepatan super. Edo masih saja bengong, sikutan Andin di perutnya nggak terasa, masih merasakan rasanya benda kenyal yang dia pegang. Febian dan Risky berusaha menyadarkan Edo. “Do! lo napa! Lusi sama cowoknya udah kabur tuh!” seru Risky. Menepuk pundak Edo. Leo berusaha bangkit. “Anjir, lo pada! Bukannya gue di bantuin, malah pada bengong,” protes Leo. Menatap sebal ke tiga sahabatnya. “Eh, bentar. Masa si Cungkring dadanya empuk,” ucap Edo, dengan wajah mirip orang linglung. Febian, Risky dan juga Leo, mendekati Edo. “Andin!” seru ketiganya serentak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN