MW 3

382 Kata
"Kamu suka enggak sama roti isi cokrlat yang kubeli, roti ini roti rasa terbaru, aku sengaja beli karena aku selalu ingat kamu, kamu juga sih enggak pernah sarapan kalau ke sekolah," ucap Alexander ketika dirinya memasuki ruangan kelas, melihat Agatha yang duduk dengan membuka buku pelajaran. "Ini roti buat aku? Terus kamu sudah sarapan? Kenapa roti cokelat ini buat aku?" Ucap Agatha di depan Alexander "Aku sudah sarapan tadi sebelum berangkat sekolah, jadi roti ini buat kamu." "Kayaknya kita harus bicara deh," ucap Agatha dengan berbalik ke arah Alexander Mengingat ucapan dari ibu Alexander membuat Agatha berpikir akan persahabatan bersama Alexander. "Bicara? Bicara apa? Sebentar lagi bel sekolah, nanti lagi saja bicaranya. Jangan lupa di makan roti nya, aku harap kamu suka sama roti varian terbarunya," ucap Alexander dengan duduk di kursi menaruh tas setelah pembicaraannya bersama Agatha. Agatha tahu watak seorang Alexander Kendrick, bagaimanapun ucapan Alexander ia pasti akan menurutinya. Alexander yang selama ini membantunya belajar, tak hanya belajar bahkan setiap kali Agatha bepergian ia selalu menemaninya. "Kamu selalu seperti ini, besok-besok kalau mau bawa roti bilang dulu, jangan langsung dadakan seperti ini. Nanti lagi aja kita bicaranya, kamu tahu kan kemarin aku -" sebelum Agatha melanjutkan ucapannya, Alexamder menjawab ucapan Agatha. "Sudah kubilang, bel masuk sekolah sebentar lagi, aku keluar kelas dulu." Alexander pun berjalan keluar kelas meninggalkan Agatha, ia paham apa yang ingin di ucapkan sahabatnya. Terlebih pertengkaran dengan ibunya akan kedekatannya bersama Agatha. "Kenapa sih, padahal cuma mau nanyain tentang dia sama ibunya. Gimanapun juga kemarin aku mendengarnya, Alexander ini." Gerutuan Agatha setelah dirinya melihat Alexander keluar kelas. ** "Mami kenapa enggak pernah suka sama Agatha? Jelas-jelas Agatha sahabatku, lagipula dia enggak pernah macam-macam. Apa aku salah jika berteman dengan Agatha?" "Mami cuma enggak mau pelajaran kamu terganggu hanya karena wanita, kamu ini anak mami satu-satunya, kamu lihat ayah kamu. Kamu juga akan menjadi penerus perusahaan." "Hanya berteman dengan Agatha, hal seperti ini saja di larang, mami bisa mempercayaiku." "Mami tahu kamu menyukai Agatha, jangan pernah membohongi mami lagi Alexander. Kamu bilang sahabat bersama Agatha." "Tapi mami sekali ini saja mami mempercayaiku," ucap Alexander ketika ucapan ibunya membahas Agatha. "Kamu akan pindah sekolah Alexander." "Apa? Pindah sekolah? Mami enggak lagi bercanda kan?" "Kamu pikir mami bercanda?" "Aku ingin beristirahat, sampai besok mi." "Alexander, ini semua demi kebaikan kamu." Alexander hanya berjalan menaiki tangga menuju ruangan kamar, mendengar ucapan ibunya akan kepindahan sekolah membuatnya melemas, "Kenapa harus pindah sekolah sih, jika memang tidak menyukai Agatha kenapa aku harus pindah sekolah," gerutu Alexander dengan menaruh ponsel di atas nakas, dirinya pun mengambil kunci mobil untuk keluar rumah. Alexander menuruni tangga dengan keluar rumah, menghampiri mobil mewah miliknya yang terparkir di depan rumah, melampiaskan kekesalannya dengan bermain basket adalah kebiasaannya. "Kenapa mami enggak suka sama Agatha sih, Mengganggu pelajaranku apanya, jelas-jelas nilaiku selalu bagus di sekolah." Mobil mewah milik Alexander terparkir di lapangan basket kompleks mewah Wilayah Jakarta, terlebih melihat teman-temannya yang saat ini melihat kedatangan Alexander. "Tumben, wajahnya cemberut." ucap Jimian. "Tau Lex, jangan cemberut. Kenapa lagi? Marahan lagi sama Agatha?" tanya Nathan. "Enggak, Agatha ada kok di rumahnya dan kita enggak marahan juga, lagi pengen keluar rumah aja ketemu kalian," jawab Alexander dengan melihat teman-temannya. "Seandainya aku pindah sekolah, kalian setuju enggak?" "Hah?" Jimian terkekeh dengan ucapan Alexander, sahabat Alexander menoleh dengan tatapan terkejut. "Serius? Duh jangan bahas yang enggak-enggak deh. Jangan ucapan aneh-aneh deh," Fredy membalas ucapan Alexander. Empat orang sahabat yang terkenal pintar di sekolah dan juga berprestasi, "Enggak, jangan pindah. Cerita deh, ada apa sih?" Tanya Jimian ketika melihat Alexander yang hanya menatap wajah kedua sahabatnya. "Gue heran sama nyokap lo, untung nyokap gue gaul," ucap Fredy yang kini nyeleneh, Nathan hanya terkekeh ketika salah satu sahabatnya mengajak Alexander bercanda. "Nanti juga reda sendiri masalahnya, kalau hanya masalah perempuan sih, tahu sendiri nyokap lo selalu begitu," jawab Nathan dengan berjalan menghampiri sahabat-sahabatnya. "Tau tuh, nyokap gue aja enggak pernah larang gue main sama teman perempuan, nyokap gue malah nyuruh gue pacaran. Gue nya aja yang enggak mau pacaran," jawab Fredy dengan melihat Nathan yang tersenyum. "Sebentar lagi mau kuliah, backstreet aja kalau begitu," jawab Fredy dengan melihat Alexander. "No, jangan backstreet. Lex, orangtua kita itu pengusaha, apa jadinya kalau lo sekolah terus kuliah terus lo pacaran diam-diam, enggak lucu. Kasihan Agatha nantinya. Kalau lo memang bilang Agatha sahabat yasudah sahabat aja, pokoknya gue enggak setuju kalau lo ngajak Agatha backstreet, udah enggak jaman," Nathan menepuk pelan pundak Alexander, ia tahu pasti sahabatnya di marahi ibunya hanya karena persahabatannya bersama Agatha. "kita jalani masa kini, kalau memang di masa depan lo ketemu lagi sama Agatha, ya memang berjodoh." "Udah gue bilangin, kalau jodoh akan selalu bersama, haha." Jawab Fredy, yang masih melihat sahabatnya Alexander bermain ponsel. "Makan yuk ah, ke Cafe, pulang jam sepuluh malam aja, ini masih jam berapa masih jam tujuh malam, besok juga gue enggak ada tugas," Nathan mengambil kunci mobil miliknya dengan memakai jaket. "Yakin gue, Alexamder enggak akan pindah. Orang sebentar lagi mau lulus sekolah, gue mau cerita ah ke mami gue sepulang dari sini. Haha," Fredy memasuki mobil Nathan. "Nyokap lo kan saingan perusahaan bokapnya si Alexander, lo selama ini ceritain si Alexander terus ke nyokap lo ya," Nathan hanya terkekeh ketika melihat Fredy bermain ponsel. "Bersaing dalam dunia usaha itu enggak masalah, tapi kan anak-anaknya bersahabat, keren kan?" Fredy hanya meledek Nathan ketika melihat Nathan menggerutu. Senyuman Fredy menatap sinis ibunya dengan mengingat masa lalu, "Jadi mami masih bersaing dengan perusahaan orangtua Alexander?" "Memanvnya kenapa kalau mami bersaing dengan perusahaan Sean Kendrick?" "Oh, putera kesayangan mami hanya menanyakannya, mami tersayang kesayangan Fredy," jawab Fredy dengan tersenyum dengan meneguk segelas jus buah. "Kau selalu menggombal di depan mami mu ini." "Jelas dong, mami Fredy kan selalu cantik." "Keluar dari ruangan mami, bekerja lagi. Lagipula tunanganmu pasti akan selalu menginginkanmu bekerja." "Aku hanya memberitahu mami, persahabatanku bersama Alexamder selalu terjalin. Mami kenapa selalu membenci Sean Kendrick? Apa karena Sean Kendrivk mantan mami?" "Mami bilang keluar dari ruangan, kamu selalu ingin tahu, mami selalu cerita kepadamu. Tapi kamu selalu meledek mami." "Come on mami, mami cantik, mami bisa dapatkan ayah baru untukku, putera mu ini tampan mam, look at me mam, your son very handsome," jawab Fredy dengan menghela napas dengan mendekati ibunya, sesaat Fredy pun keluar dari ruangan. "Kamu benar, karena ketampananmu mewarisi wajah ayahmu, Fredy Rayn, putera Mishela Rayn." Mishela mengingat kembali ucapan puteranya, terlebih dirinya membahas Sean Kendrick. Fredy mendecak kesal ketika dirinya keluar dari ruangan ibunya, setiap kali ibunya mendengar nama ayah dari sahabatnya selalu saja mendadak kesal, "Kenapa sih sama Om Sean, apa mami sebenci itu sama Om Sean," gerutu Fredy ketika dirinya mengingat ucapan ibunya. "Permisi Pak Fredy ada panggilan untuk bapak, dari Pak Alexander," ucap salah satu sekretaris Fredy. "Sambungkan panggilannya ke ruanganku," jawab Fredy dengan memasuki ruangan dirinya. setelah dirinya menerima panggilan telepon dari Alexander, Fredy pun menemui sahabatnya Nathan sepulang bekerja. Pukul 20.00 Wilayah Jakarta. "Jadi lo ajak gue ketemu hanya untuk membahas ini? Aduh Nathan, tadi siang Alexander telepon gue tuh, dia sekarang ketemu lagi sama Agatha." ucap Fredy dengan menatap wajah sahabatnya Nathan "Gue kan sudah bilang sama lo, kalau Alexander ketemu lagi sama Agatha. Ucapan lo ini jadi kenyataan, ucapan lo di masa lalu," jawab Nathan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN