Setelah sampai dirumah, aku langsung berjalan kekamar dan melempar tas ku kekasur. Lalu kududukkan tubuhku ditepi tempat tidur dan menundukkan kepalaku.
Jujur, sejak tadi aku terus teringat dengan apa yang dua karyawan wanita itu katakan, dan juga oleh pesan balasan dari Jung Woo, sehingga kini moodku menjadi berantakan. Padahal ini bukanlah pertama kalinya para karyawan wanitanya Jung Woo membicarakan tentangnya, bahkan sebelumnya aku juga sudah sering mendengarnya.
Tapi kenapa sekarang aku malah menjadi kesal seperti ini? Bahkan moodku pun jadi ikut berantakan. Apa aku mulai jatuh cinta pada Jung Woo? Ah, tidak! Aku tidak boleh jatuh cinta pada Jung Woo, aku dan dirinya hanya teman dekat saja, dan tidak boleh ada perasaan cinta diantara kami.
Kuacak rambutku dan menghela nafasku dengan kasar. Sungguh, kini perasaanku jadi tidak karuan, rasanya aku ingin marah dan menangis. Tapi untuk apa? Untuk apa aku marah? Karena Jung Woo bukanlah siapa-siapaku. Jika ia ingin berpacaran atau berkencan dengan wanita lain, itu adalah hal yang wajar, karena ia juga butuh seorang wanita yang akan memberinya cinta dan kasih sayang, bukan hanya tubuh dan kepuasan sesaat saja, seperti yang sering kuberikan padanya.
Tanpa kusadari air mata pun mulai mengalir dikedua pipiku, namun aku hanya membiarkannya saja seraya terus menundukkan kepalaku. Jujur, aku sangat benci perasaan seperti ini.
"Veera~ Veera sayang, kau ada dimana?"
Tiba-tiba terdengar suaranya Jung Woo, dengan cepat kuhapus air mata yang mengalir di pipiku dan mengangkat kepalaku.
"Veera, ternyata kau disini" ucap seseorang yang datang dan memasuki kamar ini, dan ia memanglah Jung Woo.
"H-Hai, kau sudah pulang" ucapki sembari mengukirkan sebuah senyuman.
"Kau sedang apa? Dan. . . Kau habis menangis?" tanyanya yang berjalan menghampiriku dan berdiri tepat di depanku.
"T-Tidak, aku hanya kelelahan saja, dan kurasa aku harus segera mandi air hangat" dustaku yang segera bangkit dari tempat tidur dan beranjak menuju kamar mandi, namun sayang dengan cepat ia menarik tanganku sehingga mata kami berdua saling bertemu satu sama lain.
"Jangan berbohong Vee, aku tahu kalau kau habis menangis. Dan jangan bilang kalau kau menangis hanya karena hal yang tadi?" tanyanya kembali seraya menatapku dengan dalam dan mengernyitkan dahinya.
Oh sial! Ia mengetahuinya. Tidak! Bagaimana bisa tebakannya itu benar? Tidak, tidak, ia tidak boleh tahu kenapa aku bisa menangis.
"Tidak, aku hanya kelelahan saja Jung Woo" aku mengukirkan sebuah senyuman dan menatap matanya.
"Kau berbohong Vee, tidak mungkin jika kau kelelahan sampai menangis seperti ini. Dan lagipula kerjaanmu hari ini kan tidak banyak" ucapnya sembari menghapus air mata dipelupuk mataku dengan kedua ibu jarinya.
Segera kupalingkan wajahku darinya dan mengulum bibirku.
"Vee, dengar aku", ia meraih wajahku dengan kedua tangannya dan mengarahkannya untuk menatapnya, "Yang tadi aku hanya bercanda saja, dan aku tidak akan benar-benar berkencan atau sekedar makan siang bersama dengan mereka berdua atau siapapun itu. Kau tahu kan? Hanya kau, satu-satunya wanita yang dekat denganku", jelasnya yang menatapku dengan dalam.
Aku mengukirkan sebuah senyuman dan menggenggam kedua pergelangan tangannya, "Tidak apa-apa Jung Woo jika kau ingin berkencan atau makan siang bersama dengan mereka ataupun dengan wanita lain, aku tidak akan melarangnya. Lagipula kau juga butuh seorang wanita yang bisa memberimu cinta dan kasih sayang, bukan hanya tubuhnya dan kepuasan sesaat saja seperti yang sering kuberikan padamu", ucapku.
"Sebentar, kenapa sekarang kau jadi seperti ini? Apa jangan-jangan kau mulai jatuh cinta padaku Vee? Padahal biasanya kau selalu mengacuhkan apa yang karyawan wanitaku katakan tentangku" ucapnya yang menaikkan satu alisnya.
Segera kusingkirkan kedua tangannya dari pipiku dan berjalan menjauhinya.
"Kau ini lucu sekali Jung Woo, mana mungkin aku jatuh cinta pada seorang pria yang dingin dan cuek seperti dirimu. Lagipula aku tidak mau memiliki seorang kekasih yang hanya memikirkan perkerjaan dan perusahaannya saja" ucapku yang terkekeh dan membelakanginya.
"Syukurlah jika kau tidak menyukaiku" ucapnya sembari menghela nafasnya dengan lega.
Kuanggukkan kepalaku dan membalikkan tubuhku, "Jangan pernah berpikir kalau aku jatuh cinta padamu Jung Woo, karena aku tidak akan pernah melakukan hal bodoh itu", ucapku yang kembali terkekeh.
Ia pun kembali menghela nafasnya dan menggangguk-anggukkan kepalanya, dan kemudian ia berjalan keluar dari kamar dan pergi entah kemana.
Kuhela nafasku dengan kasar dan berjalan menuju tempat tidur, lalu kuraih tas ku yang kulempar tadi dan menaruhnya didalam lemari.
To be continue. . .