Jodoh Pasti Bertamu : Part 2

2174 Kata
Masih setahun lalu. "Tuh orang ada yang salah dengan saraf kayaknya," keluhnya ketika ingat kejadian semalam juga pesan-pesan dari Abizard. Ia sudah tak membalas lagi. Anggap saja kalau ia lupa. Kini ia sudah berjalan menuju halte busway. Pagi ini tentu jalanan akan sangat macet. Kan hari Senin. Semua orang mulai sibuk. Ada yang berangkat ke kantor atau ke kampus. Saat ia sedang mengantri di antrian panjang untuk naik ke busway, seseorang dari belakang mencolek bahunya. Ia menoleh dan mendapati Arya yang nyengir. Cowok ini yang menawarkan pekerjaan itu padanya. "Gimana? Udah ketemu sama si Abi?" Iness memutar bola matanya, agak-agak kesal. "Kata lo kerjaannya bisa part time." Arya nyengir. "Gue kira juga begitu. Tapi kan lo bilang pengen kerja di luar negeri." Iness mendesah dalam hati. Ya, memang sih. Tapi ia jadi malas karena teringat pesan dari Abizard semalam. Ia merasa aneh saja dengan cowok itu. Kenal juga dulu sekali bahkan meninggalkan kesan yang amat menjengkelkan dihatinya. Lalu setelah bertemu lagi, tiba-tiba mau mencalonkan diri sebagai suaminya? Helooow! Biar kata cowok itu ganteng abis, Iness sih gak tertarik. Itu alasan pertama. Alasan kedua.... "Gimana? Itu lowongan bagus loh, Ness. Kapan lagi bisa kerja di luar negeri? Digaji pakek dollar di atas standar gaji orang lokal di sana. Belum lagi--" "Heiish!" ia mendesis. Arya tertawa. "Si Abi-Abi itu posisinya apa di sana?" Arya tersenyum jahil kemudian menyenggol bahunya. "Ngapa lo? Tertarik?" ledeknya lantas terbahak saat melihat Iness menjulingkan matanya. "Dia manajer lah. Lo tahu? Dia itu cowok ter-ambis yang pernah gue kenal." "Oh ya?" Arya mengangguk-angguk. "Cuma sekarang banyak berubah sepertinya." "Oh ya?" "Lo kalau kenal dia dari dulu pasti geleng-geleng kepala." "Kenapa?" "Ngerjain apapun mesti perfek. Ngeri gue," ceritanya. "Bahkan satu cewek pun yang ngejar dia, gak ada yang berhasil dapetin dia." "Kenapa?" Arya mengendikan bahu. "Mungkin pengen fokus sama yang lain." "Masa sih?" Iness tak percaya. Pasalnya, selama mengurusi acara kampus kala itu, ia sering mendengar gosip-gosip dari Fina yang bilang kalau cowok itu dekat dengan banyak cewek. Apalagi orangnya supel begitu meski agak-agak menjengkelkan bagi Iness. "Sebagai temen dekat dia, gue berani bilang begitu. Meski udah lama gak ketemu juga. Selama beberapa tahun belakang, dia tinggal di Jepang. Kerja di sana." "Oooh," tutur Iness. Kali ini, ia sudah duduk di dalam busway. Arya berdiri tepat di depannya. "Tertarik?" "Hah?" "Sama Abizard?" Iness menjulingkan matanya lagi. Sementara Arya tersenyum kecil. Teringat Abizard yang tiba-tiba datang lantas meminta tolong padanya. "Lu tahu dari mana kalau gue kenal sama Iness?" "Lu temen sejurusannya, Yak." Arya terkekeh. "Terus?" "Tolong lah." "Dari sekian banyak cewek, kenapa Iness sih?" Abizard menghela nafas. Ia juga bingung menjawabnya. Yang jelas.....ia sulit sekali melupakan cewek itu setelah sekian lama perasaan itu tumbuh begitu saja. Dulu sekali, ketika pertama kali melihat gadis itu yang laksana bagai jatuh cinta pada pandangan pertama. @@@ Matanya tak sengaja menangkap sosok gadis berjilbab kuning baru saja masuk ke dalam ruang BEM. Ia terdiam juga terpaku. Matanya berkali-kali mengerjab-erjab. Oke, pikirnya. Cewek cantik banyak. Tapi baru kali ini ia tertarik pada perempuan berjilbab. Sebelumnya? Tak pernah. Bahkan cewek-cewek yang mendekatinya selama ini juga mantan-mantan pacarnya, tak ada satu pun yang berhijab. Boro-boro malah. Para perempuan itu tidak suka mengenakan hijab karena merasa panas. Ada juga yang merasa tidak bebas dan sebagainya. Ia juga tak pernah mempermasalahkan hal semacam itu. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh. Perkenalkan, nama saya Inessa Putri Khadijah, dari Fakultas Ilmu Budaya," tutur gadis itu saat mengenalkan diri. "Saya sebagai treasurer," lanjutnya ketika ditanya posisinya di dalam acara yang akan mereka laksanakan. Ia berdeham. Seketika tersadar kemudian menyenggol bahu lelaki yang duduk di sebelahnya. "Iness, Bay?" pastinya. Temannya malah terkekeh tanpa suara. "Treasurer?" "Iye!" sahutnya. "Ngapa lo?" ledeknya sementara Abay sudah tertawa tanpa suara. Ia bisa melihat wajah merah milik Abizard yang menunduk itu. Beberapa jam kemudian, tiba giliran Iness untuk dieksekusi. Gadis itu menampilkan slide porwerpointnya. Kemudian memaparkan rencana juga tanggung jawabnya dalam acara yang akan diadakan beberapa bulan lagi itu. Abizard membantai habis. Urusan hati boleh saja tertarik. Tapi urusan tanggung jawab dalam jabatan yabg diembannya tentu tak ada kompromi. Meski beberapa kali ia menangkap jika gadis itu terlihat kepayahan menyangkal semua pernyataannya. Namun satu hal yang ia syukuri. Apa? Gadis ini tidak sepintar yang ia kira. Ia bukan meremehkan. Tidak sama sekali. Mungkin dalam segi tugas sebagai treasurer, gadis ini tidak banyak pengalaman, itu perkiraannya. Tapi ia bersyukur sih. Sebagai cowok ambisius yang juga perfeksionis, ia tak menginginkan pasangan yang sempurna. Beberapa hari kemudian, Fina datang menghampirinya. Ia mengernyitkan kening karena diganggu ketika sedang menyelesaikan tugas di ruang BEM. "Kak! Saya Fina, Kak, yang semalem menghubungi Kakak." Abizard berdeham. Ya, ia ingat meski hampir lupa juga. Tadinya ia tak berniat mampir ke ruang BEM tapi sang ketua BEM, Haykal, bilang ingin mengadakan rapat internal khusus pejabat inti. Jadi ia terpaksa datang. "Ada apa?" "Tadinya mau diskusi sama Kakak, barengan treasurer acara saya yang kemarin-kemarin baru FPT." Ooh. Abizard mengangguk-angguk. Benar-benar lupa karena beberapa hari ini ia juga sibuk menilai tim-tim yang ikut FPT. Bahkan ia kurang tidur dan kepayahan membagi waktu untuk mengerjakan tugas. "Tapi yang jadi treasurer gak bisa datang." "Lalu?" "Kalau saya sendiri aja gimana, Kak?" "Silah kan." Fina meneguk ludahnya. Tanggapan Abizard yang cenderung dingin dan datar itu membuatnya sedikit was-was. Walau tak urung, ia menjabarkan semua pernyataannya seputar mencari dana. Abizard menjawabnya dengan semua pengalaman juga pengetahuannya kala itu. Dua bulan kemudian, ia kembali dihubungi sang ketua Departemen Lingkungan Hidup BEM, untuk ikut menghadiri paparan persiapan kepanitiaan yang akan menyelenggarakan acara. Acara puncak akan diselenggarakan sekitar tiga bulan lagi. Tapi acara pembukanya akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Ia baru saja masuk ke ruang BEM dan mendapati ruangan itu sudah dipenuhi anak-anak BEM juga Fina dan timnya. Saat ia duduk, ia baru menyadari kehadiran gadis itu. Ia bersikap biasa saja. Karena meskipun tertarik, ia tidak mau terlalu memikirkan gadis itu. Pasalnya....ia sadar diri saja lah. Gadis itu tampaknya solehah dan ia merasa jauh dari itu. Rasanya tidak pantas bersanding dengannya. "Untuk dana acara kebetulan kami punya progress yang lebih baik dibanding saat FPT terakhir," tutur Ditto kemudian memberi kode pada Iness untuk menyampaikan progress keuangan acara mereka. Iness berdeham sebelum memulai. Ia tak tampak grogi seperti saat pertama kali FPT beberapa bulan lalu. Sementara Abizard menatapnya lurus dan juga datar. Arti tatapannya begitu kosong. Ia ingin tahu sudah sampai di mana kemajuan gadis yang ia banyak habis-habisan dikala FPT waktu itu. Iness mengucap salam sebelum mulai memaparkan. Gadis itu tampak fokus membaca isi catatannya. Meski ia ingat secara detil uang yang didapatkannya dalam beberapa bulan ini. "Terkait tim keuangan, kami mencari dana melalui tiga tim. Tim pertama dari dana usaha. Dana usaha yang berhasil kami dapatkan dari perolehan penjualan ikan saat MABA lalu. Totalnya 25 juta rupiah." Salah satu anak BEM ternganga. Tentu saja kaget dengan angka itu. Mereka mendapatkan keuntungan sebesar itu dari penjualan ikan? Jawabannya sederhana. Mahasiswa baru diwajibkan membawa beberapa jenis ikan juga burung untuk dilepas di Danau Kenanga, danau yang ada di kampus. Mereka hanya mencari celah itu untuk berdagang. Salah? Tidak kan. Justru itu membantu para MABA sehingga mereka tak perlu susah mencari ikan. Apalagi Iness dan tim sudah berkoordinasi dengan para panitia MABA. Dan Abizard berbinar melihat progress itu. Ia juga kaget. Rak menyangka kalau Iness dan timnya akan mencari celah melalui itu. "Kami juga mendapat keuntungan dua juta rupiah dari penjualan makanan, merchandise juga sweater. Selain itu, kami berhasil mendapat dana sebesar 25 juta rupiah dari sponsorship. Juga 95 juta rupiah dari partnership." Mata Abizard makin terbelalak. Dari sekian banyak pengalamannya, jujur saja, ia baru kali ini melihat ada yang berhasil mendapat dana sekian banyak hanya untuk sebuah acara kampus. Ya, memang acara kampus ini cukup besar tapi untuk mendapat dana sebesar itu tentu tidak mudah. Bahkan teman-teman satu BEM-nya juga merasa takjub juga kaget dengan progress Fina dan timnya. Kini Fina memang sudah bisa tersenyum senang dengan posisi ini. Pasalnya, semua dana sudah siap, mereka hanya perlu melaksanakan acara dengan lancar. "Terakhir, akan ada dana kegiatan kampus sebesar 25 juta rupiah. Jadi total dana yang berhasil kami kumpulkan sejauh ini adalah 170 juta rupiah." Waaaah. Si wakil ketua BEM sampai menepuk tangannya seraya mengucapkan selamat. Ia juga sama seperti Abizard. Baru kali ini mendengar ada tim acara kampus yang berhasil mendapat dana sebesar itu untuk sebuah acara seminar, konferensi juga field trip yang direncanakan akan mengundang 50 mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk datang ke kampus kuning. "Jadi, para peserta akan ditanggung secara penuh?" Ditto mengangguk. Itu pertanyaan yang dilontarkan oleh si wakil ketua BEM sementara Abizard diam. Lelaki itu tak tahu kalau Iness diam-diam tersenyum menang karena berhasil membalikan posisinya. Tidak semenyedihkan saat menghadapi Abizard dikala FPT waktu itu. "Iya. Bahkan kami tidak akan mengenakan pembiayaan sedikit pun untuk peserta yang ingin mengikuti acara ini." @@@ "Yak! Udah lo tanyain?" Arya terbahak di seberang sana. Ia terus dirusuhi Abizard agar mau mendesak Iness untuk membalas pesan di media sosial gadis itu. Sejak terakhir, Iness memang sama sekali tidak membalas pesannya. "Dia bahkan nolak pekerjaan itu," tutur Arya yang membuat Abizard menghela nafas panjang. "Emang gue salah nanya kayak gitu ya?" Arya terbahak lagi lantas menutup mulutnya saat atasannya menegurnya untuk tidak berisik. Arya berdeham-deham. Ia merasa lucu dengan sikap Abizard ini. Tak seperti biasanya. "Ya gak salah sih. Tapi lo harusnya tahu..." "Tahu apa?" tanyanya gusar. "Iness itu bukan cewek-cewek pada umumnya yang bisa lo gombalin." "Gue gak gombalin, Bro." Arya terkekeh kecil. "Itu sih menurut elo b**o! Otak lo di mana dah?" ledeknya yang membuat Abizard mendengus. "Kalau mau sama Iness ya datengin orangtuanya, bukan lo gombalin di medsos begitu." Abizard mendesis. "Ya gimana mau ketemu orangtuanya? Gue aja gak punya akses ke sana. Masa gue, ujug-ujug dateng ke rumahnya terus bilang mau melamar? Ah elo!" dumelnya. Arya terkekeh kemudian beranjak dari bangkunya. Ia memilih mengungsi ke kantin saja untuk sementara. "Ya kan, gue bisa cari tau, Bi. Ah elo!" Abizard berdecak. Ia mana berpikir sampai ke sana? "Terus dia bakalan nolak pekerjaan itu?" "Tekadnya sudah bulat. Gue gak bisa melarang." Abizard mengeluh dalam hati. Sepertinya, ia terlalu gegabah, pikirnya. Ia mana tahu akan terjadi seperti ini? Ia pikir, mungkin Iness akan menerima tawarannya kala itu. "Gak bisa lo bujuk lagi gitu, Yak? Pakek apa kek, ntar gue bayar deh." Arya terbahak. "Sedari awal, gue udah bilang kalau dia tuh beda sama cewek lain. Makanya, gue udah ngeluh dulu waktu lu minta tolong. Bukannya gue gak mau nolongin ya. Tapi kalo lo patah hati, gue gak mau ikut diminta bertanggung jawab." Abizard menghembus nafas dengan jengkel. Rasanya ia ingin sekali mengacak-acak rambutnya. "Terus dia maunya gimana?" "Mana gue tauk, Bi!" omelnya. "Lagian elo, bukannya nyari cewek lain. Ada banyak cewek yang ngantri, mau sama elo. Lah elo? Malah nyari yang kayak Iness," lanjutnya kemudian berdeham. "Kesambet apa lo mau sama Iness?" Abizard mendengus. "Gue pernah dengar kalo cowok sebrengsek apapun pasti pengen dapet cewek baik-baik, Bro." Arya terkekeh. "Tapi di mana-mana, cewek baik itu pasti maunya sama cowok baik, Bro. Bukan cowok brengsek." "Jadi maksud lo, gue b******k?" Arya terbahak. Ia tentu tak bermaksud begitu. Tapi kalau ingat banyaknya jumlah cewek yang patah hati karena Abizard, ia mungkin bisa menggelarinya sebagai f**k boy. Meski ia tak tahu kalau sebetulnya, cewek-cewek itu yang datang pada Abizard dan rela patah hati setelahnya. Salahnya Abizard, cowok itu juga meladeni cewek-cewek itu. Makanya terkesan memberi harapan setelah itu eeeeh dibuang! "Kalo lo merasa," tutur Arya dengan entengnya kemudian tersenyum tipis. "Gue bukannya mau menggurui elo, Bi. Tapi cewek kayak Iness ini mungkin hanya satu dari sekian juta. Dia bukan cewek yang mau-maunya deket sama cowok atau bergaul sembarangan kayak kita-kita. Dia cewek yang punya prinsip. Jadi sudah jelas, cowok macam apa yang dicari sama cewek-cewek kayak Iness ini untuk jadi suaminya. Pasti yang soleh. Dan kalau ingat ini, gue bukannya hanya pengen membuat lo berpikir tapi ini juga jadi pengingat buat gue. Gue juga gak bisa men-jugde lo buruk karena bisa jadi, penilaian gue salah atau bahkan gue lebih buruk dari elo. Tapi....lo pernah dengar beberapa surat dalam Al-Quran, Bi?" Abizard berdeham. Rasanya sudah lama sekali ia tak membaca Al-Quran. Ia sibuk tenggelam dalam berbagai masalah yang bertubi-tubi menimpanya hingga menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi. "Perempuan yang baik akan dipasangkan dengan lelaki yang baik. Dan seandainya elo masih kepengen dapet cewek semacam Iness ini. Cewek yang dimata gue, bisa gue bilang solehah. Jadi lo punya gambaran juga kan, cowok seperti apa yang pantas mendampinginya?" Abizard berdeham. Ia lebih dari tahu. Dan ini hanya mengingatkannya pada sosoknya dulu saat menatap Iness untuk pertama kali. Sudah dibilangkan kalau...baru kali itu, ia jatuh cinta pada seorang perempuan yang berjilbab? Sebelumnya, ia tak pernah sekalipun tertarik pada perempuan-perempuan seperti itu. Tapi, mungkin itu jalan untuk Abizard kembali pada-Nya. Untuk mencari cinta yang sesungguhnya. Cinta yang sempat ia lupakan karena kesibukan dunianya. Cinta yang selalu ada untuk hamba-Nya sekalipun hamba-Nya hobi sekali melupakan Tuhannya. @@@
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN