42. Sebuah Isyarat.

1893 Kata

Rindu segera berlari ke lapangan futsal, dan menemukan laki laki itu sedang bermain bersama teman teman nya dan juga Axel ada di sana. Rindu duduk di sisi lapangan dengan melihat ponselnya yang sudah terbelah menjadi dua. "Duh, kira kira ini bakal nyala lagi enggak ya?" Rindu bergumam sendiri dengan perasaan jengkel dan sesak. Ia ingat, bagaimana senangnya mendapatkan gajih pertama meski tidak besar. Lalu ia bisa membeli ponsel itu dengan suka cita, meski benda tersebut sudah tidak orisinil lagi. Tapi bagi Rindu yang terpenting adalah ia bisa menggunakannya sesuai dengan fungsinya. "Ponselnya kenapa?" suara Abijar membuatnya kaget, Rindu segera saja menyembunyikan benda tersebut ke belekang tubuhnya dengan gelagapan. "Eh, enggak. Enggak apa apa ko," Abijar terdiam, ia sudah jelas meliha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN