BAG.5

1198 Kata
    Begitu kubuka mataku, pemilik mata cokelat itu menatapku dari atas. Dia rupanya menindih tubuhku dengan kedua tangannya berada disisi bahu, menahan berat tubuhnya.     “apa...”     Cup!     Aku mengerjapkan mataku, menatapnya dengan penuh keheranan. sebernarnya apa yang dilakukan lelaki ini. Kenapa dia mencium keningku tiba-tiba dan dia malah memberikan cengiran lebar padaku.     “maaf” dia menyingkirkan tiubuhnya dariku, kemudian membantuku berdiri.     “itu permintaan maafku karena mengataimu bau” dia menggaruk lehernya.     “kau tak perlu seperti itu..”     “baiklah, aku keluar dulu. aku ingin membeli minuman. Kau mau?”     “tidak. Pelatihan lain sedang menungguku sebentar lagi. Aku harus segera pergi” aku mengambil tasku yang kusimpan di pojok ruangan.     “Seira? Apa dia tidak memberitahumu?”     “apa?”     “dia tidak bisa melatih karena Ibunya masuk rumah sakit” ucap Kael berdiri di dekat pintu.        “kalau begitu aku bisa istirahat di rumah. Terima kasih sudah memberi tahuku” aku berjalan ke arah pintu.     “apa kamu tidak mau menontonku Kimberly?”     “untuk apa?”     “kita seorang penyanyi dan penari juga. Mungkin kau mau melihat sedikit latihan kami?”     “sudahlah Lucas, kau tak perlu mengajaknya. Dia hanya akan jadi pengganggu” rupanya Jayden mengusirku dengan cara terang-terangan.     “terima kasih Kael. Tapi aku lebih suka beristirahat di rumah. Kakiku sudah sangat sakit dan aku buth mandi karena badanku bau”     “kau tahu maksudku bukan seperti itu”     “terserah. Aku pulang saja”     “well, baiklah aku tidak memaksa”        Aku meninggalkan mereka berdua di ruang studio. Mereka berdua sungguh orang yang aneh.        “kupikir kau akan lepas kendali Lucas” Jayden menyilangkan kedua tangannya di d**a.     “hanpir saja kalau kau tidak berteriak. Aroma tubuhnya sangat luar biasa. Apa dia benar-benar manusia?”     “dia manusia”     “tapi aku bisa mencium sedikit bau James darinya? Apa ada hubungannya dengan dia?” Kael tampak mengerutkan keningnya. Dia selalu seperti itu ketika sedang fokus.     “dia tinggal dengan seorang nenek tua. Jangan berpikir yang macam-macam, ayo kita latihan sekarang”     “aku serius. Apa kau tidak bia mencium baunya? Jangan-jangan penciumanmu sudah tumpul Jayden..!”     “mulailah berlatih Lucas! Aku hanya punya dua jam sebelum syuting dramaku”     Gadis itu memang memiliki bau James yang samar. Apa dia pernah bertemu dengan James sebelumnya dan menandai Gadis itu? tapi James sudah memiliki mate, tidak mungkin dia memiliki mate lebih dari satu. ***     Haah, rebahan diatas kasur memang lebih baik. aku merasa tersiksa mengikuti segala pelatihan ini. aku mengikuti kelas konseling, kelas modeling, kelas drama bahkan aku diminta untuk menguruskan beberapa kilo lagi berat badanku. Mereka bahkan sudah mendaftarkanku di tempat fitnes lengkap dengan instrukturnya. Sungguh berat perjalanan menjadi seorang public figure. Tapi untungnya, mereka juga memfasilitasi salon kecantikan dan perawatan tubuh untukku dengan gratis.     Aku menghubungi Dean untuk menanyakan kabar Granma Lilie. Granma sekarang tinggal di kediaman Uncle Mike. Kebetulan anak perempuannya adalah seorang dokter, jadi dia bisa sekalian merawat Granma.     “hallo Dean, bagaimana kabar Granma sekarang? Apa kondisinya sudah lebih baik?” tanyaku begitu telponku diangkat pada dering keempat.     “hai Kim, yeah Granma sudah sedikit lebih baik. dia menjalani terapinya dengan penuh semangat”     “syukurlah kalau begitu. aku harap dia bisa segera kembali seperti dulu”     “Granma selalu menanyakanmu. Maukah kamu datang nanti malam? Dia sangat rindu denganmu dan ingin makan malam bersama denganmu”     “apakah tidak apa-apa jika aku datang? Apa Paman Fritz tidak keberatan aku datang, dia tidak begitu menyukaiku”     “tenang saja, dia tidak datang kemari hari ini. Jadi, kau mau datang? Apa aku harus menjemputmu ke apartemenmu?”     “tidak perlu. Aku akan kesana sendiri”     “baiklah, berhati-hatilah dalam perjalanan kemari. Beritahu aku ketika kau berangkat”     “hm, sampai jumpa nanti”     “sampai jumpa”     Aku harus segera mandi, lebih baik aku madni air hangat agar badanku tidak terasa pegal. Sebelum itu, aku memilih baju yang paling terbaik menurutku sebelum pergi mengunjungi rumah Paman Mike. ***     Akhirnya aku bisa melihatmu Kim, aku benar-benar merindukanmu” Granma datang dengan memakai kursi roda yang di dorong oleh Dean.     “aku juga merindukanmu Granma” aku memeluk Granma dan mencium kedua pipinya.     “ya ampun, kenapa kamu sedikit kurus? Apa kamu tidak makan dengan baik selama aku tidak ada?” Granma mengelus kedua pipiku.     “aku makan dengan baik, hanya saja pekerjaanku semakin banyak”     “apa kamu mengambil banyak pekerjaan lagi selain di restoran? kau harus bisa memperhatikan dirimu sendiri Kim” aku hanya tersenyum mendengar rasa khawatir Granma.     “Dean, cepat beritahu pelayan untuk siapkan makan malamnya. Kita akan makan malam sekarang”     “siap Granma” Dean mendorong kursi roda Granma menuju ruang makan. Aku berjalan di samping Granma tyang masih memegang tanganku.     “jadi bagaimana kabarmu sayang? Apa kamu baik-baik saja setelah aku tinggal disini?”     “aku baik-baik saja Granma”     Sambil makan malam, aku menceritakan semua aktifitas pada Granma dan Dean. Granma belum tahu kalau aku sekarang seorang trainee di sebuah agensi untuk menjadi seorang model. Granma sedikit kaget dan juga senang karena sebentar lagi dia punya cucu seorang model terkenal. Aku terkekeh mendengar candaanya. Granma juga merasa khawatir karena tubuhku terlihat agak kurus.     Setelah makan malam, Dean pamit pergi untuk menemui seseorang. Tinggal aku dan Granma yang masih bertahan untuk saling berbicara. Sudah lebih dari dua jam aku dan Granma melepas rindu.     “menginaplah disini. Ini sudah malam, kota besar lebih banyak orang jahat dibanding tempat kita dulu”     “aku ingin sekali Granma, tapi besok aku harus bangun pagi sekali”     “tunggulah sampai Dean pulang, biar dia yang mengantarmu”     “aku bisa pulang sendiri Granma, tempatnya tidak begitu jauh dari sini” aku meyakinkan Granmaku bahwa aku akan baik-baik saja.     “aku tidak yakin, bisakah kamu tinggal disini saja?”     “tidak bisa Granma, aku harus segera pulang” wajah Granma terlihat sedih dan murung. Aku juga ingin tinggal bersama dengan Granma. Tapi tidak dirumah ini.     “baiklah, kau harus menelpon Granma begitu kau sudah sampai dirumah. Oke?”     “oke, aku janji” aku berpamitan dengan Granma.     Aku mulai menyesal karena tidak mengikuti kata-kata Granma. Sejak aku turun dari bus aku baik-baik saja sampai aku memutuskan untuk melewati jalan pintas berupa gang yang pencahayaannya sangat kurang, aku merutuki diriku sendiri kenapa aku memutuskan untuk melewati jalan ini. Dengan sangat waspada, aku menengok ke kiri dan kanan. Berjaga-jaga jika ada pria mabuk atau b******k yang menggodaku.     Jalanan sangat sunyi, aku bisa mendengar langkah kakiku sendiri. Ketika sampai pertigaan, aku mulai menyadari ada langkah lain selain langkah kakiku. Ketika aku berhenti, langkah itu berhenti. Ketika aku berjalan, dia ikut berjalan. Aku takut untuk melihat kebelakangan, akhirnya aku menutuskan untuk berlari sampai ke apartemenku. Dia masih mengikutiku!     Begitu sampai apartemenku, aku langsung mengunci pintu. Aku tidak tahu dia tadi mengikutiku sampai ke dalam gedung atau tidak, yang penting aku selamat sekarang. Kulihat jendela kamarku belum terkunci dan gordennya masih terbuka. Ketika aku hendak mengunci jendela, Aku melihat seseorang berpakaian serba hitam, memakai topi dan masker hitam menatap tepat ke arahku dari luar. Kupandangi orang itu beberapa saat, tapi dia tetap berada disitu. Merasa tidak beres aku segera menutup gorden jendelaku. ‘Semoga saja bukan orang m***m mabuk yang mengikutiku’.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN