3

2155 Kata
Di kediaman orangtua Baskara, saat ini kebahagiaan tengah menyelimuti tempat itu karena Baskara sudah memberitahukan tentang hubungannya dengan Shylla. Dan mengatakan saat ini Shylla tengah mengandung. Selama ini orangtua Baskara tidak begitu menyukai Athalia. Bukan hanya karena Athalia tidak sepadan dengan Baskara, tapi juga karena Athalia tidak bisa memberikan Baskara keturunan. Berkali-kali mereka mendesak Athalia untuk menceraikan Athalia, tapi Baskara selalu menolak. Mereka tidak tahu sihir apa yang sudah digunakan Athalia pada putra mereka hingga putra mereka begitu tidak ingin kehilangan Athalia. Beruntung saat ini Baskara sudah terbuka mata dan pikirannya hingga putra mereka kini membawa wanita lain. Mereka sangat mendukung Baskara melakukan hal ini. Setidaknya mereka bisa mengakhiri nasib sial yang menimpa putra mereka. Ditambah lagi mereka cukup mengenal asal-usul Shylla yang juga berasal dari kalangan atas. Ini akan sangat baik untuk pengaruh bisnis keluarga mereka ke depannya dengan dukungan dari keluarga Shylla. Ibu Baskara memeluk Shylla. Mengecup puncak kepala Shylla dengan sayang. "Terima kasih, Shylla. Kau membuat harapan kami menjadi kenyataan. Sebentar lagi kami akan memiliki cucu. Hidup kami yang menyedihkan kini membaik kembali." "Mom, apa yang Mommy katakan." Baskara tidak suka mendengar ucapan ibunya. "Mom tidak mengatakan sesuatu yang salah. Kami benar-benar merasa sedih karena kami pikir kami tidak akan memiliki cucu darimu." Ibu Baskara menggenggam tangan Shylla. Memegangnya layaknya sebuah permata yang begitu berharga. "Aku senang jika kehadiranku membuat Bibi senang. Aku pikir aku tidak akan diterima di keluarga ini mengingat aku berada di tengah-tengah Baskara dan Athalia." Shylla berkata dengan lembut. Ia tampak seperti wanita yang begitu bersih bahkan setelah ia melakukan kesalahan besar dengan merusak kebahagiaan orang lain. "Apa yang kau katakan, Shylla. Mana mungkin kami akan menolakmu. Kau sangat diterima di keluarga ini." Ibu Baskara mengatakan kata-kata yang sesuai dengan harapan Shylla. Ayah Baskara memikirkan sesuatu ketika mendengar nama Athalia disebutkan. "Apakah kau sudah menceraikan Athalia?" Suasana di tempat itu tiba-tiba menjadi hening. Mereka menunggu jawaban dari Baskara. "Aku tidak akan menceraikan Athalia." "Apa yang kau katakan, Baskara? Kau sudah memiliki Shylla, kau harus melepaskan Athalia. Daddy tidak ingin keluarga kita menjadi bahan pembicaraan karena kau memiliki dua istri." Ayah Baskara menatap putranya tegas. "Dad, ini tidak adil untuk Athalia. Jika aku menceraikannya maka dia tidak memiliki siapapun lagi. Lagi pula aku dan Shylla sudah sepakat bahwa pernikahan kami akan disembunyikan. Bayi yang dikandung oleh Shylla akan menjadi bayi Athalia. Jadi, tidak akan ada masalah ke depannya," balas Baskara. Pria ini sudah memikirkannya dengan sangat baik, ia ingin memiliki anak, tapi ia tidak ingin orang-orang mencelanya karena memiliki dua istri. Orangtua Baskara sangat tidak setuju dengan pemikiran putranya. Menyimpan rahasia seperti itu akan menjadi boomerang untuk ke depannya. "Kau tidak bisa melakukan ini pada Shylla, Baskara. Shylla adalah wanita yang akan melahirkan anak untukmu. Seharusnya dia yang diakui sebagai istrimu bukan wanita mandul itu." Ibu Baskara berkata tak senang. Ia merasa kasihan pada Shylla. "Bibi, aku tidak keberatan sama sekali. Ini merupakan jalan terbaik untuk kami. Aku menyadari posisiku. Selama aku bersama Baskara, semuanya akan baik-baik saja." Hati ibu Baskara terenyuh. Ia tidak tahu terbuat dari apa hati Shylla. "Kau terlalu baik, Shylla. Athalia benar-benar beruntung karena kau mengizinkannya menjadi ibu dari anakmu." "Apakah Athalia sudah mengetahui tentang hubungan kau dan Shylla?" tanya ayah Baskara. "Sudah, Dad." "Lalu, apa reaksi Athalia?" "Athalia tidak menerima hubunganku dengan Shylla. Namun, itu tidak akan berlangsung lama. Aku mengenal Athalia, dia pasti akan menerima Shylla." Baskara berkata dengan yakin. Ia tahu saat ini Athalia hanya marah padanya dan belum berpikir dengan jernih. Ia akan memberikan Athalia waktu beberapa hari agar bisa berpikir dengan baik. "Istrimu benar-benar tidak tahu diri. Dia seharusnya bersyukur kau tidak menceraikannya. Ckck, biarkan Mom bicara dengannya besok!" Ekspresi wajah ibu Baskara terlihat sinis. Setiap kali membicarakan Athalia, yang wanita itu rasakan hanyalah benci dan marah. Jika saja Baskara tidak bersikeras menikahi Athalia, maka saat ini ia pasti sudah memiliki banyak cucu. Athalia memang pembawa sial untuk keluarga mereka. "Tidak perlu, Mom. Biarkan Athalia sendiri dulu untuk saat ini." Baskara tidak ingin ibunya menekan Athalia. Ia tahu bagaimana watak ibunya yang sering bersikap sinis pada Athalia. "Lalu bagaimana dengan orangtua Shylla? Apakah mereka tahu hubungan kalian?" Ayah Baskara tidak ingin memusingkan Athalia. "Orangtuaku belum mengetahui tentang hubungan kami, Paman. Namun, aku akan segera memberitahu mereka jika waktunya sudah tepat. Mereka mungkin akan kecewa padaku karena berhubungan dengan suami orang lain," seru Shylla. Orangtua Baskara memandangi Shylla iba. Seharusnya Shylla tidak perlu berada di posisi sulit ini jika saja Athalia sedikit tahu diri dan mau meninggalkan Baskara. Ini semua salah Athalia. "Shylla, karena kau sudah menikah dengan Baskara. Maka jangan memanggil kami Paman dan Bibi, panggil saja seperti Baskara memanggil kami," seru Ayah Baskara. "Jika suatu hari kau mendapatkan kesulitan kau bisa datang ke rumah ini kapan saja. Kau diterima setiap saat di rumah ini." "Baik, Dad." Shylla berkata sedikit malu. "Aku akan sering berkunjung mulai dari seakrang." Ibu Baskara tersenyum senang. "Akhirnya aku memiliki menantu yang bisa aku banggakan. Kita akan menghabiskan banyak waktu bersama, Shylla." "Aku menantikannya, Mom." Baskara merasa tenang, ia sudah menduga sebelumnya bahwa orangtuanya tidak akan menolak Shylla. Sekarang yang menjadi masalah hanya Athalia. Ia harap Athalia akan segera melunak. Setelah dari rumah orangtua Baskara, Shylla diantar kembali ke kediaman milik Shylla. Wanita itu tinggal sendirian di sana. Inilah kenapa Baskara ingin membawa Shylla ke kediamannya dengan Athalia agar Shylla memiliki teman. Dan agar ia bisa memperhatikan Shylla tanpa harus meninggalkan Athalia. Shylla mengalungkan kedua tangannya di leher Baskara. "Kau akan menginap di sini, kan?" serunya dengan suara genit. Baskara membelai kepala Shylla. "Aku masih memiliki urusan yang harus aku kerjakan, setelah urusanku selesai aku akan kembali ke sini." "Baiklah." Shylla menjawab patuh. Baskara mencium bibir Shylla lembut. "Masuklah dan istirahat, aku pergi." "Ya, hati-hati di jalan." Baskara kemudian meninggalkan halaman rumah Shylla. Pria itu harus kembali ke rumahnya dengan Athalia untuk memastikan Athalia kembali ke rumah mereka. Tidak lama dari kepergian Baskara, sebuah mobil sedan hitam mendatangi rumah Shylla. Seorang wanita paruh baya dengan penampilan elegan dan masih terlihat cantik di usia yang tidak muda lagi keluar dari sana. Wanita itu menekan bel, hanya dalam hitungan detik pintu kembali terbuka. "Mom." Shylla segera memeluk ibunya yang datang berkunjung ke kediamannya. "Apakah kau sangat merindukan Mommy, hm?" Wanita yang merupakan ibu Shylla itu membelai lembut kepala putrinya. "Tentu saja, aku sangat merindukanmu, Mom." Shylla bersuara manja. "Kalau begitu kembalilah ke rumah. Bukankah sangat tidak menyenangkan tinggal sendirian?" "Tidak, aku lebih suka tinggal di sini. Aku bisa membuat Baskara mendatangiku setiap hari." Shylla melepaskan pelukannya dari sang ibu. "Kau ini, demi seorang pria kau rela hidup terpisah dari orangtuamu." Ibu Shylla mencubit ujung hidung putrinya. "Daddymu benar-benar cemburu pada Baskara yang sudah mencuri hati putri kecilnya." Shylla tertawa kecil. "Aku akan menghibur Daddy jika aku bertemu dengannya nanti," ujarnya. "Ah, benar, ayo masuk, Mom." Shylla baru ingat jika saat ini ia dan ibunya masih berada di depan pintu rumahnya. Ibu Shylla melangkah bersama dengan Shylla yang menggandeng lengannya manja. Kemudian mereka duduk di sofa. "Bagaimana kabarmu?" tanya ibu Shylla. "Aku sangat baik, Mom." "Apakah Baskara sudah membawamu bertemu dengan istrinya?" "Sudah, Mom." "Lalu?" "Istrinya tidak menerima keberadaanku. Wanita itu meminta bercerai dari Baskara, tapi Baskara tidak ingin menceraikannya." Ibu Shylla berdecak. "Kenapa Baskara masih mempertahankan istri seperti itu? Kau bahka lebih baik berkali lipat dari wanita itu." "Tidak usah dipikirkan, Mom. Aku pasti akan membuat Baskara menceraikan istrinya. Aku tidak akan mungkin menjadi bayangan orang lain terlalu lama." Shylla sudah memiliki banyak rencana di tangannya. Ia tahu Baskara sangat mencintai Athalia, dan ia akan membuat cinta itu berubah menjadi benci. Ia akan membuat jarak di antara Athalia dan Baskara semakin jauh hingga tidak ada cara lagi bagi mereka untuk memperbaiki segalanya. Baskara hanya akan mencintai satu wanita saja, dan itu adalah dirinya bukan Athalia. Shylla tidak pernah kalah dalam persaingan, jadi ia sangat yakin dalam hal ini. Ibu Shylla masih merasa tidak puas. Seharusnya Baskara menceraikan Athalia dan memperkenalkan Shylla kepada semua orang bahwa Shylla adalah istrinya yang baru. Putrinya terlalu berharga untuk menjadi simpanan seorang pria. "Jangan terlalu lelah, kau memiliki janin yang harus kau jaga di kandunganmu." "Aku mengerti, Mom." "Daddymu memiliki pesan untukmu. Saat ini perusahaan membutuhkan lebih banyak dana untuk mengatasi beberapa masalah. Bujuklah Baskara untuk menginvestasikan lebih banyak uang di perusahaan kita." "Baik, aku akan membujuknya. Baskara selalu mengabulkan permintaanku, dia pasti akan membantu perusahaan kita." Ibu Shylla tersenyum senang. "Itu bagus. Kau memang bintang keberuntungan Mommy dan Daddy." Satu-satunya alasan orangtua Shylla mengizinkan Shylla berhubungan dengan Baskara yang merupakan pria beristri adalah karena harta kekayaan Baskara. Mereka hanya memikirkan manfaat Baskara untuk kelangsungan perusahaan mereka. Ada banyak keuntungan yang bisa mereka terima jika membiarkan Baskara berhubungan dengan Shylla. Kekuasaan keluarga mereka akan semakin bertambah, mereka bisa memasuki jaringan bisnis yang lebih luas dari sebelumnya. Saat ini Baskara masuk dalam seratus orang terkaya di dunia versi majalah forbes. Bisnis yang Baskara kelola telah menguasai pasar dunia. Banyak pengusaha yang ingin berhubungan baik dengan Baskara, termasuk ayah Shylla. Namun, akan sulit bagi mereka jika mengandalkan nama perusahaan mereka untuk berhubungan dengan Baskara. Jadi, ayah Shylla menjadikan putri satu-satunya sebagai senjata untuk mendekati Baskara. Pria itu membawa Shylla ke sebuah pesta yang juga didatangi oleh Baskara, dan di sanalah keduanya bertemu untuk pertama kalinya. Seperti yang diharapkan oleh orangtua Shylla, putri mereka berhasil mendekati Baskara. Namun, mereka bersikap seolah tidak mengetahui hubungan antara Shylla dan Baskara di depan Baskara, karena mereka ingin Baskara terus melihat betapa Shylla memperjuangkan Baskara. Mereka ingin Baskara melihat betapa Shylla sangat mencintai Baskara hingga rela membohongi orangtuanya sendiri. Dan ya, mereka berhasil. Sangat berhasil hingga Baskara bahkan menikahi Shylla. Rencana mereka hanya tinggal selangkah lagi, yaitu memastikan Shylla menjadi satu-satunya istri Baskara. Dengan begitu seluruh kekayaan keluarga Baskara akan jatuh pada anak yang Shylla kandung saat ini. Di sisi lain, saat ini Baskara tengah berada di kediamannya dan Athalia. Ia menemukan istrinya ada di sana. "Aku akan makan malam di sini. Siapkan makan malamku." Baskara bicara pada Athalia yang menganggapnya tidak ada. Athalia merasa ironi, bagaimana mungkin ia bisa menyiapkan makan malam untuk pria yang sudah menginjak-injak hatinya hingga hancur tidak berbentuk lagi. "Kau bisa meminta pelayan untuk melakukannya." Athalia berkata acuh tak acuh. Ia naik ke atas ranjangnya, bersiap untuk tidur lebih awal. Kepalanya masih terasa sedikit sakit, tidur akan memuatnya lebih baik. "Aku tidak ingin masakan pelayan, Athalia." Baskara menatap istrinya tegas. Athalia menutup matanya, bersikap tidak peduli sama sekali. Akan lebih baik jika Baskara tidak datang, setidaknya ia tidak perlu menghirup udara yang sama dalam satu ruangan bersama pria pengkhianat itu. "Athalia, berhenti bersikap kekanakan! Kau istriku, layani aku dengan benar." Athalia mendengus jijik. Ia membuka matanya dan menatap Baskara malas. "Kau masih berpikir untuk meminta aku menyiapkan makan malammu? Apa kau tidak takut aku akan memasukan racun ke dalam makananmu?" "Athalia, berhenti mengatakan omong kosong. Siapkan makan malam dan makan bersamaku." "Aku hanya akan memuntahkan makananku jika aku makan bersamamu. Lebih baik kau pergi dari sini." "Kau tidak bisa mengusirku dari rumahku sendiri, Athalia." "Kalau begitu biar aku yang pergi dari sini." Athalia turun dari ranjang. Baskara tidak menyangka jika Athalia akan sekeras ini. Ia seorang pria yang menyukai istrinya bersikap patuh padanya, dan ia telah mentolerir sikap Athalia dua hari ini. "Mau pergi ke mana kau dengan pakaian seperti itu!" Baskara meraih tangan Athalia. Kedua matanya bertemu dengan mata Athalia yang dingin. "Itu bukan urusanmu!" balas Athalia sinis. Baskara semakin geram. Ia menarik Athalia menuju ke ranjang lalu menghempaskanya di sana. "Jangan pernah berpikir kau bisa meninggalkanku, Athalia." Kedua tangannya mencengkram bahu Athalia kuat. Setelah itu Baskara mencium Athalia kasar. Pria yang selalu bersikap lembut pada Athalia ini kini memperlihatkan sisi kejamnya. Ia akan memaksa Athalia tunduk kepadanya. Jika tidak bisa dengan cara membujuk maka ia akan menggunakan cara kekerasan. Baskara mengoyak gaun tidur Athalia. Pria itu menyentuh tubuh Athalia meski Athalia tampak seperti mayat hidup yang tidak b*******h sama sekali terhadapnya. Bayang-bayang Shylla bersetubuh dengan Baskara membuat Athalia merasa jijik pada tubuh Baskara. Namun, ia tidak bisa meloloskan dirinya dari Baskara karena tenaga pria itu jauh lebih kuat darinya. Setelah gelombang klimaks menyapu dirinya, Baskara bangkit dari tubuh Athalia. Ia merasa semakin marah pada Athalia karena wanita itu membuatnya seperti bercinta dengan mayat. Tidak ada desahan yang keluar dari mulut Athalia. Wanita itu begitu dingin terhadapnya. "Dengarkan ucapanku baik-baik, Athalia. Jangan pernah berpikir bahwa aku akan melepaskanmu. Teruslah bersikap keras kepala karena itu tidak akan mengubah apapun. Kau bisa tidak akan pernah bisa menolak keinginanku. Aku yang berhak menentukan semua keputusan di dalam rumah tangga kita!" Baskara bersuara tegas. Setelah mengatakan itu ia merapikan kembali celananya lalu meninggalkan Athalia. Athalia tidak memikirkan ucapan Baskara, ia menutup matanya lalu segera terlelap. Athalia tidak akan menyerah terhadap kebebasannya. Ia akan terus menginjak-injak harga diri Baskara hingga pria itu tidak tahan lagi dengannya. Athalia tidak punya pilihan lain selain bertahan sedikit lebih lama. Ia bisa saja melarikan diri dari Baskara, tapi pada akhirnya pria itu akan tetap menemukannya. Baskara memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu, jadi Athalia tidak akan repot melarikan diri dari Baskara. tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN