Mami Iren menatap tak tega melihat Caca yang berjalan agak berbeda. Kelihatan nyata banget kalau menantunya itu menahan sakit. “Beneran enggak apa-apa?” tanyanya, tetap memegangi tangan Caca yang menjabat tangannya. Caca mengangguk dengan begitu yakin. “Udah biasa kaya’ gini, Mi. Buat istirahat, nanti juga sembuh.” Mami menghela nafas, dia melirik ke arah mobil anaknya yang berhenti di depan undakan teras. Detik kemudian kaca mobil itu bergerak turun. Mami ikut melangkah turun dan berhenti tepat di undakan yang terakhir. “As, bik Susi perlu ikut ke apartemen enggak? Biar dia nanti bantuin bersih-bersih di sana,” usul mami. Caca yang menggeleng cepat. “Enggak usah, Mi. Biar aku bersihin aja.” “Mi, aku ada kerjaan urgent. Bisa terlambat aku.” Di dalam mobil sama Va’as protes. Mami Ire