Kedua tangan Caca berpegangan pada dua lengan kekar Va’as yang bertumpu di kasur, mengungkung tubuh. Kedua dadanya yang berukuran kecil itu naik turun sesuai dengan pergerakan Va’as yang terus-terusan maju mundur. “Paakk, aahhh ....” jerit Caca, makin kencang mencekal lengan Va’as saat dia akan mencapai puncaknya. Merasa barangnya semakin dijepit, Va’as semakin kuat menghentakkannya juga. Lalu diam dengan tubuh yang membungkuk memerhatikan Caca yang menggigit bibir merasakan pelepasannya. Ada cairan hangat yang menyapa moge yang masih menancap di dalam sana. Sudut bibirnya sedikit tertarik memerhatikan wajah mangap-mangap istrinya. Va’as makin membungkuk, meraub salah satu dadaa Caca dan menyesapnya. Dia membiarkan saja barangnya terjepit di bawah sana dengan terus menyusu, mencari ke