“Tidak.” Kirana menggeleng. Denyut jantungnya seketika mengencang dan hampir menulikan telinganya sendiri. Sementara itu, isak tangisnya mengalir begitu saja tanpa direncanakan. Entah apa yang membuatnya merasa sangat sedih, tetapi semua sentuhan Gala tiba-tiba saja mengingatkannya kembali akan kejadian malam yang tidak diinginkan itu. “Aku belum siap melakukannya, Mas,” lanjut Kirana. Gala berusaha keras untuk mengerti meskipun dorongan hasrat terus memaksa meminta dipuaskan. Menahan gairah yang nyaris meledak di balik celana katunnya, Gala hanya mampu memeluk Kirana. Tidak mudah untuk menyembuhkan trauma psikologis. Gala sangat mengerti hal itu. Semua ini karena Arsenio. Gala mengeraskan rahang. Iris cokelatnya menatap tajam sesuatu yang hanya ada di dalam pikirannya. Satu tangannya