“Di mana Zeline?” tanya Aksa dengan menggoncang goncangkan bahu Farel. “Dia sedang di dalam, Sa. Keadaannya sangat parah,” ucap Farel dengan wajah pucat. “Apa yang terjadi?” tanya Aksa dengan air mata yang menetes. Dia tidak menyangka jika Zeline akan mengalami kecelakaan seperti ini. Dia menyesal karena tadi tidak menoleh kepada gadis itu sedikitpun juga. ‘Apa mungkin hari ini adalah hari terakhirnya bertemu dengan Zeline?’ batinnya sendirian. Aksa memasuki ruangan UGD dengan perasaan yang berkecamuk. Sedih, kecewa dan menyesal bersatu di dalam pikirannya. “Maafkan aku, Zel,” lirihnya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir saat melihat keadaan Zeline yang terluka parah. “Silakan tunggu diluar, Tuan,” sahut salah seorang perawat kepada Aksa yang berdiri mematung disamping hospit