“Perempuan?” tanya mamah dengan dahi berkerut dan alis yang bertaut. “Iya, Mah. Dia yang membawa aku kesini,” jawab Aksa. “Mamah tidak bertemu dengan siapa siapa saat sampai di sini, sayang. Apa kamu yakin yang menolongmu adalah seorang perempuan?” tanya Mamah yang tidak yakin dengan ucapan Aksa barusan. ‘Jangan jangan Aksa benar benar hilang ingatan,’ pikir mamah sendirian. “Iya, Mah. Aku sangat yakin karena aku melihat wajahnya dengan jelas saat dia melawan orang yang mengeroyokku kemarin,” jelas Aksa. “Apa kamu mengenal perempuan tersebut?” tanya mamah lagi. “Tidak, Mah. Sepertinya masih pelajar SMP mah.” Aksa berusaha mengingat wajah perempuan yang telah menolongnya. “Benarkah? Apa kamu tidak salah lihat, Nak. Apa mungkin anak SMP bisa bantuin kamu, perempuan lagi?” tanya mamah y