CHAPTER 4

1585 Kata
Pria itu menatap Tatiana yang berjalan kearahnya dengan wajah menunduk. "Uncle baru tahu jenguk orang sakit pakai baju seperti ini." Damian menyindir dress hitam yang di kenakan Tatiana. "Apa rumah sakit sudah pindah kesini?" Damian dengan nada dingin. Yang di sindir hanya menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf." Tatiana tertunduk. "Kita pulang sekarang." Damian mengandeng tangan Tatiana untuk keluar. Baru beberapa langkah, ada tangan menahan lengan Tatiana juga. "Tiana biar saya yang antar." ucap Sam merebut tangan Tatiana yang di pegang Damian. Damian tidak mau kalah dengan anak baru menetas kemarin. Ia juga memegang tangan Tatiana. Terjadilah tarik menarik antar dua pangeran tampan. 'Astaga, kenapa kek di film-film. Di perebutin dua cogan.' ucap batin Tatiana. "Tatiana, bilang kepada teman priamu untuk segera melepaskan tangannya dari tanganmu." perintah Damian dengan suara datar, namun penuh penekanan. Tatiana menoleh kearah Sam. "Sam, lepas." pinta Tatiana pada Sam. "Lo balik sama gue." kata Sam tidak menyerah. "Ngga papa Sam, gue balik sama uncle Dami." tolak Tatiana. 'Sam kenapa si.' tanyanya dalam hati melihat tingkah Samuel. "Sudah dengar yang Tatiana ucapkan? Sekarang lepaskan." ucap Damian menatap Sam. Dengan berat hati Sam melepas genggamannya di tangan Tatiana dan melihat Tatiana menjauh bersama Damian yang menggenggam telapak tangannya. Sam melihat mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. Di dalam mobil Damian tidak membuka suara, begitu pun dengan Tatiana, ia menunduk tidak berani menatap Damian. "Ganti baju, lalu turun untuk makan." perintah Damian dengan wajah ketus. Tatiana naik tanpa membantah ucapan Damian. Ia tidak mau membuat Damian tambah murka. Karena di sini Tatiana yang bersalah. Setelah selesai Tatiana dan Damian makan malam bersama. Masih sama tidak ada yang membuka suara. Damian masih mengacuhkan Tatiana. hanya suara piring berdenting menemani makan malam mereka. "Uncle sudah putuskan, kamu akan om pindahkan ke Singapure. Kau akan bersekolah disana dan akan tinggal bersama madam Rose." putus Damian. Tatiana terkejut dengan keputusan Damian yang tiba-tiba. Pindah ke luar negeri? Yang berati akan jauh dari sahabat-sahabatnya dan berjauhan dengan Damian. Ia tidak bisa melakukannya. Bukan ia tidak mau tinggal bersama madam Rose. Madam Rose sudah seperti ibu kedua bagi Tatiana. Madam Rose adalah sahabat ibunya. Ia juga sudah menganggap Tatiana sebagai anaknya sendiri. Karna beliau tidak memiliki anak. Tapi sekarang ia sudah memiliki seorang Putra yang masih berusia 6 tahun. Madam Rose pindah karena pekerjaan suaminya yang mengharuskan mereka pindah. Tatiana hanya tidak bisa berjauhan dengan Damian. Orang yang selama ini selalu di dekatnya. "Tiana ngga mau." tolak Tatiana cepat. "Kamu harus mau. Ini demi kebaikan kamu sendiri. Kalau kamu tetap disini kamu tidak akan fokus pada sekolahmu." Damian kekeh dengan keputusannya. "Tiana tetap ngga mau." Tatiana tetap pada pendiriannya tidak akan pergi. "Sudah uncle bilang, ini semua demi kebaikanmu." Tatiana berdiri sambil menggebrak meja. "Demi kebaikan aku? Uncle selalu bertindak semau uncle, tanpa tahu benar-benar apa kemauan Tiana. Uncle tahu, uncle itu egois, Tiana benci sama uncle." Tatiana meninggalkan meja makan, meninggalkan Damian sendirian dengan wajah yang sulit di artikan. "Tatiana Jasmine Matthew, uncle belum selesai bicara." panggil Damian melihat Tatiana yang menjauh dari meja makan. "Persetan dengan keputusan uncle." Tatiana benar-benar meninggalkan ruang makan, dan pergi ke kamar dengan menutup pintu dengan sangat keras. Di dalam kamar, Tatiana menangis. Ia marah, bagaimana bisa Damian dengan seenaknya menyuruhnya untuk pindah. 'Uncle jahat, Tiana cuma mau uncle, tapi uncle malah nyuruh Tiana pergi.' kata Tatiana sambil terisak. Damian pov Apa aku terlalu keras terhadap Tatiana? Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin Tatiana fokus sekolah, menyelesaikan pendidikannya. Bukan untuk bermain-main seperti tadi. Dia berbohong padaku. Dia bilang ingin menjenguk temannya tapi nyatanya dia pergi kepesta. Aku juga berat mengambil keputusan ini, jauh dari Tatiana. Sungguh itu bukan kemauanku. Tapi sekali lagi kutegaskan, ini semua demi kebaikannya, demi masa depannya. Meskipun itu akan membuat Tatiana marah padaku. Damian POV end Didalam kamar Tatiana masih menangis. Ia mengambil ponselnya di atas nakas, menelpon seseorang. "Halo paris." Tatiana menelpon paris. "Lo dimana? Tadi uncle lo jemput? Tadi Daniel yang bilang ke gue. Lo lagi nangis nyet." tanya paris mendengar isakan Tatiana. "Paris, gue mau tinggal sementara di apartemen lo. Lo sekarang jempet gue." kata Tatiana langsung, tanpa meminta persetujuan. "Gila, mana berani gue jemput lo bisa-bisa gue di mutilasi sama bodyguard suruhan uncle lo." tolak Paris, mengingat penjagaan super ketat di kediaman Tatiana. "Lo jemput gue di persimpangan komplek aja nanti gue kesana." kata Tatiana tidak mendengar penolakan Paris. "Lagi kenapa si lo sampai mau kabur segala." tanya Paris. "Uncle gue nyuruh gue pindah ke Singapure." kata Tatiana memberitahu. "Serius? Uncle lo parah. Ganteng-ganteng berlebihan. Cuma gara-gara lo pergi ke party sampai harus pindah negara." ucap Paris tidak percaya. "Ya lo tau kan uncle gue gimana over protektif nya sama gue." Tatiana mengingatkan bagaimana Damian. "Ck!! Bener-bener uncle lo." decak Paris masih tidak percaya. "Ywdh lo sekarang jalan jemput gue." Tatiana menutup telpon tidak mau mendengar penolakan Paris. Sekarang Tatiana memikirkan bagaimana cara agar dia bisa keluar tanpa di ketahui Damian. Ia melihat ke bawah melalui balkon yang terdapat dikamarnya. Kebetulan atau memang keberuntungan Tatiana, di bawah hanya ada satpam yang sedang tertidur. Sekarang Tatiana sedang berpikir bagaimana caranya ia bisa turun tanpa kebawah. 'Kalo gue loncat kaki sama badan bisa remuk.' batinnya. Tatiana mengambil seprai kasur dan handuk untuk ia lilitkan di besi balkon untuk turun. Tatiana pun mulai turun dengan berhati-hati. Ternyata kain dan handuk yang di pakai Tatiana untuk turun tidak cukup sampai bawah. "Kampret kurang panjang, loncat gpp kali ya, semoga rumputnya empuk." grutu Tatiana. Jarak antara Tatiana yang sedang bergelantung dengan tanah hanya 3 meter dan itu menurut Tatiana lumayan tinggi. BRUG.. "Aaaaaa.... p****t gue." Tatiana mengaduh. Tapi ia segera membekap mulutnya agar tidak terdengar oleh Damian. "Nyesel gue ngga ngikutin kata paris pake silikon p****t. Tapi tar pecah lagi." grutunya lagi. Tatiana mulai mengendap-endap keluar agar satpam itu tidak terbangun. 'Sial.. Mau keluar rumah sendiri aja kaya mau maling. Semua gara-gara uncle Dami sialan.' kesalnya. Keberuntungan memang sedang ada di pihak Tatiana. gerbang tidak terkunci memudahkan dia untuk keluar. Tatiana berlari untuk ke persimpangan tempat ia dijemput oleh Paris. "Argh.. hp gue ketinggalan. Paris mana si belum keliatan batang hidungnya. Apa gue naik taksi aja ya? Tar biar si Paris yang bayar." ide nya. Mengingat ia kabur tidak membawa apapun selain pakaian yang melekat pada tubuhnya. Saat akan menyebrangi jalan, ada motor melaju dengan kecepatan tinggi dan menyerempetnya hingga terjatuh. Karena terkejut Tatiana kehilangan kesadaran. **** Tatiana mengerjapkan matanya. Dinding berwarna putih dan aroma obat-obatan khas rumah sakit. Ia melihat kesamping dan melihat Damian sedang tidur sambil duduk dengan bertumpu dengan tangannya. "Uncle.." panggil Tatiana. "Kau sudah bangun, butuh sesuatu?." tanya Damian dengan suara serak khas orang bangun tidur. 'Suara uncle kalo bangun tidur makin errr.. Tiana begok, sempet-sempetnya mikirin begitu.' grutunya dalam hati. Tatiana menggelengkan kepala. Ia tidak membutuhkan sesuatu. "Ada yang sakit? " tanya Damian lagi. Tatiana menggelengkan kepalanya lagi. "Maaf." lirih Tatiana. "Hsst.. jangan banyak gerak dulu. Sekarang makan ya, uncle ambilkan makanan dulu." kata Damian. Tatiana mengangguk. Damian keluar dan kembali dengan membawa semangkuk berisi bubur untuk Tatiana. "Suapin.. Tangan kamu di gips untuk sementara." ucap Damian sambil menyodorkan sendok ke mulut Tatiana. Ia tidak menjawab hanya menerima suapan dari Damian. "Tiana mau pulang uncle." ucap Tatiana setelah menghabiskan makannanya. "Belum boleh dokter. Untuk beberapa hari kamu dirawat disini." kata Damian. Tatiana harus dirawat di rumah sakit. "Tiana ngga suka rumah sakit. Tiana mau pulang, mau dirawat di rumah aja." mohon Tatiana kepada Damian. Tatiana benar-benar tidak suka bau rumah sakit. "Nanti uncle coba tanya dokter." katanya. **** Tatiana di izinkan pulang oleh dokter dengan syarat rutin meminum obatnya. "Bik Yun kemana?" tanya Tatiana ke Damian menanyakan pekerja rumah tangga yang sudah lama merawat Tatiana. "Pergi ke kampung halamannya. Anaknya sedang sakit keras." jawab Damian. "Oh.. " Tatiana ber oh ria. "Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Damian. Tatiana ragu bicara pada Damian, kalau ia membutuhkan bik Yun untuk membantunya melepas pakaiannya. Karena ia kesulitan membuka karena tangannya yang masih di gips. "Emmm itu." Tatiana masih ragu. "Apa? " Damian geregetan karena Tatiana tidak juga menjawab.  "Sebenernya Tiana mau minta tolong bik Yun bantuin buka baju. Tiana risih mau ganti baju, dari rumah sakit tiana belum ganti baju, tapi susah gara-gara ini." Tatiana menunjuk gips nya. "Biar uncle bantu." tawar Damian. Tatiana terkejut, kalau Damian membantu berati ia harus membuka pakaian di depannya. "Ah.. Ngga jadi deh biar nanti kalo Paris sama Sarah datang aja." tolak Tatiana. "Kenapa malu?" tanya Damian melihat raut wajah Tatiana. Tatiana menunduk. Damian mencolek hidung Tatiana. "Kenapa malu hmm.. Dulu waktu kamu kecil uncle yang mandikan." kata Damian tersenyum jahil. Pipi Tatiana memanas mendengar jawaban Damian 'Si uncle ngga peka atau begok si. Mana bisa nyamain sekarang sama waktu kecil. Mana gue lagi ngga pake bra lagi.' grutunya. Damian sedang memilih baju untuk Tatiana. "Pakaian kamu tidak ada yang layak pakai. Semua ngepas di badan. T-shirt kamu juga tidak cukup besar. Pakai pakaian uncle dulu ya." Damian pergi kekamarnya untuk mengambil pakaiannya untuk Tatiana pakai. Damian kembali dengan membawa kaos polos putih cukup besar untuk Tatiana yang memang mempunyai tubuh mungil. Damian mendekat untuk membuka pakaiannya. Tatiana hanya menurut dan menundukan kepala karena malu. Damian membuka mulai dari tangan yang tidak di gips. Lalu kepala Tatiana dan baru tangan kanannya yang sedang di gips. Sekarang Tatiana sudah polos tanpa mengenakan apapun pada bagian atasnya yang menunjukan gunung kembar yang tidak kecil ataupun tidak besar miliknya. Tatiana hanya menunduk sedari tadi menahan malu teramat sangat. Tatiana berharap ada setan datang menghasut Damian agar dia hilaf dan menyentuhnya. 'Anggap saja aku gila karena menginginkan dia menyentuhku' batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN