Part 13. Kemarahan Alina

1245 Kata
Alina melangkah mendekati ruangan tempat suaminya bekerja. Seorang gadis yang sudah beberapa tahun bekerja pada sang suami beranjak berdiri begitu melihat ia mendekat. “ Selamat siang Bu.” sapa gadis bernama Rela dengan senyum manis. “ Bapak ada di dalam ?” Tanya Alin yang diangguki Rela. “ Ada Bu. Baru saja selesai meeting.” Alin mengangguk, lalu berjalan menuju ke pintu. Membuka pintu kayu itu perlahan. Keninggnya mengernyit ketika melihat sang suami sedang tertunduk membaca sebuah buku yang ada di tangannya. Matanya memicing saat melihat buku yang sedang di baca sang suami begitu serius hingga tidak menyadari kedatangannya. Sebuah buku lusuh berwarna coklat. Suaminya terlihat menghela nafas panjang, kemudian kepala itu terangkat. Ia sedikit tersentak ketika melihat seseorang yang sudah berada di dalam ruang kerjanya. Tangannya dengan cepat menutup buku, kemudian membuka laci. Memasukkan kembali buku diari milik Shameete yang baru saja dibaca, sementara tatapan matanya tak teralih dari wajah sang Istri. Memberikan wanita itu senyum kecil. “ Kenapa tidak bilang mau datang ?” Shaba berdiri dari tempatnya duduk, berjalan menutari meja untuk menyambut kedatangan sang istri. Memberinya pelukan, dan kecupan. “ Aku mau ajak kamu makan siang di luar.” Alin menghela nafas lelah. “ Kamu pasti sedang banyak pikiran sekarang. Jadi aku ingin menemanimu.” Shaba membawa Alin duduk di sofa. “ Kapan pemanggilannya ?” tanya Alin sebelum menyamankan diri di sofa empuk berwarna coklat. Alin menarik tangan Shaba untuk ia genggam. Shaba tersenyum. “ Besok pagi.” Pria itu menatap sang istri yang memberinya tatapan sendu. “ Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.” Shaba menepuk-nepuk punggung tangan Alin. Mencoba menyakinkan sang istri. Alin mengangguk. Dalam hati berdoa agar masalah yang sedang dihadapi sang suami segera selesai. Ia tidak bisa membayangkan suaminya berada dibalik jeruji besi. Alin mengusap susut matanya yang tiba-tiba saja terasa panas, lalu mengeluarkan cairan tanpa permisi. “ Jangan menangis. Aku pasti akan baik-baik saja.” Shaba memaksakan senyum, berharap agar sang istri tidak lagi bersedih. Melihat Alin meneteskan air mata adalah hal terakhir yang ingin dilihatnya. Cukup sekali ia melihat Alin mengucurkan air mata karena dirinya. Karena kesalahan yang ia lakukan di masa lalu. Setelah pernikahan mereka, ia tidak mengharapkan Alin kembali meneteskan air mata, kecuali air mata kebahagiaan. Flash back “ Aku dengar dia hamil.” Alin menatap penuh kemarahan pada pria yang baru saja memasuki rumah yang setahun terakhir ditinggali bersamanya. Shaba membuang nafas kasar. Dia baru saja pulang dari kantor dan lelah, namun begitu sampai di rumah yang didapatinya adalah kemarahan sang kekasih. “ Katakan itu tidak benar !!” Air mata Alin sudah menetes begitu saja. Ia memukul-mukul d**a sang kekasih dengan isak yang sudah tidak bisa dia tahan. Ia sakit hati. Sang kekasih tidak juga menceraikan istrinya, dan menikahinya. Lalu sekarang, justru berita kehamilan istri sah kekasihnya yang ia dengar. Shaba masih diam. Ia meraih kedua tangan Alin dengan satu tangannya, kemudian menarik tubuh sang kekasih masuk ke dalam pelukan dengan sebelah tangannya yang terbebas. “ Tenang … tenangkan dirimu. Jangan seperti ini.” Shaba mencoba menenangkan Alin yang terus meronta. Rengkuhannya menguat kala sang kekasih tak jua menghentikan rontaannya. “ Aku membencimu !!! kamu sudah berbohong padaku. Kamu bilang tidak tertarik padanya. Kamu bilang tidak pernah menyentuhnya seujung kuku pun. Kamu bohong. Aku membencimu Shabaga Husein. Aku membencimu !!!” Entah berapa lama Alin terus berteriak histeris sambil meronta. Nafasnya memburu, bahunya naik turun dengan cepat. “ Aku membencimu …. Sangat membencimu..” perlahan rontaannya melemah, menyisakan isak tangis yang membuat hati Shaba serasa diiris-iris. “ Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Hanya kamu.” Shaba mencium puncak kepala Alin yang tubuhnya sudah melemah. Tangis pilu Alin membuat d**a Shaba terasa panas. Semuanya karena Shameeta. Perempuan itu yang membuat semuanya jadi kacau. Shaba mengangkat tubuh sang kekasih yang sudah tidak berdaya. Wajahnya bersimbah air mata. Dengan langkah lebar, ia membawa Alin masuk ke kamar yang mereka tempati. Merebahkan wanita kesayangannya di atas tempat tidur, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Mata Alin yang terbuka memancarkan kekecewaan, juga kesedihan yang begitu dalam. Ia sangat mencintai Shaba. Lelaki itu adalah cinta pertamanya. Dan ia juga berharap bisa hidup bahagia bersama pria itu. Namun, berita yang tidak sengaja di dengarnya ketika berada di rumah sakit untuk melakukan suntik KB tiap tiga bulan membuatnya syok. Tidak ingin mempercayai apa yang dia dengar dari perbincangan seorang dokter, dan sang suster yang terlihat begitu mengidolakan sosok Shameeta. “ Jadi benar yang kemarin ke sini itu Shameete yusuf Dok ?” tanya seorang perawat pada seorang Dokter pria. Dokter itu mengangguk dengan senyum. Si perawat berteriak girang. “ Anak nya pasti nanti cantik atau ganteng. Secara … Shameeta aja cantik seperti boneka barbi dengan mata sipit. Trus suaminya ganteng nggak ketulungan.” Puji sang perawat. “ Dokter Rere belum datang ?” Si dokter pria mengedarkan pandangan ke kursi ruang tunggu yang sudah terisi beberapa wanita yang duduk mengantri. “ Belum Dok. Masih di jalan, baru saja saya telepon.” Si Dokter pria mengangguk, kemudian permisi pergi. Alin yang masih tidak ingin mempercayai apa yang telinganya dengar beranjak dari tempat duduk, berjalan menghampiri seorang suster yang berjaga di ruang prakter Dokter Rere. “ Permisi Sus.” Yang di sapa mendongak dari tumpukan kertas diatas meja. Ia tersenyum. “ Ya Bu … ada yang bisa saya bantu ?” Alin tersenyum. “ Maaf sebelumnya. Saya tidak sengaja mendengar percakapan Suster dengan Dokter tadi.” Alin menoleh kearah lorong tempat si Dokter pria menghilang. Lalu kembali berbalik kepada sang Suster. “ Apa yang kalian bicarakan itu Shameeta Yusuf istrinya Shabaga Husein, pengusaha properti, dan perhotelan itu ?” tanyanya hati-hati. Ia menatap sang Suster dengan degup jantung yang sudah menguat. Berharap gelengan kepala yang menjadi jawaban dari pertayaan yang ia lontarkan. “ Ibu kenal mereka ?” tanya sang Suster yang terlihat begitu antusias. Alin tersenyum kecut. Kepalanya menggelang. “ Bukan. Um..itu .. saya hanya penggemar Shameeta Yusuf.” Bohongnya. Dalam hati ia memaki kebohongannya, juga memaki nama wanita yang dia sebut. Ia membenci wanita itu. Wanita yang sudah membuat hubungannnnnnnya dengan Shaba tidak punya arah. “ Oh … saya kira kenal.” Sang Suster mengangguk-anggukkan kepala. Senyum masih tersungging di bibir merah wanita itu. “ Jadi … benar Shameeta yang itu ?” Tanya ulang Alin saat masih belum mendapatkan jawaban. Anggukan kepala sang suster membuat tubuhnya lemas seketika. Hampir saja dia terjatuh jika saja tidak cepat-cepat berpeganggan pada penggiran meja. Sang Suster yang tampak terkejut segera beranjak dengan cepat, kemudian memapah Alin kembali ke kursi tunggu. “ Ibu tidak apa-apa ?” tanya sang suster dengan wajah khawatir. Tidak ingin membuat sang Suster khawatir, ia mengangguk. “ Hanya pusing tiba-tiba.” *** “ Katakan itu tidak benar.” Alin meraih sebelah tangan Shaba yang duduk menyamping di pinggir ranjang. Tatapan Shaba membuat hatinya terasa nyeri. Bibir kekasihnya masih terkatup rapat, hanya memberikan tatapan permintaan maaf yang sudah bisa menjawab pertanyaannya. Berita yang ia dengar benar adanya. Wanita itu hamil. Istri kekasihnya hamil. Tangannya melepas tangan Shaba. Ia merasa dunianya runtuh. Ia kehilangan pria yang dia cintai sepenuh hati. “ Maafkan aku.” Mulut yang semula terkunci rapat itu akhirnya terbuka. Memberi kesakitan yang lebih dalam saat sang kekasih mengakui lewat mulut nya sendiri. “ Alin … “ Shaba mencoba meraih tangan Alin. Namun Alin menjauhkan tangannya. Ia berbalik, memunggungi sang kekasih hati. Air mata kembali menetes. Shaba melihatnya. Melihat bahu kecil kekasihnya yang bergetar. Kekasihnya kembali menangis. Ia meraih bahu yang sedang bergetar itu, namun teriakan Alin membuat Shaba terhenyak seketika. “ Kita ... putus !!!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN