SEPULUH

921 Kata
"Ayaaaaah, pergi ke kantor kan hari ini?" Deni yang baru saja ingin pergi ke kantornya tapi dihalangi oleh Kelana yang mengejarnya di depan pintu kemudian menyeringai. Deni mengernyitkan dahinya ketika Kelana tiba-tiba mengejarnya. "Kenapa sayang?" "Kelana pengin ketemu sama kakak cantik, Ayah. Boleh ya?" yang dimaksud sudah pasti itu adalah Gea. Deni mengelus kepala si kecil kemudian berjongkok agar tinggi mereka sejajar. "Kelana mau ketemu sama tante Gea?" Kelana menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Oh harus bilang tante ya Ayah? Bukan kakak?" Deni tersenyum tipis kemudian dia menggendong anak itu ke luar. "Ayah mau berangkat kerja, mau ikut memangnya?" "Kalau nggak ketemu sama tante cantik, Kelana di rumah saja sama nenek," Melihat raut wajah penuh harap itu. deni merasa bahwa keponakannya sangat menginginkan untuk bertemu dengan Gea. Sekalipun hari ini dia tidak ada jam mengajar di sana. Tapi, karena demi Kelana. Maka, dia akan melakukan segala cara agar anak itu bahagia. Tidak peduli dia harus mengorbankan Gea atau tidak. Dia yang sudah terlanjur juga melihat anak kecil itu yang sangat aktif. "Ayah turutin. Nanti malam kita pergi, oke?" "Oke ayah," Kelana tersenyum cerita kemudian dia mencium pipi Deni hingga dia tersenyum lalu menurunkan bocah itu tepat di dekat sang mama yang sedang menanam bunga di depan rumah dengan berbagai macam tanaman baru. "Ma, aku berangakat, ya," "Hari ini ngajar atau ke kantor?" "Kantor, Ma. Aku titip Kelana. Mungkin pulangnya agak larut, Ma. Jadi jangan suruh dia nunggu aku pulang ya!" Mamanya tidak menoleh sama sekali ketika Deni berkata demikian. "Tadi bukannya kamu bilang kalau kamu bakalan ajakin dia ketemu sama siapa itu namanya? Tante cantik yang disebut sama Kelana tadi," kata mamanya yang ikut membahas mengenai Gea. "Ma, aku butuh waktu dong," "Tapi kamu sudah janji. Kalau kamu janji sama anak usahakan ditepati. Kalau memang dia nggak bisa, ya jangan janjiin gitu sama Kelana. Mama nggak mau kalau dia kecewa. Tahu sendiri keponakan kamu yang paling kamu sayang ini paling nggak bisa dijanjikan. Mama juga nggak mau kalau kamu sampai bohong sama dia seperti ini, Den!" Deni mencium pipi sang mama sebagai salaman karena tangan mamanya sangat kotor dengan tanah. Ditambah lagi Kelana yang ikut bermain tanah di sana ikut membantu sang nenek untuk menanam bunga. "Ma, percaya sama aku kalau aku juga bisa bahagiain, Kelana," "Mama selalu percaya sama kamu, Den. Mama nggak mau kalau kamu tuh bikin Mama sama Kelana kecewa," Pemuda itu sangat menghargai sang mama kemudian dia pergi ke kantor begitu saja. Menunggu jam makan siang nanti dia akan pergi ke kampus untuk menemui Gea mengenai permintaannya yang akan pergi bersama dengan Kelana. Tapi, kali ini dia membelokkan mobilnya menuju kantor Reno yang di mana dia bisa membicarakan mengenai Gea bahkan mengatakan kepada Reno bahwa dia menginginkan Gea dengan sangat. Sekitar satu jam menyetir karena tadi sempat terjebak macet sekalipun melalui jalan tikus, tetap saja Deni harus bersabar ketika macem melanda. Ketika dia baru saja keluar dari mobilnya dia masuk begitu saja ke kantor itu. "Pagi, Pak," sapa beberapa orang di sana yang sudah mengenalinya sangat baik. Begitu dia bertemu dengan sekretaris Reno langsung. "Reno ada?" "Ada, Pak. Baru datang, silakan masuk, Pak!" Ya tentu saja jika dia akan dipersilakan masuk jika memang Reno tidak sibuk seperti biasanya. Karena dia adalah teman yang paling baik bagi pria itu. ketika Deni masuk, "Weeeeh, tumben banget nih," sapa Reno yang langsung mempersilakannya untuk duduk. Tidak ada basa-basi, Deni langsung melancarkan niatnya untuk mendekati Gea. "Aku nggak mau basa basi lho ya, ini niatnya mau dekati Gea. Mau minta izin dulu sama abangnya. Siapa tahu nggak dibolehin kan nantinya," Reno tersenyum dan menoyor bahu Deni. "Kamu memangnya seriua?" "Ingat Kelana, kan?" "Hmm, pastinya. Anak yang selalu dibilang kalau itu adalah anak kamu, kan?" Deni tertawa karena Reno selalu saja meledeknya dengan ledekan tersebut. "Ya, kak. Jadi Kelana itu suka banget sama Gea. Dia selalu minta dipertemeukan dengan Gea." Jelasnya. "Berarti ini kemauannya adalah, agar Gea bisa ketemu sama Kelana terus?" Deni mengangguk pelan. "Ya bukan demi dia juga sih. Tapi terlebih sama Omnya juga," "Den, Gea masih kecil. Dia nggak pernah pacaran. Takutnya nanti dia nggak bisa imbangi kamu, lho. Takutnya juga kalau dia nggak bisa buat kamu nyaman kayak cewek yang lainnya," "Tenang aja. Aku itu niatnya mau seriusin dia kok. Jadi nggak masalah kan kalau aku mau serius sama dia? Aku tuh niatnya nggak cuman pacaran aja, Ren. Tapi lebih dari itu," "Nikah?" "Kalau di izinin kakak lho ya," "Memangnya Gea mau nikah muda?" "Aku usaha lah," Reno tertawa mendengar penjelasan Deni yang bahkan sampai membahas tentang pernikahan. "Kalau memang itu yang kamu mau. Aku nggak bakalan larang, Den. Cuman aku nggak mau kalau sampai adik aku jadi korban sakit hati. Terus kita nggak bisa berteman baik lagi," Ya, Deni paham dengan maksud Reno yang menyangkutkan hubungan dengan bisnis. Pastinya jika dia dengan Gea putus nanti. Dia dengan Reno juga tidak akan pernah menyatu lagi sebagai teman bisnis. "Ya, aku ngerti kok," "Hmmm, kalau memang kalian mau berjuang. Ya silakan aja!" "Lampu hijau nih?" Reno menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Kalau kamu buat Gea nangis, kamu berhadapan sama aku! kamu datang ke sini minta baik-baik lho ya! Jangan sampai kamu nekat buat dia nangis. Aku nggak mau kalau dia sampai nangis dan justru benci sama yang lainnya nanti. Gea itu cengeng, dia paling nggak bisa dimarahi," Deni mengerti, melihat dari ekspresi Gea ketika di perpustakaan saja Deni sudah tahu tentang watak dari anak gadis itu. tapi dia suka jika memang Gea cengeng. Jadi dia mudah saja menggoda gadis itu hingga mau bersamanya. Terlebih karena Deni juga ingin memanfaatkan Kelana. "Maafkan, Ayah sayang. Ini yang Ayah lakukan juga buat kamu." Kata Deni di dalam hati yang sangat ingin membahagiakan keponakannya yang satu itu. deni memang ini melihat Kelana ada yang menayayangi seperti seorang ibu.  Besok bakalan lebih panjang lagi dari ini, ya. Hehehe. maaf, author ngantuk banget. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN