6 tahun berlalu, semua seakan sudah berlalu bagi Alana, tetapi tidak dengan Joy, yang masih menyimpan luka itu di dalam hatinya. Bahkan sudah mendarah daging pada tubuhnya.
Setelah kematian Keyla, mama Joy. Dengan penuh penyesalan, dan Aura balas dendam yang amat sangat mencengkam. Rasa benci seakan sudah bagian dari hidupnya. Dia bahkan ingin membalas semua perbuatan yang di lakukan papanya. Tetapi tidak dengan papanya langsung. Dia melayangkan balas dendam. Namun dengan sosok wanita yang sangat dia benci, sekaligus cinta pertamanya. Alana wanita yang semula cantik lugu, beberapa tahun ini dia sangat berubah drastis.
Hampir 6 tahun berlalu, Joy tubuh menjadi pribadi yang ambisius, an penuh dengan keinginan sangat kuat. Dia juga tidak pernah lupa rasa sakit hatinya. Setelah lulus kuliah, dia menikah dengan anak seorang pengusaha kaya raya di Amerika, meninggalkan Amera tunangannya, yang masih sangat mengharapkan dirinya.
Kini istri barunya punya darah asli Indonesia. Pada akhirnya Joy dan istrinya, mulai memutuskan untuk tinggal di Indonesia lagi. Hanya karena mendengar kabar dan desas-desus jika Alana. Wanita yang di incarnya itu sekarang punya perusahaan amat megah di sana.
Dia sudah merencanakan semuanya dengan baik, dan sangat teliti, juga licik. Hanya demi memancing dia untuk menikah dengannya. Dia melakukan berbagai hal gila, yang membuatnya akan bertekuk lutut padanya nanti.
==========================
Di rumah megah, milik Joy.
"Mas, Aku siapkan kamu makan, ya?" Bianca, berjalan meraih dasi Joy, memakaikan dasinya penuh kelembutan. Selesai memakaikan dasi melingkar rapi di leher suaminya. Bianca mengusap ke dua pundaknya, kemudian mengusap d**a suami. Tak lupa dia menjijitkan kakinya, mengecup manja bibir Joy.
Rasa lembut yang di berikan istrinya, membuat Joy merasa sangat betah untuk tinggal bersama dengannya. Meski pernikahan itu tanpa cinta, tapi kelembutan istrinya, perlahan membuat dia tidak tega untuk menyakitnya. Bahkan sampai berpikiran untuk meninggalkannya pun tidak terlintas di benaknya.
"Gak, usah. Aku buru-buru." Joy mengusap lembut rambut Bianca, menarik tengkuknya, kemudian mengecup lembut keningnya.
"Aku berangkat dulu. Kamu jaga rumah, ya. Mungkin nanti akan pulang agak malam," Bianca mengedip-ngedipkan matanya bingung. entah kenapa baru datang di Indonesia dia sudah sering pulang malam. Meski tidak pernah cerita, tapi Bianca sangat percaya denganya.
"Tapi kenapa, mas, pulang agak malam? Apa ada meeting mendadak." tanyanya heran.
Joy hanya tersenyum, meraih ponselnya di atas laci samping ranjangnya buru-buru. "Aku akan bicara nanti setelah pulang kerja," ucapnya, dan langsung mengilang pergi keluar dari kemarnya dengan langkah cepat, dia segera naik mobil sport hitam miliknya, untuk pergi ke kantor.
Joy sudah biasa menyetir mobil sendiri. Dan dia tidak pernah di antar sopir kemanapun dia pergi. Meskipun sebenarnya dia juga punya sopir pribadi.
Setelah sampai di kantor, Joy keluar dari mobilnya. Seketika di sambut dengan anggukan kepala dari para pegawai yang manyapanya. Dan salah satu sekertarisnya berlari pelan, mencoba menghampirinya sebelum masuk ke dalam ruangannya.
"Pak, tunggu!"
Joy menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" Bella assisten pribadi Joy yang sangat cantik, bahkan tubuhnya sangat seksi seperti gitar spayol, yang sangat menggoda mata para lelaki. Namun, sayang Joy tidak pernah tertarik sama sekali dengannya.
"Ini berkas yang bapak minta, jika nanti ada pertanyaan, bisa hubungi saya, pak."
"Iya, makasih! Untuk ini" Joy tersenyum, mengangkat map biru di tangannya itu.
"Iya, pak"
Joy segera masuk ke dalam ruangannya. Yang tidak jauh dari tempat dia berdiri. Hanya berjarak 10 hingga 12 langkah di depannya. Dia masuk ke ruangan bertuliskan papa nama kecil, Ceo Joy.
Dia segera duduk di kursi kerjaya, membuka map yang di berikan assistennya. Pandangan matanya membulat seketika, di saat ke dua bola matanya itu tertuju pada sebuah foto pemilik perusahaan Welcon group. Perusahan yang sangat amat maju di bidangnya. Melihat hal itu, Joy menarik sudut bibirnya sinis. Terpikirkan pikiran licik di kepalanya.
Foto wanita cantik di bagian depan itu seketika membuat mata Joy tak lepas darinya.
"Aku akan balas kamu, Alana. Apapun itu. Aku ingin buat kamu bisa merasakan apa yang mama aku rasakan dulu." Cecar Joy dalam hatinya.
Kobaran api kemarahan mulai menyala pada ke dua matanya. Jika ke ambisiusannya pada keinginannya balas dendam belum terwujud, dia yakin pasti sangat amat tersiksa hatinya. Menahan kesedihan dan luka sendirian.
Joy meraih ponselnya, dan segera menghubungi Bella. Tak menunggu lama, Bella lansgung mengangkat telfonya.
"Iya, pak. Ada apa? Apa ada yang perlu di tanyakan soal kertas kerja sama tadi?" cela Bella lebih dulu.
"Aku ingin, kamu cari tahu tentang, si, pemilik perusahaan Welcon group." pinta Joy, menarik ujung bibirnya sedikit.
"Baik, pak. Saya akan cari tahu sesegera, mungkin."
Tanpa menjawab Joy langsung mematikan panggilan telfonya. Meletakkan ponsel itu di atas meja. Dia mengamati foto di dalam map itu seklai lagi, foto yang sangat dia yakin jika dia adalah Alana yang sudah dewasa.
Drrrtttt... Drrtttt
Bunyi ponsel Joy bergetar. Membuat dia tersentak sejenak, meraih ponsel yang tak jauh dari tangannya. Di lirik ya sekilas ponselnya. Ada satu panggilan tidak terjawab dari kakaknya Cia. Ya, Cia sekarang masih kuliah s2 di sebuah universitas terkenal di Inggris. Dan sekarang, dia tinggal di sana. Dan lebih memilih menetap di sana.
Joy melemparkan kertas itu, di atas meja. Mengangkat telfon kakaknya. Pembicaraan mereka semula nampak sangat biasa. Tetapi semakin membuat Joy terkejut adalah saat Cia bilang jika dia ingin pulang satu bulan lagi. Dia ingin melihat pembalasan Joy pada Alana.
"Aappaaa....?" pekik Joy
"Kenapa? Apa kamu tidak mau? Atau kamu memang masih menyimpan rasa padanya,"
Wajah Joy berubah merah seketika. pikirannya melayang mebayangkan kisah ibunya, yang kini semakin membuat aura balas dendamnya semakin kuat, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat di atas meja.
"Tidak!" tegas Joy.
"Kalau tidak, buktikan jika kamu bisa buat dia sakit hati." Cia, tersenyum sinis di balik ujung samudra sana.
"Iya, itu pasti. Buat apa aku dari Amerika pindah ke Indonesia secara cuma-cuma. Karena aku hanya ingin balas dendam, camkan itu," geram Joy.
"Oke.. oke.. Adikku, tersayang. Tapi kamu harus ingat, jangan sampai jatuh cinta denganya." ucap Cia mengingatkan.
"Tenang saja,"
"Oke. Sekarang aku masih jam kuliah, nanti aku telfon lagi. Bye.. Muaaachhh.."
Joy menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Dasar kakak gak waras. Gimana bisa dia kirim kecupan untuk adik kandungnya sendiri. Gerutu Joy, mematikan ponselnya, meletakkan di atas meja.
==
Jam 4 sore.
Setelah mencari tahu semuanya tentang perusahaan Welcon group. Ternyata benar pimiliknya adalah Alana. Joy tadi memerintah Bella untuk menghubunginya, menawarkan kerja sama. Dan langsung di sambut baik olehnya. Alana mengajaknya bertemu di sebuah restauran mewah di pusat kota.
Tetapi Joy sengaja tidak datang, dan memerintahkan Bella untuk datang ke restaurant itu.
Sedangkan Joy segera mencari tahu, di mana tempat tinggal Alana, sesuai dengan alamat yang di berikan assistennya tadi lewat pesan. Namun dia yang lupa jalan di sana, tidak bisa menemukan alamat itu. Hingga mutar-mutar berkali-kali keliling Jakarta.
"Arrggg... " Joy memukul keras setir mobilnya.
"Di mana dia tinggal? Kenapa aku susah sekali mencari rumahnya." decak kesal Joy. Dia yang malu bertanya pada orang. Membuatnya harus tersesat, sudah 4 jam mutar-mutar gak jelas.
Hingga Joy berhenti tepat di sebuah rumah mewah. Dia memalingkan pandangan matanya, ke dua matanya melebar melihat nomor rumah itu. Dan langsung membuka kertas bertuliskan alamat yang di berikan Bella padanya.
Depan rumah Alana memang ada tulisan di pagarnya dengan nama dia. Membuat orang yang mencari rumahnya bisa langsung tahu.
"Benar, ini rumah Alana." Joy bernapas lega. "Akhirnya aku bisa menemukanmu, Alana."
Joy segera turun, melangkahkan kakinya mendekati pagar rumah Alana yang menjulang tinggi. Dia berencana untuk masuk ke rumah dia secara diam-diam, dan mencoba mengejutkan Alana secara tiba-tiba nantinya.