“Kamu mau ngasih ini buat aku, kan?” Rendra mengintip isi dari paper bag yang dibawa oleh Mia. Mia diam tak mengatakan apa-apa, hanya pipi bersemu merah sebagai jawaban yang ia berikan untuk Rendra. “Kenapa kamu merona?” Mia tak menjawab dan menghindari tatapan Rendra. “Emmm … bangunan yang disediakan untuk toko rotiku mana, Ndra?” tanya Mia mengalihkan pembahasan. “Oke, aku antar kamu.” Rendra meraih tangan Mia dan hal itu membuat Mia memandang pada tangan yang sedang bersentuhan dengan Rendra. Darahnya berdesir dengan pipi yang semakin memerah. Jantungnya berdegup dengan kencang sampai ia seakan ingin melapisi bajunya dengan peredam suara agar suara detak jantungnya itu tak mengganggu konsentrasi Mia. ‘Ayolah, Mia. Jangan bereaksi seperti ini! Kita hanya berpegangan tangan dan ber