“Ndra,” lirih Mia seraya masih menempelkan pipinya di d**a bidang Rendra. “Aku sudah melewatkan bertahu-tahun ketulusan yang beri buatku. Sekarang, biar aku tebus semuanya. Kalau ada hal yang dulu pernah membuat kamu sakit, ceritakan saja. Kita bisa mengulang semua itu kali ini. Karena …. kata maaf dari mulutku rasanya tak cukup untuk menghapus luka itu dan membayar semua ketulusanmu.” Rendra mengusap belakang kepala Mia yang sedang ia peluk dengan erat. Mia pun melingkarkan tangan di pinggang Rendra. Ia masih belum menjawab ucapan Rendra. Gadis itu hanya sedang menikmati aroma tubuh Rendra dan hangatnya pelukan dari pria yang sangat ia sukai sejak ia menginjak remaja dulu. “Aku mencintaimu, Mi.” Kata-kata itu terlepas dari mulut Rendra. Yang bahkan dalam mimpi sekalipun, Mia mustahil