“Begitu rupanya,” Tio terkekeh sembari memotong steak bagiannya. Sesekali ia melirik pada gadis yang mengenakan sweater ungu dipadu celana jeans biru langit. Rambut pirangnya disemat penjepit di bagian tengah, poni depannya tampak kekanakan tapi justru membuatnya terlihat menggemaskan. Tipe perempuan di mata Tio yang menarik. Apalagi saat ia dengarkan serenretan ucapan gadis ini menjelaskan situasi apa yang terjadi sebenarnya. Ia memang tak terlalu mendengarkan bukan karena pembicaraan di telepon, tapi kesibukannya sebagai seorang owner yang membawahi perusahaan start up yang sedang berkembang memang cukup menyita konsentrasi. Ketimbang dirinya salah membuat keputusan, lebih baik bicara seperti ini. “Maafkan saya merepotkan Bapak.” Rindu tersenyum tipis. “Tapi seperti yang tadi saya kat