Kinan kembali datang ke kamar Sena dengan membawa sebuah nampan berukuran sedang yang berisi sarapan untuk tuannya itu. Tampak Sena sudah duduk dengan gaya yang anehnya menurut Kinan tetap terlihat elegan meski ekspresi angkuh masih tampak pada tubuhnya yang masih lemah karena sakit. "Ini, Tuan!" ucap Kinan setelah meletakkan nampan di atas meja. Setelah itu Kinan mundur dan berdiri di depan Sena sedikit ke pinggir. Ia tidak akan keluar sebelum Sena mengusirnya. Kalau tidak, ia lebih memilih menunggu dari pada harus kembali dipanggil untuk sesuatu hal lain. Namun, ketika Sena akan menyuap bubur ayam ke dalam mangkuk, lelaki itu mendadak mengangkat kepala untuk menatap Kinan. "Ngapain kamu berdiri di situ?" "Hah! Maksud Anda, Tuan?" Sena meletakkan kembali sendok di dalam bubur.