1. Welcome to heaven

1203 Kata
Mata indah itu mengerjab perlahan, menatap sekeliling kota yang selalu ramai dijam-jam seperti ini. Zuna, nama gadis yang kini duduk ditaman kota dengan wajah murung, pakaian yang compang-camping dan kumuh. Membuatnya terlihat seperti seorang gelandangan, yang sudah beberapa hari ini tidak makan. Zuna memang tidak pernah membantah, ketika pandangan orang-orang yang sengaja lewat didepannya. Menatap penuh hina dan jijik. Ketika dia mulai berpikir dan terus berpikir, Zuna jadi tidak bisa menemukan solusi atas hidupnya. Bagaimana dia akan makan, Bagaimana dia akan berlindung ketija hujan, dan jangan lupakan, bagaimana setelah ini dia mati? "Ya Tuhan! Bagaimana hidupku bisa memuakkan seperti ini?" Pikirnya, mendongak menatap silaunya matahari, tanpa memperdulikan matanya yang sakit. Kakinya berayun pelan ketika duduk dikursi panjang, yang berada disebuah taman kota. Zuna tidak tau, kalau sebenarnya hidup bisa jadi satu hal yang merugikan. Ketika dia mulai menerawang masa lalu, disitulah dia merasakan, Masa depannya hanya akan menjadi buih yang tak akan pernah dikenang. Dua puluh tahun dia hidup sebatang kara. Dua puluh tahun, dia tidak mengetahui siapa sebenarnya orangtua kandungnya. Dua puluh tahun juga, Zuna harus terperangkap di panti asuhan, yang ternyata menyimpan banyak rahasia didalamnya. Zuna menghela nafas, adakah tempat yang baik untuknya berlindung saat ini? Ketika terbesit dihatinya untuk bunuh diri. Zuna segera menggeleng dengan cepat, Sudah cukup dia menyia-nyiakan waktunya selama 20 tahun. Zuna hanya bisa berharap, kehidupan yang dia dapatkan kedepannya, akan jauh lebih baik dari ini. Zuna bangkit dan mulai berjalan tak tentu arah. Memangnya, dimana tujuan yang sebenarnya? Zuna sendiri bingung, Apa kakinya bisa punya kekuatan untuk membawanya, melangkah menuju kebahagiaan. Wajah perempuan itu tampak lelah, sudah lebih dari tigahari ini dia berjalan tak tentu arah. Ketika dia berusaha mencari pekerjaan, Disitulah Zuna malah mendapat tamparan keras. Lihat, Wajahnya pas-pasan, tubuhnya kurus dan ceking, ditambah rambut ikalnya yang kusut dan tak terurus. Tidak ada yang mau menerimanya, bahkan menjadi tukang parkir sekalipun. Kruyuk~~ Zuna meringis, memegangi perutnya yang belum terisi makanan saat ini. Dia merogoh saku jaket kumuhnya, berharap ada satu sen yang bisa dia gunakan untuk sekedar membeli roti. Zuna menghela nafas, "Hah... Untungnya aku masih menyimpan yang satu ini." Ucapnya, ketika berhasil menemukan satu sen didalam kantung tersebut. Zuna berjalan lunglai tanpa gairah, memasuki sebuah kawasan pasar yang ramai. Zuna memperhatikan dengan seksama, mencari pedagang roti keliling, yang bisa membuatnya kenyang walau hanya satu sen saja. "Permisi, Aku ingin membeli satu roti dengan satu sen, Apa boleh?" Tanya Zuna, ketika berhasil menemukan apa yang ia cari. Pedagang tersebut tampak menoleh dan menutup hidungnya. Oh, tentu saja! Zuna bahkan tidak mandi beberapa hari ini. Bau menguar dari dalam tubuhnya, membuat beberapa orang sedikit risih. "Mau yang rasa apa?" Tanya pedagang tersebut. "Rasa original saja, uangku hanya satu sen." Jawab Zuna lesu. Pedagang tersebut memberikan rotinya, dan Zuna menyerahkan satu sen kepada pedagang itu. Setelah menerima uang, Si pedagang langsung terbirit, membuat Zuna mematung keheranan. "Tidak sopan!" Tukas Zuna. Zuna beralih mencium aroma tubuhnya dan segera menggeleng, "Ugh, pantas saja dia langsung lari. Sudah berapa lama aku tidak mandi?" Karena merasa bukan urusannya, Zuna mendelik tidak peduli. Baginya, Tidak ada yang bisa membuat hatinya terpancing untuk emosi. Sadar karena keadaan dia memang cocok, dengan tatapan yang mereka berikan untuk, Zuna. "Kak." Zuna yang hendak menggigit roti, seketika berhenti dan menoleh kearah bocah kecil dengan wajah kumel dan pakaian yang lebih lusuh darinya. Tatapan bocah itu menghiba, seakan memohon kepada Zuna, agar perempuan itu mau memberikannya sepotong roti untuk dimakan. Zuna menjadi tidak tega. Melihat wajah bocah tersebut, hatinya ikut sakit dan teriris. Tapi bagaimana? Zuna juga butuh makan. "Kak, Aku belum makan seminggu ini. Hanya minum air dari kali, yang sudah dimasak." Ucap bocah tersebut, wajahnya lesu. Hal itu membuat Zuna menjadi tak tega, dipotongnya roti tersebut menjadi dua bagian. Zuna memberikan bocah laki-laki itu, bagian yang lebih banyak. Bocah itu meraih dan langsung makan dengan lahap. Hati Zuna ikut bahagia ketika bocah laki-laki itu tersenyum. "Makanlah perlahan, nanti kamu bisa tersedak." Ucap Zuna memperingati. "T-terimakasih kak." Zuna tersenyum. "Setelah ini, kamu mau kemana?" Tanya Zuna penasaran. Maklum, Zuna juga seorang gelandangan. Siapa tau, Zuna bisa mengajak anak ini untuk menggelandang bersama. "Tidak tau." Jawabnya. "Mau ikut bersamaku?" Tawar Zuna. Bocah laki-laki itu menggeleng, Zuna tersenyum ketika bocah lelaki itu menyengir lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang beberapa sudah tidak ada. "Tidak bisa kak, karena setelah ini kakak akan menemukan kebahagiaan kakak." Zuna mengernyit. Bocah lelaki itu bangkit, "Oh ya, aku dengar-dengar dipersimpangan sana, Ada yang sedang mencari pekerja." Mata Zuna langsung berbinar. "Terimakasih." Ucap Zuna, bocah laki-laki itu mengangguk dan segera pergi meninggalkan Zuna dengan sekelebat tanda tanya. "Tunggu dulu, bagaimana anak itu bisa tau kalau aku sedang mencari pekerjaan." Ucapnya bertanya-tanya. Tidak mau berlarut dengan pikiran terlalu lama dan kehilangan kesempatan. Zuna segera bangkit dan pergi mendatangi persimpangan jalan yang katanya, Ada pekerjaan menanti. *** "Kondisi kesehatan yang mulia terus memburuk. Kemungkinan besar, proses penaikan tahta akan segera dilaksanakan." Ucap perdana mentri Robin. Kali ini, Istana pemerintahan New Zembdee, tengah diguncang berita menyedihkan. Dimana, Raja Alben tengah terbaring lemas tak berdaya dengan beberapa infus menempel ditangan dan oksigen di hidungnya. "Lantas, siapa yang pantas menggantikan posisi Ayahanda?" Seorang pria dengan perawakan tegas, menyipit kearah pria muda yang berdiri disampingnya. "Jake, Apa itu kau?" Nadanya seolah meremehkan. Hal itu membuat Jake menahan untuk tidak menonjok, Pria yang lebih tua 4 tahun darinya ini. "Kita tidak bisa memastikannya untuk sekarang. Karena, hal yang terpenting adalah kesehatan yang mulia." Tukas perdana mentri, Robin. Pria paruh baya itu barusaja berhasil menghentikan perang antara kedua saudara yang tak pernah akur. Sepeninggalnya, pria berperawakan tegas itu. Perdana mentri Robin, menghampiri pria yang lebih muda untuk mengatakan sesuatu. "Pangeran, saya tau anda punya kriteria dan keterangan yang kuat untuk menaiki tahta. Tapi, hanya satu kriteria sebelum anda bisa menggenggamnya." Pangeran kedua dari istana New Zembdee itu, mengangguk pelan dengan ekspresi datar. Setelah itu dia menghempaskan jubahnya kasar dan pergi melalui koridor mewah yang ada didepan kamar, Ayahandanya. Ada banyak pikiran yang berhasil bercabang dikepalanya. Jake harus memutar kembali otaknya untuk bisa mendapatkan wanita secepat yang ia bisa. Jake Saerobin, Pria kelahiran New Zembdee dengan gelar bangsawan. Merupakan keturunan asli Ratu Olivia dengan Raja Alben. Diusianya yang beranjak remaja, Pangeran Jake harus menerima nasib ditinggal pergi oleh sang ibu karena sebuah kejadian misterius. Jake masih ingin terus mengusut alasan kematian ibunya. Tidak peduli sekalipun, Jika kakaknya ingin menyingkirkannya agar bisa naik tahta. Jake harus tau, apa alasan dibalik kematian ibunya dan kejadian 10 tahun yang lalu. Hal itu, hanya bisa ia gali ketika tahta berada dibawah kehendaknya. "Pangeran, bagaimana anda akan mencari pendamping untuk memenuhi syarat menjadi pengganti Raja?" Disampingnya, berdiri pria yang sebaya dengannya. Pria itu bernama Kei. Asisten pribadi sekaligus sahabat Jake. "Atau, anda mau saya melamarkan salah satu putri dari para mentri?" Jake menggeleng. "Tidak, kau tidak perlu khawatir soal itu." Ucap Jake. Sorot matanya yang tajam menatap lurus kedepan. Kei tampak penasaran, kira-kira apa yang tengah disiapkan oleh pangeran kedua ini. "Karena aku sudah menemukannya." Tok... tok... tok... Mereka berdua menoleh kearah pintu yang bercat cokelat tua, dan terbuat dari kayu jati itu. Ceklek! Jake tersenyum, "Dia datang." Seorang wanita dengan gaun peach selutut dan rambut digerai indah, masuk kedalam ruangan itu. "Welcome to Heaven." ### Instagram : @im_yourput ###
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN