Tidak terlalu lama, Meisya ingin segera kembali ke rumah mereka dan tak ingin lebih lama ada di tempat suaminya. Bukan karena apa-apa, melainkan Meisya tak betah berada dalam satu bangunan yang sama dengan Nenek Kemala, yang bahkan ketika Meisya hendak pulang pun, sang nenek masih saja bersikap sinis padanya. “Tak usah terlalu dipikirkan, nanti juga dia bisa baik lagi denganmu.” Meisya hanya diam. Ia menaiki mobil mewah yang dikendarai oleh Rudi. Bersama dengan Raden yang ada dalam pelukannya. Wanita itu masih terlihat murung. Dalam pikiran Meisya, bagaimana dengan perasaan Rudi selama ini? Bahkan orang tuanya sering mengatakan hal-hal yang lebih pedas pada pria itu. Meisya murung bukan semata-mata karena ucapan Nenek Kemala, namun karena ia merasa, apakah ini karma yang ia terima? “K