89. Bercerita pada Batu Nisan

1017 Kata

"Jadi ... untuk apa ibu datang ke mari?" tanya Meisya pada Kinanti yang ia temui secara tidak sengaja di sekitar makam kakeknya. "Aku juga hendak membicarakan hal yang sama seperti yang kau katakan pada kakek." Meisya dan Kinanti sama-sama duduk di sebuah bangku di area pemakaman tersebut. Langit yang membiru terlihat cerah, namun entah sampai kapan bertahan, karena saat ini adalah musim penghujan. "Aku merasa bersalah karena telah membohonginya," lanjut Kinanti lagi. Meisya tak berkata apa-apa, ia hanya merangkul ibunya dan menenangkan wanita yang sedang menangis itu. "Mei, apa ... kau dapat kabar tentang Rudi?" tanya Kinanti khawatir. Meisya kembali ingat tentang suaminya. Ia pun menggeleng lemah, karena memang masih belum ada kabar mengenai suaminya itu. "Kau hati-hati. Mu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN