202. Teror Dimulai

1066 Kata

“Ah, aku jadi terpikir bagaimana jika nanti ibu datang ke tempat kita dan bertemu dengan Ayah Dwipa.” Meisya terlihat gelisah selama perjalanan pulang. “Kenapa kau mengatakan itu terus sejak tadi, kau membuatku merasa bersalah.” Rudi mengemudi sambil menyandarkan salah satu lengannya di jendela kanan. “Aku tidak menyalahkanmu yang sudah memanggil ibu, aku hanya khawatir saja.” “Apa yang kamu khawatirkan?” Meisya diam sambil menggigiti bibirnya sebelum bicara. “Banyak hal. Aku takut suasana menjadi tak nyaman dan sangat canggung.” “Jika hal itu, kau tak perlu khawatir. Canggung itu sangat wajar. Yang tidak wajar jika mereka berkelahi.” “Issh, kamu tuh!” Rudi terkekeh mendengar respon istrinya. “Bahkan aku saja masih canggung untuk menyebutnya sebagai ayah. Bayangkan saja jika itu ad

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN