6- Hari Terakhir MOSBA

1126 Kata
“Abel kan naksir Ustaz Sam.”   …….       "Abel, hp kamu bunyi!"   Semua daun-daun itu menghilang, dan berganti dengan tatapan seram Ustazah Nilam dan teman-teman sekelompokku. Oh nggak, Ustaz Sam dan santrinya juga ikut-ikutan menatapku. Mereka berhenti.   Aku mendelik. Terkejut, aku bergegas mengecek sling bag milikku. Bisa-bisanya aku lupa nggak mematikan ponselku.   Anjir, alarm doang!   Dengan kesal aku matikan ponselku.   "Kamu," kata Ustazah Nilam sambil mendekatiku. Ia menyentuh kardus di depan dadaku, kemudian membacanya dengan keras seolah ingin mempermalukanku. "Arabela.. Matikan hp kamu selagi acara ini." Ia tersenyum sinis.   Aku mengangguk dan mematuhi. Kalau melawan aku pasti dihukum.   Malu-maluin!   ~~~   Biarkan kujelaskan sedikit tentang Pesantrenku. Pesantren Modern Annajah ini adalah salah satu pesantren khusus untuk para mahasiswa Universitas Islam Negeri tempatku menimba ilmu. Pesantren ini sudah bermitra dengan kampus. Jadi setiap mahasiswanya harus mondok, dan bisa memilih ingin mondok  di pesantren mana. Karena anak teman Papaku mondok disini, akhirnya Papa menurut saja untuk ikut-ikutan memasukkanku kesini. Sistem mengajarnya bagus, katanya.   Sesuai namanya, Modern, jadi disini diperbolehkan membawa alat elektronik seperti ponsel atau laptop. Jadi dimudahkan untuk kami. Di sini juga disediakan televisi di aula, biasanya mbak-mbak senior  yang memakai, untuk nonton gosip.   Ustaz juga diperbolehkan untuk mengajar di pondok putri, begitu sebaliknya. Tetapi tetap, yang paling utama, santri putra dilarang memasuki area pondok putri, atau sebaliknya. Uuuuhh...  aku membayangkan jika nanti Ustaz Sam mengajar kami.     Seperti yang saat ini kami lakukan. Kami menatap lurus-lurus Ustaz Ridwan yang tengah mengenalkan sistem pendidikan di pesantren secara umum. Ustaz Ridwan ini salah satu Ustaz senior yang sudah cukup lama mengajar di sini, begitu sih kata beliau sendiri ketika perkenalan tadi.   "Jadi secara umum pondok pesantren di Indonesia itu ada tiga jenis kategori  yang diunggulkan. Pertama, yaitu sistem hafalan Al Qur'annya. Pesantren ini memang dikhususkan bagi pencetak hafidz-hafidz profesional. Kedua, yaitu yang mengunggulkan ilmu alat, atau bahasanya. Bahasa Arab disini sangat diunggulkan. Nah biasanya pesantren ini yang mengirimkan lulusannya ke luar negeri seperti Pesantren Gontor itu." Menarik napas, Ustaz Ridwan melanjutkan. "Nah yang terakhir itu, pesantren yang dikhususkan untuk kitab-kitab, seperti kitab kuning, dan sebagainya."   "Lalu pesantren kita masuk kategori yang mana,Ustaz?"     Tersenyum, Ustadz Ridwan menjawab. "Jika pesantren kita sendiri ini menggabungkan ketiganya. Tetapi lebih dominan kepada hafalan Al Qur'annya, karena kita dikhususkan bagi para mahasiswa yang belum lulus tes Baca Tulis Al Qur'an. Fahimtum?"   "Fahimna!"     ~~       Hari terakhir MOSBA hanya diisi dengan kajian kepesantrenan. Aku sudah mengantuk sejak tadi dan ingin sekali kembali ke kamar. Belum lagi, lusa itu sudah mulai OSPEK kampus. Huft, lelah sekali pokoknya.   "Din, nanti abis ini aku mau minta lagunya Gfriend yang terbaru dong. Sama soundtrack drama Goblin, ehehe.." bisikku pada Dina yang berada di sebelah kiriku.   Gadis itu mengacungkan jempolnya.   Senangnya aku berteman dengan Dina dan Mia adalah kami bertiga mempunyai kesamaan, sama-sama penggemar lagu korea. Jadi kami bisa nyambung jika mengobrol. Apalagi kalau sudah menggosipkan artis korea yang dating, uuhh.. seneng banget. Fangirling!     "Okey, sekian untuk hari ini dari saya."   "Assalamualaikum Ustaz," seru semua santriwati.   Di sini jika mengakhiri kajian yang memberi salam bukanlah ustaz atau ustazahnya,melainkan kami. Ustaz Ridwan meninggalkan tempat kajian. Dan otomatis seluruh santriwati dalam hitungan detik bubar. Masih ada satu materi lagi sebelum MOSBA hari ini selesai.   "Abel, sini materi yang tadi." Lurah menghampiriku dan meminta rangkuman materi yang ditulis di kertas folio. Ia juga meminta yang lain menyerahkannya. Kuserahkan kertas itu, dan kembali ke kamar kami.   "Bosenin ya..." keluhku ketika memasuki kamar.   "Ngantuk tadi." Aku merebahkan tubuhku ke atas kasur. Dan memejamkan mata sebentar.   "Eh, masih ada semateri lagi Bel. Kamu jangan tidur loh!" peringat Anisa. Temanku yang satu itu memang paling baik.   Aku mengacungkan jempol.   "Kalian tau nggak gosipnya? Itu kan tadi Ustaz yang menikah sama santrinya." Anisa membuka suara.   Aku hanya mendengarkan sambil tetap memejamkan mata. Bodo amat!   "Oh ya? Kamu kata siapa?" Kudengar Mia menanggapi.   "Kata temen sekelompokku tadi. Rame banget tau, dari tadi di kelompokku pada ngegosipin." Dengan heboh khasnya ia menjawab.   "Pada ngegosip apaan?" Dina kudengar baru masuk kamar. Kelompoknya yang paling terakhir selesai mengumpulkan rangkuman.   "Itu tuh Nisa.. " Mia menunjuk Anisa.   "Tapi kok aku aneh ya dengernya? Ustadz nikah sama santrinya.. ckck," Dinda terkekeh. Tapi kudengar seperti ejekan.   "Ih kan so sweet.. " Dina malah nggak nyambung.   "Kan udah banyak kasus begitu.. Ustadz nikah sama Santriwatinya." Mia menyahut.   "Iya udah banyak kasusnya.. "   "Abel mau nyusul kayaknya tuh, hihi."   Apa-apaan Anisa?! Dari tadi aku diam saja.   "Emang Abel kenapa?" Dina bertanya dengan wajah polosnya.   "Abel kan naksir Ustadz Sam," celetuk Anisa. Semua anak di kamar sontak menatapku.   Aku masih memejamkan mata. Bodo amat deh mereka. Hemm.. dasar!   "Ciyeee... "   "Ciyeee Abel bangun Bel. Aku tau kamu daritadi dengerin kan?"   Apa-apaan sih mereka?! Duh malu-maluin!   Aku memasukkan wajahku ke dalam bantal. Dina menarik-narik bantal yang kupegang. Oh iya, Dina! Aku kan jadi ingat.   Spontan menyingkirkan bantalku, hingga Dina kaget dan menangkap bantalku. "Din, minta lagu!"   Reaksi selanjutnya yaitu Aku yang kesakitan ditimpuk bantal oleh semua teman sekamarku.     ~~     "Nanti materi terakhir siapa yang ngisi?" Aku bertanya pada Mia yang notebenenya teman sekelompokku. "Ustazah kan?Eh apa Nyai?"   Mia menggelengkan kepalanya sebagai tanda jika ia nggak tahu.   Aku mengalungkan kembali kardus di leherku, dan bersiap menuju aula pondok. Koridor ramai dipenuhi santri yang ingin bergegas ke aula. Mereka antusias banget keliatannya. Aku sih biasa aja. Selagi nggak kena hukuman seperti yang dikatakan Mia dan Dina, aku menerima dengan santai adanya MOSBA ini. Tapi kok ini pada semangat banget ya? Kayak mau ketemu artis aja?   "Loh bukannya yang ngisi materi itu perempuan ya?" Mia menyikut lenganku begitu kami sampai di aula.   Kami melongo mendapati barisan depan sudah terisi penuh. Mereka antusias mengisi barisan agar mudah memperhatikan si pemateri di depan.   Aku mendecih dalam hati.   Pantas saja semua santriwati pada antusias, ada Ustaz Sam di sana.   "Assalamualaikum,Ustaz."   Kami masih berdiri melongo –mencari tempat yang masih kosong— hingga Ustazah Nilam menyuruh kami duduk. Para Ustazah juga ramai berdiri di belakang kami.   Samar-samar aku mendengar jika ini keajaiban. Karena pertama kalinya si Ustaz ganteng itu mau menggantikan Uminya.   Aiihh.. Uminya?   Aku langsung duduk di tempatku. Dan mengeluarkan catatan juga kertas folio. Aku membuka jadwal kajian yang tertera di selembar kertas yang memang dibagikan sejak kemarin. Kucari nama pengisi materi siang ini.   "Jam 14.30 - 15.30 WIB itu pematerinya Nyai Minah. What?!"   Jadi Ustaz Sam itu anaknya Nyai Minah?!   "Ada yang namanya Arabela?"   Aku tercengang dan memastikan kalau memang benar namaku yang dipanggil Ustaz Sam. Lelaki itu celingukan ke para santri, ditambah semua santri juga mencari sosok bernama itu.  Aku gelagapan di tempat. Bingung memikirkan apa yang akan terjadi jika aku mengangkat tanganku.   "Abel.. itu.." Mia berbisik kecil.  Gadis itu menatapku mencari kepastian mengapa aku tidak mengacungkan tangan.   Takut-takut aku mengangkat tanganku. Ustaz Sam dengan raut dinginnya menatapku. Ditambah semua santri yang ikutan memandangku.   "Setelah ini silakan temui saya di ruang Nyai Minah." Tegas dan jelas.   Kira-kira begitu yang dapat menggambarkan kalimat yang barusan muncul.   Aduuuhh.. mau diapain aku ya? Oh iya, kalau hanya untuk memanggilku ke ruang Nyai Minah, kenapa harus mengumumkannya di depan semua orang? Sengaja ingin membuatku malu?     ~~          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN