Aini berusaha tersenyum manis. Sebisa mungkin menyembunyikan kesedihannya. Sementara Bi Darsih segera bergegas ke belakang untuk membawa air dan membuat makanan kecil untuk teman ngobrol. "Maaf, menunggu," sapa Aini ramah ramah. Dokter Fadhil balas tersenyum, sedikit menundukkan tatapannya. "Tidak apa-apa, Aini. Mas..." "Iya.Mas," jawab Aini menunggu dokter Fadhil menyelesaikan kalimatnya. Dokter Fadhil masih tak mau menatapnya. Aini agak kikuk. "Maaf,Mas, ada urusan pentingkah? Sehingga malam-malam menemuiku?" Aini terpaksa to the point, menyaksikan dokter Fadhil yang terlihat sangat salah tingkah. "Emh..." "Apa, Mas?" "Aini, maaf Mas, bicaranya sambil nunduk saja." What? "Oh." Aini hanya ber oh, karena bingung. "Aini, baik-baik saja?" tanya dokter Fadhil. "Apakah Mas mel