Memiliki tiga istri sekaligus bukanlah hal yang mudah. Bukan masalah dalam finansial melainkan kasih sayang yang semuanya ingin menjadi satu-satunya. Kecuali Kamelia istri mudaku. Tak bisa ku tolak bahwa menaklukan hati si gadis kecil itu cukup sulit, Kamelia tak seperti gadis kebanyakan yang mencak-mencak ketika melihatku atau paling tidak mencuri pandang dan menggodaku ketika aku tengah berjalan-jalan dipusat perbelanjaan. Justru Kamelia dengan terang-terangan dan kejujurannya mengakui bahwa ia benar-benar tidak akan mencintaiku. Ya, aku bisa apa? Lagi pula siapa yang mencintainya? Kami bertemu hanya karena masalah hutang keluarganya. Dan Kamelia tak lebih sebagai istri bayaran.
"Mmmm Mr. maafkan aku." Aku yang belum tidur, beralih menatap Kamelia yang tengah meracau. Gadis itu sudah tidur dengan nyenyak bahkan lucunya di dalam mimpi Kamelia masih mengingatku. Apa itu yang dinamakan tidak cinta?. Aku tidak yakin, pasti Kamelia tergila-gila denganku hanya saja enggan mengakui.
Sebenarnya, aku masih memikirkan perkataan Kamelia saat di taman tadi. Gadis itu begitu dewasa dan bijaksana bukan seperti Kamelia yang kukenal beberapa Minggu ini. Apa itu adalah sifat asli gadis tersebut yang selama ini terpendam? Atau justru Kamelia hanya ingin mencari perhatian padaku. Entahlah, jujur aku merasa dihargai saat Kamelia mengatakan bahwa ialah istriku.
Dalam hening, ponsel yang berada di nakas bergetar. Meninggalkan Kamelia dengan tidur dalam keadaan mulut menganga. Keputusan untuk meraih ponselku. Ada pesan dari Tiara-istri pertama.
Tiara:
Sayang, apa kau tidak pulang?
Ck!. Tiara selalu seperti itu, membutuhkan uang dan diriku setiap waktu. Bukannya aku tak suka, hanya saja perempuan itu begitu kaku dan terlalu perasa. Bahkan selama menikah dengannya aku tak merasakan apa-apa tak ada kata di mabuk cinta ataupun gairah yang meletup-letup. Bagiku Tiara hanyalah wanita yang wajib aku nafkahi, karena ayahnya telah mempercayaiku untuk menjaganya. Ya, kuterima saja ketimbang jadi masalah besar.
Ku akui, Tiara adalah wanita yang Anggun dan memiliki banyak pengalaman. Ilmu pendidikannya yang tinggi membuat wanita tersebut mendapat nilai tersendiri di mata pria meski tak bisa dipungkiri Tiara adalah wanita yang terlalu serius. Ya begitulah, ada kelebihan pasti terselip kelemahan.
Aku:
Tidak, malam ini dan besok aku akan bersama Kamelia.
Setidaknya aku sudah jujur, lagi pula berbohong untuk apa?. Orang sepertiku tidak akan pernah mengemis cinta, ataupun wanita. Dengan apa yang kumiliki justru wanitalah yang mengemis padaku. Aku tidak peduli akan respon atau balasan dari istri pertamaku. Peduli apa aku? Selama kami menikah, Tiara juga tak bisa memberikanku keturunan, sudah hampir lima tahun lamanya. Tapi... Jangan salah sangka, dari awal aku memang tidak mencintainya jadi jangan salahkan aku yang memiliki banyak istri bukan karena Tiara mandul akan tetapi karena memang tidak ada cinta untuknya.
Ponselku bergetar kembali, dan tetap sama Tiara membalas pesanku.
Tiara:
Sayang, apa kau tidak rindu denganku? Sudah hampir seminggu ini kita tidak bersama
Aku sudah muak jika Tiara mulai merengek.
Aku:
Besok kau boleh kemari.
Keputusan untuk mempertemukan mereka lagi. Kebetulan besok aku ingin bersantai-santai dirumah ini, dan rencananya aku akan membuat pesta kecil-kecilan.
Tiara:
Terima kasih sayang.
Hanya seperti itu, tidak ada kata-kata yang indah atau kalimat mesra diantara kami. Hambar dan tak menantang. Ahkirnya kupilih meletakan ponsel di nakas. Aku tersadar kembali jika malam ini sedang bersama Kamelia. Memutuskan untuk melihatnya yang dengan pose tidur amat lucu. Untuk gadis secantik dia dengan tidur layaknya anak kecil cukup membuatku...
Tidak.. tidak, aku terlalu berlebihan akan Kamelia. Bagaimanapun gadis ini tetaplah gadis udik dan lugu. Bagaimana bisa aku tertarik dengannya. Ini lucu sekali, yang ada aku kesal karena tingkahnya yang tak setara denganku.
___________________________________________________________
Banyak yang mengatakan hidup menjadi orang berada sangatlah menyenangkan, dan itu memang benar. Apapun yang aku inginkan dengan mudah kudapatkan tak perlu bersusah payah. Tapi jangan asal menghujat, apa yang kudapatkan juga tak hanya menjentikkan jari saja. Berpeluh keringat dan banting tulang agar menjadi orang sepertiku namun semuanya terbukti mereka menyanjung dan menghormatiku.
Bekerja keraslah agar kau dihargai..
Aku terusik dengan gaya tidur Kamelia, gadis itu bergerak kesana-kemari memenuhi tempat. Padahal aku sudah memberikan ukuran king untuk ranjangnya tetap saja Kamelia bertingkah aneh. Ku coba untuk membangunkannya, menggoyang-goyangkan bahu. Sesaat Kamelia terusik namun kembali tertidur. Dasar gadis udik!
Namun aku tidak putus asa, dan beralih untuk membangunkannya lagi dan berhasil!
"Hoammm.. Mr. ada apa?" Tanyanya dengan mata tertutup
"Tidak bisakah kau tidur biasa saja?" Gadis itu mulai bangun dari posisinya, duduk disampingku
"Salah Mr. yang ingin tidur denganku."
"Kamelia, coba untuk bersikap anggun sedikit saja."
Gadis itu mengelap bekas air liur di pipinya. Bisakah kukatakan bahwa gadis ini begitu jorok?
"Kalau Mr. merasa terusik Mr. bisa pindah kamar."
Aku berdecak, mengapa gadis ini yang mengusirku?
"Aku malas! Ini sudah jam sembilan malam Kamelia!"
Kamelia membuka matanya lebar-lebar, seolah terkejut. "Astaga, ini baru jam sembilan malam? Dan Mr. sudah membangunkan ku dari mimpi indah." Protesnya
"Kamelia, aku membangunkanmu bukan untuk berdebat, akan tetapi membuatmu untuk tidur lebih baik lagi."
Sepertinya Kamelia sudah lelah, terbukti gadis itu manut dan menganggukan kepalanya. "Baiklah Mr. aku akan tidur dengan baik, dan tidak akan mengganggumu."
"Good." kataku mulai membaringkan badan, disusul Kamelia yang nampak kikuk ditempatnya.
"Kenapa kau menjauhiku?" Aku langsung merengkuhnya.
"Tidurlah, lanjutkan mimpi indahmu."