Pulang sekolah Libby mampir ke COFEE BUCK bersama dengan Decky sohib tomboynya. Seperti biasa mereka asik merumpi tentang Dylan.
"Decky, berhubung lo ikut eskul basket ... lo pasti tahu, bagaimana sikon Dylan disana?" tanya Libby kepo.
"Cemerlang seperti biasa. Dia terpilih lagi jadi ketua tim basket," lapor Decky.
"So pastilah. Dylan gue emang selalu bersinar dimanapun ia berada." Libby sangat mengagumi sobat sejak SD-nya itu.
"Decky, lo harus mengawasi Dylan buat gue. Jangan kasih kesempatan cewek~cewek ganjen itu ngedeketin Dylan. Kalau ada yang nekat, lo lapor gue. Biar gue eksekusi dia!"
"Rebesss Boss!" ucap Decky geli sambil menaruh tangannya di dahi seolah menghormat ala tentara.
Libby mengangkat cangkir kopinya, baru dia akan meminum kopinya ada makhluk yang baru muncul langsung menyerobot dan meminum kopinya.
"Ah, capek banget!" ucap Pretty tanpa merasa bersalah sembari mengipas~ngipas tubuhnya. Dengan cuek dia ikut duduk di samping Libby. Decky melongo setengah terpaku menatap pada Pretty. Sepertinya cewek tomboy ini sangat terpesona pada Pretty.
Libby melotot geram, dia menendang kaki Pretty dari bawah meja. Namun Pretty mengangkat kedua kakinya tepat waktu, seolah hendak duduk bersila di kursinya. Alhasil tendangan Libby nyasar ke kaki Decky.
"Adow!" teriak Decky kesakitan.
"Ya ampun, sorry Decky. Gue tadi pengin menendang kucing yang nyelonong gak tau diri tapi nyasar ke elo," kata Libby merasa tak enak hati.
"Tak apa, Libby. Ehm, gue harus cabut dulu. Bokap nunggu gue di rumah. Lo santai disini dulu saja. Gue sudah bayar bill meja ini kok."
"Iya, thanks a lot, Decky."
Decky mengacungkan jempolnya lantas berjalan tertatih~tatih meninggalkan temannya.
"Bisa enggak sih, lo enggak ganggu hidup gue?!" gerutu Libby pada Pretty yang tengah asik menyamil kripik nachos milik Libby.
"Nah itu, gue juga pengin ngomong gitu ke elo," sahut Pretty cuek.
"Gue gangguin elo? Lo sinting kali!"
"Terus siapa yang tadi ngelakuin kekerasan KDRT?" sindir Pretty.
"KDRT? Emang lo suami gue?! Najis!!"
"Sekarang ngomong najis, suatu saat bisa jadi lo yang mengemis pada gue minta dikawinin," timpal Pretty sangat percaya diri.
Libby menghentakkan kakinya sebal. Lalu dia berdiri meninggalkan makhluk absurd itu.
"Libby, tunggu gue!"
Mereka berjalan beriringan, saling menyikut hingga tiba di jalanan yang agak sepi. Disana menunggu lima pria kekar yang menghadang langkah mereka. Pretty mengeluh dalam hati, mengapa masalah muncul saat ia menyamar menjadi Pretty yang gemulai? Sialnya, mendadak Pretty merasakan sesuatu yang tak beres dalam dirinya. Tubuhnya terasa amat lemas.
Brengsek! Jangan~jangan kopi itu diberi obat penenang!
Pretty melawan rasa lemas di tubuhnya, dia masih harus melawan lima pria di depannya!
"Siapa kalian?" tanya Libby
"Kami penagih hutang nyawamu."
Wajah Libby berubah pias. Mengapa akhir~akhir ini hidupnya rusuh sekali? Apa ini semua gara-gara ...? Libby menoleh pada Pretty dan terkejut melihat wajah si bences yang sangat pucat.
"Pretty, lo kenapa?"
“Tubuh gue lemas, By. Mungkin kopi yang gue minum tadi ada obat penenangnya," kata Pretty lemah.
Libby membulatkan matanya kaget, seharusnya kopi itu ditujukan untuknya! Sialnya, tadi Pretty mengembat minumannya. Libby merasa bersalah pada Pretty, cowok ini tak ikut apa~apa tapi telah menjadi korban.
"Pretty, sebenarnya mereka mengincar gue. Lo pergi saja sekarang. Saat gue mengalihkan perhatian mereka, elo cepetan lari, okey?" bisik Libby di telinga Pretty.
Libby sengaja berjalan menjauhi Pretty seakan ingin mencari celah untuk melarikan diri.
"Kamu mau melarikan diri? Jangan harap bisa berhasil!" tukas salah satu dari lima orang yang menghadang mereka.
Gerombolan itu bergerak cepat menghadang Libby dari belakang.
"Apa salah gue pada kalian?" tanya Libby panik.
“Gak ada. Salah lo karena hadir pada tempat dan waktu yang salah."
Ini pasti karena dia memergoki transaksi n*****a sialan itu! Libby jadi was-was saat melihat Pretty dengan langkah tertatih mendekatinya.
"Pretty, kenapa lo lari kemari? Mestinya lo kesana, gih!" usir Libby segera.
Pretty berjalan tertatih~tatih dan menubruk salah satu dari lima pria itu hingga pria itu terjatuh. Lalu dia menduduki perut pria yang terjatuh itu dan memukulinya dengan gerakan slow motion, meski begitu pukulannya mengandung tenaga kuat. Dalam waktu singkat pria yang diduduki Pretty pingsan. Teman-teman pria itu dan Libby sontak ternganga, mereka tak menyangka kejadiannya bakal seperti ini. Bagaimana bisa Pretty yang gemulai menghampiri dan memukul orang bagaikan titisan pendekar mabuk? Atau ini hanya keberuntungan semata?
Melihat dua orang yang tersisa mengepung Pretty, Libby mendekat dengan cepat karena merasa khawatir.
"Hei Libby, mau berdansa denganku?" racau Pretty seperti sedang mabuk.
Pretty memeluk pinggang Libby dan mendadak membalik tubuh Libby supaya membelakangi dirinya. Lalu dia memutar Libby cepat hingga kaki Libby sontak bersarang di perut salah satu penyerang mereka. b******n itu mengaduh kesakitan. Libby mulai bisa memanfaatkan kesempatan. Sementara Pretty memutar dan menggerakkan tubuhnya dengan gerakan asal seperti orang berdansa setengah mabuk, Pretty menendang dan melancarkan tinjunya.
Dua orang terkapar lagi. Sayangnya tenaga Pretty semakin lemah. Dia berusaha bertahan. Ketika ada yang hendak memukulnya, Pretty spontan menelungkupkan tubuhnya di punggung Libby hingga kakinya otomatis terangkat keatas dan memukul muka penyerangnya telak. Pria itu pingsan seketika. Tinggal satu penyerang lagi, tetapi Pretty sulit mempertahankan kesadarannya. Dia berdiri bersandar pada Libby.
"Pretty, kau tak apa?" Libby merasa khawatir melihatnya.
"Tinggal satu, biar kuhadapi sendiri. Kau istirahat saja, Pretty."
Pria penyerang itu mengeluarkan pisau, dia berniat menyerang Libby dari belakang. Pretty melihatnya, dengan sekuat tenaga dia mendorong Libby. Pisau itu bersarang di pinggang kanan Pretty! Libby menjerit keras melihat kejadian itu. Kebetulan dia melihat sebuah batu besar disampingnya. Libby mengangkat batu itu dan menghantamkannya ke kepala b******n itu.
BRAK!! Tak ayal b******n itu terjatuh dan pingsan seketika. Begitu b******n itu tersungkur, Libby bergegas menghampiri Pretty.
"Pretty!!"
Pretty tersenyum sambil mengangkat jempolnya untuk Libby. Matanya semakin sayu lalu kesadarannya menghilang.
Bersambung