Action 4

1134 Kata
Libby berjalan sambil melamun, tangannya tak sadar mengelus bibirnya. Mengapa dia terus terbayang ciuman itu? Bukannya sekarang dia jelas tak mabuk, tapi mengapa mengingat ciuman itu membuat hatinya berdesir? Apa karena itu ciuman pertamanya? Kampret! Tragisnya dia tak tahu melakukan ciuman pertamanya dengan siapa. Apa sebaiknya dia mencoba ciuman dengan cowok lain? Dengan demikian mungkin Libby bisa menganalisa perasaan aneh yang melandanya sekarang. Tsk ... tsk ... Dylan menjentikkan jarinya didepan wajah Libby. "Pagi~pagi sudah melamun, apa ada yang membuat galau sobatku ini?" sapa Dylan sambil tersenyum manis. Wajah Libby berubah sumringah, cintanya datang! Mengapa ia tak mencoba berciuman dengan Dylan saja? tapi bagaimana caranya? Libby memikirkan strategi untuk mendapatkan ciuman Dylan. Ketika melewati kolam air mancur, sontak timbul ide cemerlang di otak Libby. Byur .... Libby pura~pura terpeleset dan jatuh ke kolam air mancur. "Dylan, tolong!" Dylan segera menerjunkan dirinya ke kolam, dia menarik tubuh Libby hingga ke tepian kolam. Libby pura~pura pingsan, matanya terpejam rapat. "Libby ... Libby ...." Dylan menepuk~nepuk pipi Libby dengan raut wajah khawatir. Libby terus memejamkan matanya, dia berharap Dylan akan memberikan pernapasan buatan. C'mon Dylan, give me your kiss, ucap Libby dalam hati. Sesaat kemudian Libby merasakan ada benda kenyal yang menyentuh bibirnya. Yes! Akhirnya Dylan menciumnya. Namun mengapa rasanya sama dengan ciuman pertamanya di ruang karaoke lalu? Ya, sama persis. Bagaimana bisa? Libby membuka matanya. Jiaaah, mengapa si bences yang menciumnya?! Libby jadi syok, bergegas dia mendorong tubuh Pretty dengan kasar hingga cowok itu tersungkur jatuh ke tanah. "Apa lo gak tau malu?! Beraninya lo mencium gue!" maki Libby sembari mengelap bibirnya dengan jijik. Dia beranjak duduk dan menuding Pretty dengan raut wajah kesal sementara cowok feminim itu bangkit begitu anggunnya sambil menepis bajunya yang kotor. "Cih, siapa yang mau mencium elo! Gue cuma kasian sama elo, dianggurin gitu sama Bebep Dylan. Lagian daripada bebep Dylan yang kasih lo napas buatan, mending gue yang berkorban deh," tukas Pretty mencemooh. Anjriiit, dia berbicara seperti itu sambil memeluk bahu Dylan sok akrab. Tentu saja Libby tak bisa menerimanya, ia menarik tubuh Dylan kearahnya. "Dylan basah nih. Yuk, kita ganti baju," ajak Libby pada gebetannya. "Ganti di tempatku saja, apartemenku lebih dekat dari sekolah," usul Dylan. Gila, ini mah rejeki nomplok! pikir Libby senang. Berduaan dengan Dylan di tempat cowok itu dengan kondisi baju mereka sama~sama basah, lalu .... Libby tersenyum m***m membayangkan kejadian selanjutnya. Namun bayangan itu langsung hancur berantakan karena tanpa malu Pretty memaksa ikut. "Ngikut! Diizinin gak diizinin pokoknya Pretty ngikut!" pekiknya manja sembari mengalungkan lengannya ke tangan Dylan. Arghhhh, bences satu ini! Pengen rasanya gue tendang ke kutub utara! Mengapa dia selalu ganggu gue modusin Dylan?! maki Libby dalam hati, dia menatap horor pada Pretty. Pretty tak takut, malah balas meleletkan lidahnya. *** Apartemen Dylan kecil dan sederhana, ruangannya hanya satu plus kamar mandi kecil. Tipe studio, jadi tempat tidur, tempat makan, dapur kecil, tempat santai semua jadi satu di ruangan yang sama. Untungnya Dylan bisa mengaturnya dengan nyaman. Ternyata cowok itu pintar mengatur ruangan. "Maaf agak berantakan," kata Dylan enggan, diam-diam dia mengambil sebuah album foto di ranjangnya dan menyembunyikan di balik punggungnya. "Bersih banget gini lo bilang berantakan, Dylan, apalagi lo liat kamar gue ...." Ups! Libby keceplosan. Masa dia membongkar kejelekkannya sendiri?! Seharusnya dia menjaga image sebagai cewek pecinta kebersihan. Haiiish! "Ih, gue udah mengira. Cewek model lo pasti jorok!!" ejek Pretty sambil menowel hidung Libby. Lalu ia mendekati Dylan dan dengan cepat merebut album foto yang disembunyikan cowok itu di punggungnya tadi. Dylan berniat merebut balik album itu, namun Pretty berkelit dengan lincahnya. Mereka berkejar~kejaran seperti anak kecil hingga Libby menatap heran. "Kalian ngapain? Ngrebutin apa?" tanyanya kepo. "E-enggak," jawab Dylan gugup. Dia mengambil handuk dari lemarinya dan memberikannya pada Libby. "Bunny, sana mandi duluan. Nanti kamu masuk angin! Kamu sudah basah dari tadi." "Lo juga basah lagi, mau mandi bareng?" goda Libby ceria. Dylan terkekeh geli, lantas menjewer telinga Libby pelan. "Sana mandi!" Dylan mendorong Libby kearah kamar mandi. Setelah Libby memasuki kamar mandi, dengan dingin Dilan mengulurkan tangannya pada Pretty. "Bisa kembalikan barang itu padaku?" Pretty telah selesai memeriksa isi album foto itu, jadi dengan senang hati dia mengembalikannya ke tangan Dylan. Tak lupa Pretty mengelus ringan tangan Dilan. "Ganteng, apa kau diam~diam menyukai cewek bar~bar itu? Kalian sudah bersama sejak kecil ... ehm, cinta terpendam!" "Bukan urusanmu! Dan Libby bukan cewek bar~bar. Dia manis, ceria, dan imut. Dia sahabat yang sudah menemaniku saat tak ada siapapun yang melirikku." "Mengapa?" tanya Pretty sambil lalu. Dylan menghela napas dan menjawab ketus, "bukan urusanmu! Mengapa aku merasa kau mengorek~ngorek kehidupanku?" Dylan melirik curiga. Pretty tertawa kenes menanggapi kesinisan Dylan. "Aiiish, parno lo!" "Jangan~jangan kamu naksir ...." "Gue naksir Libby!" potong Pretty cepat. "Benarkah?" tanya Dylan dengan hati tercubit. "Sure. Lo panggil apa dia tadi ... Bunny? Honey? Cih, receh banget tauk!" cemooh Pretty tengil. Ceklek. Di tengah pembicaraan dua cowok ganteng itu, Libby muncul dari kamar mandi dengan hanya dibalut handuk yang melilit tubuh seksinya. Sontak kedua cowok yang melihatnya ternganga lebar. Hati mereka berdesir, kecepatan pacu jantung mereka bertambah pesat! "Dylan, gue pinjem kaus dong," pinta Libby tanpa menyadari efek yang ditimbulkannya pada dua cowok didepannya. Pretty dengan cepat membalik tubuh Dylan hingga memunggungi Libby. "Dia mau pinjem kaus lo, cari noh di lemari!" Dengan patuh Dylan mencari kausnya yang agak kekecilan. Setelah menemukannya, Pretty langsung merebut kaus itu dari tangan Dylan. "Gue aja yang kasih biar mata lo enggak jelalatan," sergah cocan itu. Dylan mengangguk dengan wajah memerah. Setelahnya dia tersadar, apa bedanya dia dengan Pretty?! Meski berwajah cantik dan tingkahnya feminim, Pretty juga cowok tulen! Sialan! Hati Dylan memanas seketika. *** Rex mengawasi gadis itu ... gadis yang menjadi saksi transaksi n*****a dan kini harus dilindunginya. Gadis itu tadi sempat bertemu dengan gadis lain dan mengancamnya. Ck! Dasar cewek barbar. Masa dia tega merebut cake yang seharusnya oleh gadis malang itu akan diberikan pada Dylan. Dan Libby, cewek preman itu mengancam si cewek malang supaya tak berani mendekati Dylan lagi. Ck ... ck .... Rex geleng~geleng kepala gemas melihat kelakuan Libby. Setelah berpisah dengan cewek malang itu Libby berjalan lagi dan bertabrakan dengan anak pemulung yang masih kecil, mungkin usianya sekitar enam tahun. Mereka bertabrakan cukup keras hingga keduanya terjatuh. Haish, pasti anak pemulung malang itu bakal dimaki~maki. Tapi perkiraan Rex meleset, Libby berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu anak pemulung itu berdiri. Apa Rex tak salah melihat? Di wajah Libby tak terlihat kekesalan sama sekali, dia justru tersenyum tulus pada anak pemulung itu. Dan mengapa sekarang gadis itu terlihat cantik bak malaikat? Rex sampai mengucak~ngucak matanya untuk memastikan penglihatannya! Libby memeriksa luka di lutut cowok kecil pemulung itu dan dia memasang plester di luka itu. Cowok kecil itu amat terharu menerima kebaikan Libby, apalagi kemudian Libby memberikan cake yang diembatnya tadi pada pemulung cilik itu. Rex ternganga melihatnya, ternyata cewek bar-bar itu memiliki hati malaikat. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN