Boneka Masha

1127 Kata
Ily terperangah melihat sosok yang yang tengah menatapnya dengan cengiran geli. Orang yang ditemuinya waktu itu di sekolah Tribakti kini ada dihadapannya bersama temannya.  Buru-buru Ily meletakkan pesanannya kemudian berbalik berniat pergi dari sana. "Eeeitt mau kemana?" Ily berhenti saat lengannya diraih oleh seseorang. Dengan senyum ramah nan manis, Ily berbalik menghadapnya. "Wiiihh cantiknyeee" ucap salah satu dari mereka "Huusshhh" orang yang satunya lagi menegurnya sedangkan orang yang memegang tangan Ily hanya menatap gadis didepannya dengan senyum tipis, ingin rasanya dia tertawa saat melihat wajah merenggut gadis didepannya. "Apa anda masih membutuhkan sesuatu?" Tanya Ily sopan. Biar bagaimanapun orang didepannya adalah pelanggannya, dia harus menghormatinya seperti kata orang-orang. Pembeli adalah raja. Kurang lebih seperti itulah. "Nama lo!" "Disini tidak ada menu 'namamu', mas" Ily menekan kata mas membuat pria didepannya melotot, dan Ily juga bukan orang bodoh mengenai pertanyaan orang didepannya. "M--mas? Lo bilang mas?" Orang itu mendengus tak percaya, "Apa tampang gue terlihat seperti mas-mas?" Dia menoleh kearah kedua temannya "Dikit" ucap salah satunya "Lebih baik tutup mulut kotor lo itu, Leon!" Orang yang bernama Leon langsung menutup mulut seakan menguncinya. Merasa pegangan orang itu melemah Ily langsung berlari, naas kakinya tersandung disalah satu kursi membuatnya terjatuh. Sontak semua pengunjung menoleh kearahnya. Ada yang prihatin, mengejek dan tertawa. Salah satunya ketiga orang yang berdiri menatapnya. "Ily! Apa yang lo lakuin disitu?" Aldo berjalan kearahnya "Tidur!" Jawabnya asal "Oh" "Oh" Ily tidak percaya dengan jawaban bosnya itu. Aldo terkekeh langsung menariknya tanpa meminta izin terlebih dahulu. Ily cemberut membuang mukanya saat Aldo bosnya sekaligus orang yang dianggapnya kakak itu ingin tertawa. "Apa? Ada yang lucu?" Aldo mengacak-acak rambut Ily tanpa memjawab pertanyaannya. Aldo menoleh kearah beberapa orang yang berdiri didepannya. Aldo tersenyum dan meminta maaf atas kejadian tadi. "Yaudah lo masuk sekarang!" Ily mengangguk berbalik meninggalkan Aldo, langkahnya terhenti saat suara orang tadi kembali memanggilnya. Ily melotot saat pria itu memanggilnya Miranda Kerr hingga membuat beberapa pengunjung tertawa begitupun Aldo. "Aku bukan Miranda Kerr!" Bantah Ily kemudian kembali melangkah "Miranda Ke--" "Ily, itu nama aku" Ily berjalan menghentak-hentakkan kakinya kesal.                                * * * "Silakan dilanjutkan, Mas!" Ucap Aldo meninggalkan ketiga pria yang masih menatap punggung Ily menjauh "Mas? Mas lagi?" Ucapnya tak percaya, ia langsung meraih ponselnya dan berkaca disana. Kedua sahabatnya hanya terkekeh melihatnya. Dia memang paling anti mendengar kata Mas diperuntukkan untuknya. "Ganteng kok, Ka. Sebelah dua belaslah sama Taylor Lautner" ucap Leon menenangkan sahabatanya itu. Pria itu adalah Saka Rivanno Thomas, putra keempat dari keluarga kaya raya Thomas Corp. Axel Dirgantara dan Leon Abraham Kusuma adalah sahabat Saka, tak beda jauh dengan Saka, keduanya juga berasal dari keluarga kaya. "Kok gue jijik ya lo muji gue?" "Makasih dikit kek! Mending muji lo dari pada gue ngatain lo MAS" Saka melempar bekas tissue pada sahabatnya itu. Leon menghindar dan langsung mengenai Axel yang sedang menyeruput jus. Melihat reaksi Axel, Saka langsung menunjuk Leon yang ada disamping Axel. Leon menunjuk dirinya sendiri bingung melihat Saka menunduhnya, Leon mengelak tidak terima tuduhan Saka. Karena terganggu Axel menatap mereka tajam hingga membuat keduanya terdiam. "Sekarang kita mau kemana? Ke hotel dulu atau langsung nyari adek lo itu?" Tanya Leon "Lo taukan alamatnya disini?" Tanya Axel. Saka terdiam. Alamat? Jangankan alamat, nama orang yang ingin dicarinya saja dia tidak tau. Dia datang ke Malang hanya berbekal diri tanpa mengetahui kemana tujuannya. Mendengar pembicaraan kakek dan omnya saat itu membuat Saka langsung tancap gas untuk mencari putri yang dimaksud. Saat ini Saka merutuki dirinya, kenapa dia langsung kemari? Seharusnya dia mencari tau dulu sebelum melakukannya, kalau begini caranya dia sendiri yang pusing. "Woi" Saka tersentak melihat tangan Leon pas didepan wajahnya, "Kenapa diam? Jangan-janga--" Leon menggantung ucapannya menelisik wajah gelisah Saka "Gue nggak tau alamatnya" kata Saka membuat mata Leon dan Axel membulat tak percaya. Mereka pikir Saka sudah tau tujuannya hingga mereka setuju menemaninya. "Jangan bilang lo juga nggak tau nama adik lo itu?" Tebak Axel, Saka langsung nyengir "Kalau gue tau mana mau gue nemanin lo kesini? Buang-buang waktu." Axel menyandarkan punggungnya menatap sahabatnya itu, Saka orang yang pintar tapi kadang kepintarannya itu membuatnya terlihat b**o, seperti sekarang. Axel akui, niat Saka untuk mencari adik sepupunya memang baik tapi kalau keadaannya seperti ini Axel bisa mengumpati sahabat baiknya itu. "Tau nih, andai aja lo nggak dateng udah pasti gue di Bali saat ini bareng ayang bebep" Kesal Leon Niatnya untuk liburan akhir minggu di Bali bersama Dara pacar barunya harus tertunda karena Saka. Saka bilang dia ingin bertemu dengan adiknya yang ada di Malang. Karena heran dan ingin tau, Leon ikut bersamanya. Leon heran kenapa bisa Saka punya adik sedangkan semua orang juga tau jika keluarga Thomas hanya punya 4 anak. "Yaelah, jangan gitu dong! Kita bisa jalan-jalan disini jadi nggak buang-buang waktu kok, Xel. Dan lo Leon nggak usah khawatir! Minggu depan lo bisa liburan bareng ayang bebep yang 102 lo itu, gue yang akan nanggung semua biaya kalian selama liburan." "Benar?" Wajah Leon tiba-tiba  sumringah sedangkan Axel hanya menatap malas. "Ngomong-ngomong dimana dia?" Saka mengedarkan pandangannya keseluruh cafe mencari boneka Masha yang menggemaskan itu. Masha? Masha apaan, mereka sangat beda jauh tapi entah kenapa ketika melihatnya membuat Saka teringat kartun kesukaan adik Leon. Anak kecil yang overaktif dan usilnya ngak ketulangan. Untung anak itu ngak punya orang tua, kalau iya, beeuuhhh sudah pasti mereka akan pusing tujuh keliling. Tapi yang kasihan si beruangnya jadi sasaran keusilannya. Ahhh kenapa jadi memikirkan tentang itu, beruang itu pasrah saja diusili. "Cari gadis itu?" Saka mengangguk, "Lo suka?" Saka menggeleng "Terus?" Axel mengernyit menunggu jawaban Saka "Gue cuma suka liat dia" jawab Saka "Gue juga" ujar Leon yang langsung dipelototi oleh keduanya "Jangan macam-macam!" "Ingat Dara!" Ucap Saka dan Axel bersamaan                                * * * Sebenarnya Ily ingin langsung ke restoran setelah jam kerjanya di cafe milik Aldo selesai tapi bu Rani menelfonnya dan memintanya untuk pulang lebih cepat. Ily bingung, dari suaranya tadi dia bisa tau kalau bu Rani ingin mengatakan sesuatu yang penting. Karena telah merapikan bajunya, Ily langsung menuju Aldo dan Karina mengobrol dibalik meja kasir. "Aku pulang dulu, kak!" Pamit Ily. "Mau ke restoran lagi?" Tanya Karina Ily menggeleng, Ily mengatakan akan langsung pulang ke panti karena bu Rani yang memintanya. Karina mengangguk dan meminta Ily berhati-hati dijalan. Aldo menawarkan diri untuk mengantar Ily namun ditolak. Aldo sudah berbaik hati telah memperkerjakannya, dia juga baik dan perhatian padanya, dia mengerti keadaan Ily, terkadang dia menawarkan bantuan pada Ily dengan tulus. Meski Aldo bos ditempat kerjanya, Aldo tidak ingin Ily memanggilnya bos, melainkan kak. Katanya itu lebih baik. "Kak Aldo jaga aja cewek yang disebelah kakak!" Ily melirik Karena "Dia biasanya jelalatan" lanjutnya membuat Aldo tertawa "Ihhh Ily sembarang kalau ngomong. Nggak kok sayang, aku mah setia," Karina bergelanyut dilengan Aldo, Ily terkikik melihat keduanya. Baru-baru ini Aldo dan Karina meresmikan hubungannya dengan status pacaran. Bersambung. . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN