15. Jessica Pergi?

1418 Kata
i********:: gorjesso Happy Reading.. Jessica baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya menemukan bibi dan paman Shin yang tengah duduk di sofa menikmati wine. Dimana Kris dan Aiden? Batinnya. "Ahjuhssi...Aiden odiga?" Tanya Jessica. Paman dan bibi Shin saling berpandangan bingung. Astaga! Saking sibuknya dengan dunia mereka sendiri. Mereka berdua tak memperhatikan keadaan sekeliling mereka. "O—paman juga tidak tahu..." Jawab Paman Shin. "Apa mungkin Aiden dan Kris keluar bersama? Mereka mungkin ditaman belakang?" Ucap Paman Shin kemudian, menebak. Jessica terlihat berpikir. Sudut matanya yang tengah menyiram sekelilingnya, menjangkau keberadaan ponselnya yang tergeletak diatas meja minuman. Sejak itu juga ia segera menyambar ponselnya itu. ia berencana menghubungi kedua pria itu—Aiden dan Kris—yang malah pergi disaat pesta masih berlangsung. Dinyalakannya ponsel putihnya itu. Dan Jessica cukup terkejut ketika layar ponselnya langsung masuk kedalam olah pesan. Disana terpampang percakapannya dengan Aiden. Tapi...ada yang ganjil. Jessica sepertinya tidak pernah mengirimkan pesan terakhir yang ada di layar ponselnya itu. Pesan terakhir itu berbunyi "Kau dimana?" dan kemudian, Aiden menjawab pesan itu dengan "Aku di tepi pantai."—dan jangan lupa juga. Tanggal dan jam dari pesan itu adalah hari ini, dan baru beberapa menit yang lalu terkirim. Apa mungkin Kris yang mengirim pesan ini pada Aiden? Batin Jessica. Jika benar, mereka berdua pasti sekarang berada di tepi pantai bukan? Tidak ingin lagi hanya menebak. Jessica segera berlari melewati paman dan bibi Shin yang terlihat bingung dengan keadaan ini. Dan akhirnya mereka pun mengikuti Jessica yang sudah keluar lewat pintu belakang. Jessica semakin mempercepat gerak kakinya ketika samar ia mendengar umpatan-umpatan yang terdengar seperti suara pria. Didalam otaknya seolah hanya berputar dan memikikrkan sebuah hal buruk tengah terjadi. Membuatnya pusing. .... "Kau—" BUGH Kris kembali melemparkan tinjunya. Dan kini pada perut Aiden, Membuat Aiden meringkukkan tubuhnya menahan perih disekitar perutnya. BUGH Lagi, dan lagi. Kris memanfaatkan moment tidak berdayanya Aiden. Aiden kini terbaring lemah diatas pasir dengan lebam diwajah, darah dihidungnya, juga tubuhnya yang tidak bisa lagi dibilang utuh. Karena ia merasa tulangnya retak dan lepas dari sendinya. Kris benar-benar sialan! Batinnya. "Bangun, pecundang!" Kris menarik kerah kemeja Aiden dan terus menariknya hingga Aiden berdiri. "Apa hanya ini kemampuanmu, tuan Lee? Bagaimana mungkin kau menginginkan Jessica disisimu sedangkan kau selemah ini? Kau benar-benar terlihat seperti pecundang ulung, Lee Donghae.." Ucap Kris. Ia menarik sudut bibirnya keatas. Tersenyum penuh remeh pada Aiden yang bahkan tak sanggup berdiri tegak. "Apa hanya ini kemampuanmu, b******k!" Kris mendorong d**a Aiden dan membuat Aiden terjerembab ke atas pasir kembali. Aiden sebenarnya sudah sangat tidak terima diperlakukan seperti ini. Jadi ketika Kris hendak menarik kerah kemejanya lagi. Aiden menarik tangan Kris dan menjatuhkan pria itu disampingnya. Dengan sekuat tenaga ia bangkit dan segera memukuli wajah Kris. "Ini untuk pengkhianatanmu!" BUGH "Ini untuk kelicikanmu!" BUGH "Ini untuk mu sebagai seorang pembunuh!" BUGH "Ini untuk Jessica yang juga kau bohongi!" BUGH Saat pukulan terakhir. Aiden seperti menaruh semua kekuatannya pada tangan kanannya. Jadi ketika tinjunya itu tepat mengenai wajah Kris. Darah segar menyusul keluar dari hidung mancung Kris. Membuat Aiden tersenyum puas. "Impas..." Gumam Aiden. Ia bangkit berdiri dan memandang sinis padan Kris yang masih terkulai diatas pasir setelah ia memporak-porandakan wajah Kris dengan tinjunya. "Ternyata persahabatan tak cukup membuatmu mengetahui Lee Donghae seperti apa, Kris Wu.." Desis Aiden. Namun Kris tak menghiraukannya. Pria itu masih tak sanggup melakukan apapun. Tak ia sangka, pukulan dan tinju Aiden cukup membuatnya tak berdaya seperti ini. "Bangunlah..." Kini gantian Aiden yang hendak menarik kerah kemeja Kris. Namun belum sempat melakukannya. Sebuah suara mengistrupsi apa yang hendak dilakukannya. "HENTIKAN!" Suara perintah itu milik seorang gadis. Seorang gadis yang tengah Aiden dan Kris perdebatkan. Mereka menoleh dan mendapati Jessica berdiri tak jauh dari mereka. Mata gadis itu terlihat kecewa, marah, lelah, dan yang pastinya ia tak menyangka Aiden dan Kris harus adu jotos seperti ini. Apa yang sebenarnya mereka pikirkan? Batin Jessica heran. "Apa yang sedang kalian lakukan?!" Pekik Jessica, terselip nada marah dan kecewa disana. Jessica melangkahkan kakinya maju menghampiri 2 pria itu. Aiden perlahan melepas kerah kemeja Kris. Dan bangkit dengan rasa bersalah menatap Jessica yang sepertinya tengah membendung airmatanya. "Apa sebenarnya yang terjadi...kenapa kalian saling memukul, hah?" Lirih Jessica. Ia memandang nenar keduanya—Aiden dan Kris—menatap keduanya dari jarah 1 meter. "Jessica..." Gumam Aiden. Tidak! Bahkan ia tak berhak menjelaskan apa yang terjadi. Ia menyesal karena lepas kendali. "Mianhe..." Lirih Aiden dan menundukan kepalanya. Bola mata Jessica beralih pada Kris yang tengah berusaha mendudukan dirinya. Pria ini juga sama terlukanya dengan Aiden. Dan ia tak berencana membantu salah satunya. "Apa kalian ingin merusak acara ulang tahun paman Shin..." Lirih Jessica lagi. "Mianhe...Jessica, aku—" "Paboya! Neo Paboya!" Sentak Jessica sebelum Kris menyelesaikan kalimatnya. "Aku membenci kalian!" Jessica langsung berlari setelah berhasil mengucapkan kalimat itu. Tidak! Ia tidak membenci mereka, tapi ia kecewa. Sangat kecewa. Ia berlari hingga tak memperdulikan paman dan bibi Shin yang baru tiba ditempat itu juga. Paman dan bibi Shin sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi hingga mereka menoleh pada Aiden dan Kris. Mereka langsung berlari menghampiri Aiden dan Kris setelah melihat keadaan 2 pria itu. Luka lebam dan darah diwajah mereka. =flowered= Pagi menjelang. Perlahan Jessica turun dari ranjangnya. Wajahnya terlihat kusut dan sembab kala ia bercermin. Ini karena semalaman ia menangis. Tak tahu kenapa ia bisa menangis seperti ini. Yang jelas ia kecewa pada Aiden dan Kris. Jessica menoleh pada ponselnya yang tergeletak diatas meja rias tengah berdering. Ditatapnya nanar ponselnya itu. Tak berniat menjawab panggilan dari seorang yang menghubunginya. Dan setelah ponselnya berhenti berdering. Kini ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk. Diambilnya ponsel putih itu. dan membuka pesan masuknya. Sesuai tebakannya. Pesan tersebut dikirim oleh Kris yang meminta dirinya untuk menjawab panggilan pria itu. Jessica menghela nafasnya. Setelah melempar ponselnya sembarang diatas ranjang. Ia kini berjalan keluar kamar. Tapi, entah kebetulan atau apa. Disaat ia membuka pintunya, disaat itu juga Aiden hendak keluar kamar pria itu. Kamar mereka memang berhadapan, terpisah oleh ruang santai dan baca. Bola mata mereka bertemu. Seolah tengah berbicara satu sama lain dalam diam. Tetapi Jessica memutuskan lebih dulu kontak mata itu dengan kembali masuk kekamarnya dan menutup pintu dengan keras. "Mianhe..." Gumam Aiden menyesal. Ia cukup tahu Jessica amsih marah dan kecewa padanya. Apalagi ia tertangkap basah hendak memukul Kris tepat disaat gadis itu melihat mereka yang tengah bertengkar. Dan ia, ia rasa akan percuma menjelaskan semuanya pada Jessica. Karena masalah sesungguhnya mereka adu jotos tidak hanya karena mereka yang tengah memperebutkan gadis itu. Tetapi juga karena masalah balas dendam yang bahkan tak sedikitpun Jessica tahu. Entah akan seperti apa jadinya bila gadis itu tahu. .... Aiden sampai dikantor pengacara Han. Tempat ke-2 teraman baginya setelah rumah Jessica. Ditempat ini, Kris tak akan berani mengusiknya. Karena Kris tak akan bisa berkutik bila pengacara Han dibunuh olehnya. Karena dengan begitu secara hukum, surat berharga yang kemarin diambil oleh Aiden tak ada apa-apanya. Surat berharga berisi seluruh aset Lee Company yang jumlahnya tidak sedikit. 2 hari lagi hari itu tiba. Hari dimana ia akan melakukan semua rencana balas dendamnya pada Kris atas pengkhianatan dan percobaan pembunuhan. Jawabannya tidak. Bila kalian akan bertanya apakah Aiden akan membunuh Kris juga? Karena ia lebih ingin Kris menerima hukuman didalam penjara seumur hidupnya. Agar Kris bisa belajar untuk hidup yang lebih baik dan menyesali kesalahannya. Berkas-berkas yang akan diajukan dipengadilan. Dan berkas laporan terhadap polisi sudah dipersiapkan. Surat berharga yang menjadi rebutan antara ia dan Kris nantinya akan menjadi boomerang terakhir disaat berkas-berkas sudah dilimpahkan pada pengadilan. Sebagai bukti terkuat. Semetara itu Taemin, terus memantau keadaan Lee company yang memang saat ini berada dalam kendali Kris dan Victoria. Keadaan perusahaan masih dalam keadaan stabil, pergolakan saham seperti biasa walau disaat dulu pemberiitaan meninggalnya CEO mereka Lee Donghae, saham turun drastis dan terpaksa mem-PHK sejumlah karyawan. Keadaan ini disampaikan Taemin pada Aiden secara berkala, membuat Aiden semakin mantap karena dengan keadaan stabil seperti sekarang ini, tentu saja pergerakan mereka tak akan terlalu diperdulikan. Penjagaan akan menjadi lengah. Dan mereka bisa dengan mudah menyusup lalu membuat sebuah kejutan manis pada Kris dan Victoria. .... Aiden sampai dirumah Jessica. Mendapati rumah yang sangat sepi. Tidak ada Doggie yang menyambutnya seperti biasa. Apa mungkin Jessica dan Doggie sedang pergi? Dilihatnya kedalam garasi. Mobil dan sepeda gadis itu ada dirumah. Tetapi saat ia berjalan melewati lemari alat olahraga. Pintu lemari itu terbuka, dan tak dilihatnya sepatu roda berwarna biru yang terkadang dipakainya saat bermain bersama Doggie. Apa Jessica pergi menggunakan sepatu roda? Aiden cepat merogoh saku jasnya dan mengambil ponselnya. Menurut instingnya, mungkin Jessica pergi kerumah paman dan bibi Shin. ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN