11. Ciuman

1394 Kata
i********:: gorjesso Happy Reading.. . . Jessica menutupi wajahnya ketika ia berada di depan cermin dikamarnya. Wajahnya akan langsung bersemu merah ketika ia teringat ciuman pagi tadi dengan Aiden. Dan ia juga akan merasa sekitarnya mendadak panas. Aigoo... Dan bila tadi Doggie—anjing putihnya—tidak menggonggong dnegan keras. Entah sudah sampai pada tahap apa ciuman mereka. Karena ketika Doggie menggogong, mereka—Aiden dan Jessica—tengah berbaring disofa dengan posisi Aiden menindih tubuhnya. Lalu jangan lupa dengan tangan Aiden yang sudah masuk kedalam kaus putihnya dan mengelus perut datarnya. AAAAA!!!! Jessica seketika langsung berlari menuju ranjang dan menutupi wajahnya dengan bantal. Ia tak tahu kenapa ia bisa tak terkendali seperti ini bila berdekatan dengan pria itu. Bahka dulu ia dengan Kris tak pernah sampai seperti ini. Ah! Ini benar-benar gila! Pikir Jessica. Namun sebelum ia akan menenggelamkan dirinya dibawah selimut. Ponsel putihnya berdering cukup keras. Membuatnya terpaksa membuka lagi selimutnya dan ia juga berdoa dalam hati semoga yang menghubunginya bukanlah Aiden. Karena bila iya, Jessica tak tahu apa yang harus dilakukannya. "Yoboseo.." Sapa Jessica dengan tenang. Karena ternyata bukan Aiden yang menghubunginya. Melainkan Kris. "Ah..aku tidak ada kegiatan apapun hari ini...begitu?...baiklah...ne. aku akan menunggu. Sampai jumpa." Jessica terdiam setelah menerima telepon dari Kris. Ia sedang berpikir apa yang harus ia lakukan saat ini. Kris mengajaknya berkencan, yah..sepertinya begitu. Karena Kris mengajaknya berjalan berkeliling kota. Bukankah sama saja dengan berkencan? Ah....anggap saja begitu. ... "Wow...odiga?" Tanya Aiden. Ia terpaku melihat Jessica yang menguncir setengah rambutnya dan menggunakan dress. Jarag sekali ia melihat Jessica seperti ini. "Odiga?" Tanyanya lagi. Menyadarkan Jessica yang tersenyum malu. Jessica kira Aiden belum pulang. "O....emm...a—aku. Aku hendak pergi dengan....Kris..." Jawab Jessica ragu. Deg! Satu tempat didalam tubuh Aiden serasa hancur mendengar jawaban Jessica. Ternyata gadis itu berdandan cantik karena ingin pergi dengan Kris? Oh, astaga...ia lupa. Mungkin benar apa yang dikatakan Kris. Jessica memang masih menyukai pria itu. Tapi apa artinya ciuman pagi tadi? Jessica bahkan menerimanya. Aiden menggeleng pelan dan bangun dari lamunannya sendiri. "Oh...begitu...K—" TIN TIN Aiden dan Jessica sontak menoleh pada jendela diruang tamu yang memang langsung bisa melihat jalanan diluar sana. Dan didepan rumah Jessica kini Kris berdiri bersandar dengan pada badan mobil. Pria itu menggunakan celana putih dan kemeja biru. Warna yang senada dengan dres yang dikenakan Jessica. Sungguh kompak! Cibir Aiden. Apakah mereka sampai merencanakan apa yang akan mereka kenakan? Gerutunya. "Em...Aiden...Kris sudah menjemputku. Kalau begitu aku titip rumah dan juga Doggie." Ucap Jessica. Sebelum benar-benar beranjak dari rumahnya ia mengels sebentar bulu anjing putihnya yang sejak pagi tadi bermain bersama Aiden. "Ne. Aku akan menjaganya dengan baik." Rasanya sesak sekali saat mengucapkannya. Pikir Aiden. "Anyeong..." Ucap Jessica berpamitan. Seulas senyuman mengiringi sebelum ia keluar dari rumah itu. Dan Aiden hanya bisa melihat punggung kecil Jessica yang perlahan menjauh dari pandangannya. Hilang saat tubuh Jessica sudah masuk kedalam mobil Kris seutuhnya. "Hah..." Aiden hanya bisa menghela nafasnya kasar. Salah. Memang salah dugaannya bila ia bisa mendapatkan hati Jessica hanya karena mereka sudah berciuman beberapa kali. Bahkan pernah tidur seranjang. Tapi bukankah ia tidak bersalah jika berpikir seperti ini? Jessica menerimanya. Bahkan gadis itu terlihat nyaman dengan sentuhannya. Lalu? Bolehkah Aiden kini mempertanyakan untuk siapa hati Jessica saat ini? Untuknya? Atau untuk Kris? .... Kris menautkan jemarinya dengan jemari Jessica. lalu mengeratkan genggaman tangannya dengan tangan gadis itu. Masih sama. pikirnya. Tangan gadis itu akan selalu terasa hangat dan selalu memberinya ketenangan tersendiri. Apalagi ditengah pikirannya yang tengah kalut seperti saat ini. Ia mengayun-ayunkan genggaman tangan mereka sepanjang jalan setapak yang mereka lalui di Namsan tower. Tempat ini terlihat cukup ramai. Dan banyak sekali pasangan kekasih yang sepertinya sedang berkencan. Membuat Kris berpikir, apakah ia dan Jessica juga sepasang kekasih? Mengingat Jessica kini juga sepertinya mulai menaruh perhatiannya pada pria yang tingga serumah dengan gadis ini, Donghae. Musuhnya juga. Sampai disebuah tempat yang cukup tinggi dan mereka kini sedang melihat lalu lalang orang yang berada dibawah tempat mereka berdiri. Kini tangan Kris bukan lagi bertaut dengan tangan Jessica. Melainkan merangkul pinggang gadis itu agar berdiri lebih dekat dengannya. Menyesapi moment yang dulu juga pernah mereka rasakan. Beberapa tahun yang lalu namun bukan ditempat ini. "Kau ingat...kita sering sekali melakukan hal seperti ini. Memperhatikan orang-orang berlalu lalang. Hanya saja kita melakukannya diatap universitas kita..." Tutur Kris. Bernostalgia dengan cerita manis mereka semasa mereka masih di Amerika dan masih menjadi mahasiswa disebuah universitas ternama disana. "Kau pikir aku sudah pikun, eoh? Tentu saja aku ingat." Cibir Jessica. Tapi ia hanya bercanda. Lalu ia menjawil hidung mancung Kris. Dan mereka terkekeh bersama. "Oo....aku kan hanya menebak." Komentar Kris. "Arraseo...Gurrom...aku bosan melihat orang-orang, bolehkah kita berjalan lagi?" Tanya Jessica, memandang pria berambut coklat yang merangkul pinggangnya ini. "As your wish...Ku pikir kau lelah." Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Saat sudah berada dekat dengan namsan tower itu sendiri. Kris menawari Jessica untuk naik. Tapi dengan mentah Jessica menolaknya, Karena Jessica sama sekali tak tertarik untuk naik kesana. Yah, sudah. Akhirnya mereka memilih berjalan-jalan. Dan jangan lupa, tangan Kris masih dipinggang Jessica. Kris memang sengaja. Ia ingin memastikan Jessica masih nyaman dnegan sentuhannya atau tidak. Jika tidak, maka bisa dipastikan mungkin pria b******k bernama Lee Donghae sudah benar-benar merasuki hati gadis ini. Namun semua dugaannya ternyata salah. Jessica masihlah Jessicanya yang dulu. "Aku ingin bermain ayunan, Kris.." Ucap Jessica tepat ketika mereka berada ditaman yang dipenuhi banyak anak-anak. "Kau yakin? Disini semuanya anak-anak, Sica.." Bisik Kris. Ia tak yakin akan berada ditengah anak-anak. Pasti akan sangat berisik. Jessica mendelik pada pria disampingnya ini. Sepertinya penyakin Kris yang kurang menyukai anak-anak mulai kambuh. Membuatnya mendecak sebal. "Ck! gurrae..aku akan bermain ayunan sendiri!" Ucap Jessica dan lansung menyentak tangan Kris yang berada dipinggangnya lantas melenggang pergi mendahului pria itu. Kris hanya bisa menghela nafasnya kasar. Okey Kris, kau harus sedikit lebih bersabar...ini kencan pertamamu dengan gadis itu sejak bertahun-tahun yang lalu. Jadi jangan merusaknya dengan mendebat gadis itu! Ucap Kris dalam hatinya. Mensugestikan dirinya untuk tidak mendebat Jessica yang sedang merajuk. Ia tak ingin kencan ini menjadi berantakan. Lantas ia kini berjalan menghampiri Jessica yang sudah bermain ayunan. "Cih! Kenapa kau kemari?" Tanya Jessica ketus. Awas saja jika pria ini ingin mendebatnya seperti biasanya. Gerutu Jessica dalam hati. Untuk kesekian kalinya Kris menghela nafasnya. Ia harus bersabar, menekan emosinya yang hampir mencapai ubun. Lalu dengan sangat susah ia menyunggingkan sebuah senyuman dihadapan Jessica yag kini tengah menatapnya curiga. "Baiklah...bagaimana bila bermain bersama." Tawar Kris. Dan tanpa menunggu respon dari Jessica, ia sudah memposisikan dirinya dibelakang gadis itu. lalu mulai mengayunkan ayunan yang diduduki Jessica. "Kris?" Tanya Jessica setelah sekin lama mereka terdiam. Ia menoleh pada Kris yang ada dibelakang tubuhnya. Pria itu mengayunkan ayunannya dengan irama yang tak terlalu kencang. Membuatnya nyaman dan sempat mengantuk tadi. Kris hanya menaikan satu alisnya. Seolah berkata 'ada apa' pada Jessica. lalu Jessica sendiri membalasnya dengan mengisyaratkan pria itu untuk berhenti mengayunkan ayunannya. Kris menuturinya, dan pria itu kini berpindah kehadapan Jessica. Lebih tepatnya berlutut didepan gadis itu. kedua tangannya ditopang pada paha Jessica. Membuatnya bisa leluasa menatap Jessica. Rasanya seperti sudah seribu tahun ia berpisah dengan Jessica. Gadis yang dicarinya, karena sejak mereka sama-sama lulus dari universitas. Beberapa bulan setelahnya ia benar-benar lost kontak dan kehilangan jejak gadis yang berhadapan dengannya kini. "Wae?" Tanya Kris. Setelah ia puas memandangi wajah Jessica. "Bagaimana hidupmu selama ini, hum? Apa kau hidup dengan baik?" Tanya Jessica. Kris yang mendengar kalimat itu meluncur dari bibir Jessica kini seperti merasa berbunga-bunga. Gadis ini menghawatirkannya? Gadis ini peduli padanya? Bukankah berarti ia masih bisa menjadikan Jessica miliknya kembali? Kris lalu tersenyum. "Wae? Kau menghawatirkanku?" "Aishh...jawab saja pertanyaanku, jangan bertanya balik, tuan Wu.." Komentar Jessica. Ia mengetuk pelan dahi Kris dengan jari telunjuknya. Merasa gemas dengan respon pria ini. Kris meraih tangan Jessica lalu diusapnya pelan. "Tentu aku hidup dengan baik. Karena aku ingin terlihat baik dihadapanmu jika nantinya tuhan mengizinkanku bertemu denganmu lagi. Dan ternyata tuhan mendengar do'a ku ini. Bukankah berarti aku umat yang taat." Jessica menganga mendengar jawaban Kris. Sejak kapan pria ini menjadi manis dan menjadi hamba yang taat. Bohong sekali. "Ya! Aku tahu semua yang kau katakan itu tak ada yang sesuai kenyataannya. Dan percaya dirimu sepertinya meningkat drastis, tuan Wu. Hah...aku tidak percaya ini." Komentar Jessica. "Ya! Kau tidak percaya? Tega sekali..." Keluh Kris. Ia berpura-pura bersedih. "Ya! ya! jangan menangis dipahaku!" Tolak Jessica. menyingkirkan kepala Kris yang hendak direbahkan diatas pahanya. Membuat Kris mencibir dengan menggumam kalimat tak jelas. .... .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN