Kevin dan lainnya telah berada di ruang aneh yang tampak seperti hutan tersebut selama lima belas menit. Mereka tidak bisa bersantai. Jika satu jam berlalu dan mereka masih tak bisa menemukan sandi untuk membuka pintu, maka satu orang akan tewas. Tapi, keadaan sekarang sangat tidak memungkinkan. Mereka semua kelelahan. Marry dan Sunny bahkan tertidur. Jaden menguap tiada henti dan hampir jatuh dari bangku kayu yang dia duduki.
David dan Kevin tak jauh berbeda. Tampak sekali mereka tidak bisa berkonsentrasi karena mereka sudah tidak tidur selama dua puluh empat jam. Mashi yang biasanya selalu aktif mencari petunjuk untuk membuka pintu, kini hanya terdiam di depan perapian yang barus saja dia nyalakan dengan kayu yang dibawa David dari luar.
"Apa kita akan berakhir disini? ya ampun. Bukankah kita baru saja membicarakan tentang keluarga yang menunggu kita di rumah?" ucap Jaden sambil menggelengkan kepala untuk menghilangkan kantuk nya.
"Kita tidak boleh menyerah. Kita harus keluar dari sini bagaimanapun caranya." ucap David lalu berdiri dengan susah payah dari duduknya.
"Otakku sudah tak bisa berpikir. Marry dan Sunny bahkan tertidur. Aku tak yakin kita bisa membuka pintu ini," Kevin pesimis. Yang dikatakannya memang benar. Jangankan untuk memecahkan kode sandi. Untuk bergerak saja dia sudah sangat kelelahan.
Brak! tiba-tiba pintu terbuka. Semua orang kaget. Bahkan Marry dan Sunny terbangun dari tidurnya. Pandangan mereka semua mengarah ke pintu, yang baru saja terbuka, seseorang menendangnya dari luar, dan orang tersebut tak lain tak bukan adalah Jun Liu. Melihat manusia yang tidak bersahabat itu, yang lain menghela nafas. Beban mereka seperti bertambah setiap kali melihat Jun Liu.
"Apa yang kalian lakukan disini? Kalian tidak berusaha membuka pintu?" ucap Jun Liu begiu memasuki ruangan.
"Kami tidak bisa membukanya karena kekurangan energi, dan tak bisa berpikir," jawab David kemudian.
"Kalian gila? ini sudah hampir satu jam! bagaimana jika sistem memilihku sebagai yang mati berikutnya gara-gara kalian!?" seru Jun Liu, membuat semua oranga menatapnya tak percaya.
"Paman Jun. Bukankah kau pergi untuk mencari jalan keluar lain? kenapa kau kembali kemari? pergi saja dengan senjata apimu itu, dan tinggalkan kami sendiri,". Kevin mulai kesal. Dalam keadaannya yang kelelahan, Jun Liu malah membuat onar. Hal itu membuat Kevin menjadi sedikit marah.
"Kau mengejekku? bocah br*ngsek ini. Kau mau mati!" Jun Liu hendak menghajar Kevin. Namun, David kembali menghadangnya. Itulah yang dilakukan David setiap kali ada perselisihan. Dia berusaha agar semua orang tidak saling tuduh dan tidak membuat masalah. Namun, hal itu sangat sulit jika ada Jun Liu. Laki-laki egois itu benar-benar sangat menjengkelkan bagi semua orang yang ada disana.
"Paman Jun. Hentikan. Mengapa setiap kali kau selalu ingin mengajak orang berkelahi?" ucap David menatap Jun Liu tajam.
'Hah, mulai lagi sifat sok baikmu. Tunggu saja, aku pasti akan membunuhmu. Aku tahu kau adalah Pembunuh diantara kami," Jun Liu menatap David tak kalah tajam.
"Berhentilah bertengkar aku mohon," ucap Sunny yang tak tahan pagi dengan kondisi ini. Mengenai Sunny, dia sangat membenci orang dewasa yang bertengkar. Dia adalah korban keretakan rumah tangga dimana kedua orang tuanya selalu saja bertengkar dan tidak mempedulikannya. Orang tuanya bercerai, namun Sunny masih tak merasa nyaman di rumah. Hingga dia memutuskan untuk pergi dan tinggal bersama kakaknya yang lebih dahulu hidup mandiri.
"Orang dewasa benar-benar menyebalkan," gumam Sunny. Dia merengut kemudian beranjak untuk menyingkir dari kerusuhan itu.
"Anak kecil itu pasti tidak pernah diajari sopan santun oleh orang tuanya," ucap Jun Liu tanpa berkaca tentang dirinya sendiri.
"Ini apa?" Sunny yang hendak keluar rumah, mendapati sebuah tabung kecil berada di samping pintu dengan kode sandi, "Apa benda ini dari tadi disini?" ucap Sunny kebingungan.
"Tidak, ini baru. lihat, tembok ini menjurus keluar dari ruang sebelah. Aku sudah memperhatikan pintu ini berkali-kali, dan tabung ini memang tidak ada sebelumnya," ucap Kevin yang menghambur ke arah tabung yang dimaksud Sunny.
David yang jengkel dengan Jun Liu memilih untuk memeriksa tabung tersebut, "Tiga puluh mili liter? apa ini petunjuk untuk membuka pintu?" David berpikir, namun kelelahan menyelimutinya hingga dia tak bisa mendapatkan ide apapun.
Tiba-tiba sebuah layar hologram muncul, mengagetkan mereka semua. Semua orang memucat. Entah apa yang direncanakan ps*ikopat itu kali ini. Mereka terpaku menatap layar yang memuakkan itu.
"Selamat malam. Sudah dua puluh empat jam berlalu. Pemain yang tersisa adalah, Kevin Mc Grown, Jun Liu, Sunny Sorch, Takata Mashi, Merry Sane, David Beck, Jaden Jeong. Selamat kepada kalian yang bisa bertahan sejauh ini. Kedepannya permainan akan menjadi lebih sulit. Kenapa? kalian akan mengetahuinya jika berhasil ke ruangan selanjutnya. Kabar baiknya. Aku akan memberi kalian kelonggaran. Tentu saja karena aku adalah orang baik. Kalian bisa istirahat malam ini,"
"Kita bisa istirahat?" Jaden tersenyum sumringah setelah membaca pesan yang muncul di hologram tersebut.
"Jangan senang dulu. Tak mungkin dia melakukan ini tanpa syarat apapun," Marry merasa curiga.
"Dengan syarat ...." pesan di hologram muncul kembali. Semua orang menghela nafas kesal, tapi tetap menunggu apa sebenarnya penawaran yang akan diberikan oleh ps*ikopat tersebut.
"Kalian telah menemukan tabung itu, kan? tiga puluh mili liter itu sangat sedikit. Begitulah kebaikan hatiku. Kalian hanya harus memasukkan darah hingga tabung berukuran tiga puluh mili liter itu penuh. Jika penuh, letakkan ke tempatnya semula, dan kalian bisa tidur tenang malam ini. Hingga matahari terbit esok hari. Bagaimana? kalian senang? silahkan berdiskusi."
Hologram itu menghilang. Semua orang menatap tabung yang saat ini berada di tangan David.
"Tiga puluh mili liter sedikit, katanya? dasar orang gila. Untuk apa dia melakukan ini?" Marry menarik rambutnya tak habis pikir.
"Itu lebih baik, dari pada mati." Jun Liu bergegas mendekati David, dia membawa pisau yang tadinya milik David, lalu tiba-tiba menyayat tangan David.
"Akh!" David meringis. Semua orang terbelalak, mereka hendak menyerang namun Jun Liu menodongkan senjata je arah mereka.
"Jangan bertingkah. Aku melakukan ini agar kita semua bisa istirahat," ucap Jun Liu kemudian, "Apa yang kau tunggu? lihatlah darahmu mengalir dengan sia-sia. Cepat kumpulkan ke tabung itu!"
"Kau tak perlu melakukan ini. Aku akan melakukannya dengan senang hati, tidak seperti kau yang egois dan mementingkan diri sendiri." David mendorong Jun Liu. Dia tak peduli dan tak takut dengan senjata api yang ada di tangan Jun Liu lagi.
David kemudian mengumpulkan darahnya ke dalam tabung. Namun semua orang tau, bahwa darah yang keluar bahkan tidak sampai sepuluh mili liter.
"Sialann, kau haru ...." Jun Liu hendak melukai David lagi. Namun, Kevin merebut pisau tersebut darinya. Kevin menyayat telapak tangannya, lalu ikut memasukkan darahnya ke dalam tabung.
"Si gila itu tidak bilang darahnya harus dari satu orang, kan?"