BAB 1

1219 Kata
    Namaku Imaji Rania Putri. Aku adalah mahasiswa semester akhir di sebuah Universitas ternama di kotaku. Satu bulan belakangan ini kepalaku rasanya mau meledak karena skripsiku tidak ada perkembangan dan ibuku sudah meneriakiku untuk menikah.     Yang benar saja, pacar saja tidak ada.     Aku memikirkan kembali si b******k Melvin yang tidak punya perasaan itu. Mantan pacar sampah yang sudah kutangkap basah berselingkuh dengan Lyra adik kandungku sendiri. Dan kalian tahu bagaimana hubungan mereka sekarang? Jawabannya adalah sangat bahagia. Membuatku frustasi dan ingin mencekik leher kedua makhluk itu seandainya saja Lyra bukan adikku.      Ingatanku melayang kembali pada saat itu. Di tempat paling nyaman di dunia fana ini. Dengan Wangi harum yang menenangkan dan kelembutan belaian yang membuat senyum selalu ingin terbit. Tempat yang beberapa hari ini sangat aku rindukan. Pelukan hangat Melvin. Dimana d**a bidangnya terasa sangat nyaman untuk bersandar dan kedua lengannya terasa sangat melindungi. Namun ketika aku mengingat momen itu kembali. Ada yang memberontak hebat ingin di keluarkan. Apalagi kalau bukan rasa muak dan marah yang menggemuru di dalam d**a. Rasanya sungguh sangat menyakitkan mengetahui bahwa tempat ternyaman di dunia itu ternyata bukan hanya untuk ku. Dan kenapa dari sekian juta orang di dunia harus Lyra yang merebutnya.      Memandang wajah pucat diriku didalam cermin. Dengan rambut yang entah kapan terakhir aku bawa ke salon. Make up yang tidak menempel sedikitpun diwajahku, baju tertutup yang tidak sexy sedikitpun. Aku mengerang frustasi, benar yang dikatakan Lyra, bagaimana mungkin Melvin sang pangeran tampan itu akan bertahan dengan wanita yang tidak cantik sepertiku.     “Drtt..drrtt”ponselku bergetar menampilkan nama Yeslin disana.     “RAINAAAAAAAA!” Aku segera menjauhkan ponsel dari telinga. Menyelamatkan keberlangsungan hidup telingaku dari gelombang memekakan yang diciptakan Yeslin.     “b***k gue lama-lama jadi temen lo.” Sungutku. Dia terkekeh tanpa merasa berdosa sedikitpun.     “Buruan ke kampus! Lo gak lupa kan, hari ini mau ngajuin judul skripsi? Kalau telat tamat riwayat lo.”  Lihat kan judul skripsi saja belum di ACC dan ibuku sudah meneriakiku untuk menikah. Yang benar saja, membuatku semakin frustasi.     “Iya gue tau, sepuluh menit gue sampe.” Aku menutup telpon sepihak. Buru-buru memakai sneaker buluk kesayanganku dan menyambar tas di atas sofa kemudian berlari keluar. Benar yang yeslin bilang, bisa mampus aku kalau sampai telat. Hari ini aku harus berhadapan dengan Dosen paling menyeramkan se jagat raya. ***     “Imaji masuk!” Suara tegas itu membuatku merinding. Ku lihat Yeslin mengepalkan kedua tangannya menyemangatiku. Setelah berlari seperti menantang dunia tadi, aku berhasil sampai tepat waktu. Sekarang aku duduk didepan Dosen paling killer di jagad Raya. Kepalaku sedikit sakit dan fikiranku kosong. Dia mulai mengangkat kepala dan membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot. Jantungku mulai berdentam tidak karuan. Sungguh aku lebih baik berhadapan dengan anjing liar daripada mendengar kata-kata pedasnya.     PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK "SARI ROTI"     “Tidak lebih baik dari dua judul skripsi yang saya tolak kemarin.” Tuh kan sebentar lagi aku akan membutuhkan minum. Kata-katanya pedas sekali.     “Kamu itu gak pernah belajar dari kesalahan Imaji, gimana mau menghadapi dunia. Sudah terlihat kamu jenis mahasiswa seperti apa.” Aku menghembuskan nafasku perlahan.     Pasti di tolak lagi!     Sepertinya memang lebih baik aku jadi tukang pulung saja. Jadi sarjana terlalu sulit. Tapi tiba-tiba saja mataku menangkap sesuatu yang ganjil. Gerakan tangan pak Robert di lembaran judul skripsiku sungguh lebih Indah dari tarian manapun.     “Terpaksa saya ACC.” Ucapnya ketus sambil menyerahkan kembali kertas itu padaku. Aku menyunggingkan senyum terima kasih dan berhambur keluar langsung memeluk Yeslin girang.     “Akhirnya gue ACC, bau-bau sarjana semakin dekat.” Aku menaik turunkan alis dan Yeslin memelukku kembali. Padahal baru judul skripsi, isinya biar jadi urusan belakang.     “Kita harus wisuda bareng!”Ucapnya bersemangat.     “Gue traktir makan di kantin!” aku mengapit lengannya dan mengajaknya berjalan ke kantin dengan girang.     “Raina, bisa kita bicara?” Langkahku dan Yeslin berhenti. Aku enggan menatap sosok yang sudah ku kenal jelas dari suaranya. Sambil menaikan wajahku dengan percaya diri, aku berbalik menatapnya.     “Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi Melvin.” Ucapku tegas. Dia masih menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Aku mengerutkan dahi bingung.     Apa sebenarnya yang dia inginkan?     Apa dia mau ngajak balikan?     “Tidak mungkin!” Batinku berteriak.     Kenapa dia memandangku tidak berkedip seperti ini? Dan bodohnya jantungku masih saja berdebar di hadapannya. Dia menghembuskan nafasnya perlahan.     “Vin, gue sibuk. Males banget nanggepin lo yang gak jelas gini.” Aku hampir berbalik tapi dia mencekal pergelangan tanganku dan membuatku menghadapnya lagi.     “Kita perlu bicara empat mata!” Demi Justin Bieber yang semalem hadir di mimpi, jantung aku rasanya seperti mau copot hanya gara-gara dia gandeng ke pojokan kantin. Aku bahkan tidak sempat berpamitan kepada Yeslin yang melongo melihat adegan kami.      Lima menit berlalu tapi dia masih diam sambil sesekali membuang nafasnya ke samping. Aku kesal juga lama-lama. Jadi, demi kesehatan jantungku yang berharga ini aku akan mengakhiri suasana awkward ini.     “Vin?”     “Rain?” Kami mengucapkannya bersamaan. Ku hembuskan nafas kesal. Aku benar-benar tidak suka berada di situasi seperti ini. Situasi dimana aku begitu sangat berdebar di hadapan seseorang yang sudah membuangku seperti barang rongsokan.     “Lu duluan.” kataku kemudian.     “Kamu duluan aja.” katanya lemah. Dan kalian tahu apa yang janggal? Dia masih menyabutku kamu. Menyebalkan bukan? membuatku seolah spesial padahal cuma barang bekas. Bekas korban rayuan gombalnya. Garis bawahi yah! bukan bekas yang lain. Karena tiga tahun kita pacaran aku sama sekali tidak pernah mengijinkannya menyentuh sesuatu yang paling berharga bagi seorang wanita. Kami tidak lebih dari sekedar cium pipi.     “Oke, gue mau lu jangan aku-kamu-an lagi sama gue!” Dia memejamkan matanya sejenak kemudian mengangguk.     “Ya udah.” dia ini gak lagi cacingan kan? Dari tadi jawab pertanyaan aku lemes banget kaya gak makan sebulan.     “Ada yang mau gue omongin Rain.”  Oh my lord, ni anak udah dua kali menyebutkan kalimat itu. Sekali lagi aku hadiahi gelas cantik.     “Gue sebenernya..” Dia menggantungkan kata-katanya, menghembuskan nafasnya pelan kemudian menatapku kembali dengan tatapan merasa bersalah.     “Kemarin gue ketemu nyokap lu.”     “Terus?” aku benar-benar kesal menunggunya berbicara.     “Ya terus dia izinin gue tunangan sama Lyra kalau lu punya pacar.” What the hell! aku sepertinya mengerti arah pembicaraannya.     “Jadi please lu lupain gue, dan cari pacar lagi biar gue bisa tunangan sama Lyra soalnya gue udah punya-”     “STOP!” Enak banget kan ngomongnya? dia gak peduli ada hati yang tersayat-sayat di depannya. Berdarah-darah sampai rasanya rumah sakit saja tidak bisa menyembuhkan.     “Menghilang dari hadapan gue dan jangan muncul lagi!” aku menghembuskan nafas kesal tapi hatiku bergemuruh dan tidak mampu aku tahan lagi.     “DAN BUKAN URUSAN GUE, LU MAU TUNANGAN SAMA SI CENTIL ITU ATAU GAK.” Aku berteriak frustasi sampai membuat semua perhatian di kantin menuju ke arah kami.     Braakkk! Ku gebrak meja di depannya sampai dia terkesiap.     “Dan inget yah sampah, suatu hari nanti lu akan jadi orang yang paling menyesal atas berakhirnya hubungan ini. Bukan gue.” Aku menatapnya berapi-api. Dia sudah membuka mulutnya hendak menanggapi.     “Ini kutukan gue buat lu!” Aku beranjak meninggalkannya dengan langkah berani tanpa sedikitpun ingin berhenti dan menengok bagaimana reaksinya sekarang. Tidak aku pedulikan semua orang yang berbisik-bisik di kantin.     Selamat tinggal sampah, bergabunglah dengan sampah-sampah yang lain di tempat pendaur ulangan sampah biar bisa lebih berguna.                          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN