. . . Kita mungkin hanya sebuah tanda baca Yang melekat pada bayang - bayang diksi Dan bergetar melantunkan intonasi Ketika selarik narasi memadati seujung intuisi Yang melayang-layang bersama asonansi dan aliterasi Menghablurkan altruisme dan empati. Namun, kita cukup berbesar hati Untuk menepuk d**a sendiri Mengibarkan arogansi Pada selembar ilusi. _Irma Arifah . ☔ ☔ ☔ ☔ ☔ Senyum mengembang diwajah sang lelaki berlesung pipi dengan dagu terbelah dan hidung mancung yang menambah rupawan wajahnya. Matanya yang berwarna coklat dihiasi bulu mata yang cukup lentik untuk ukuran lelaki, lekat memandang sang pujaan hati yang telah lama dinantinya. "Kamu masih seperti dahulu, Ra, begitu rupawan . . . " ujarnya memuji. Namun yang dipuji bahkan tak menyunggingkan senyum, apalagi kat