1. Perjanjian kontrak
Suara dering ponsel milik Kinara menggema di sebuah kamar bernuansa biru dongker. Kinara berlari dari dapur secepat mungkin untuk menjangkau benda pipih yang diletakkannya tadi pagi diatas nakas. Napas Kinara memburu, raut mukanya begitu tampak cemas, dan benar saja panggilan itu atas nama Linda--salah satu ibu panti asuhan tempatnya di besarkan. Panggilan yang sejak tadi pagi di tunggu Kinara itu membuat jemarinya bergetar hanya untuk memencet gambar telepon berwarna hijau pada ponselnya.
"Kinar, keadaan ibu Diana semakin memburuk. Dia butuh operasi segera."
"Lakukan tindakan operasi sekarang, bu. Kinar akan carikan biayanya. Secepatnya Kinar kesana."
Kinara menutup telepon dengan air mata yang sejak tadi sudah terjatuh. Hatinya bergemuruh begitu hebat, dengan perlahan Kinara membuka ponselnya kembali dan mencari kontak atas nama Arjuna. Kinara mengirimkan beberapa pesan pada Arjuna dan meminta laki-laki itu untuk bertemu. Tidak ada pilihan lain, yang bisa dilakukan Kinara hanyalah ini, satu-satunya cara agar operasi ibu Diana bisa dilakukan. Apapun akan Kinara lakukan untuk ibu Diana.
Ibu Diana dan ibu Linda adalah orang yang paling berjasa di hidup Kinara, karena mereka Kinara masih bisa menikmati hidup sampai sekarang. Kinara kecil ditemukan Diana di sebuah selokan sekitar bangunan panti. Dia membawa bayi mungil itu dan merawatnya seperti putrinya sendiri. Hingga kini usia Kinara 20 tahun, Kinara memutuskan untuk kuliah di salah satu Universitas Jakarta. Kinara harus meninggalkan panti karena lokasi kampusnya yang cukup jauh.
Kinara tidak hanya kuliah, tapi juga bekerja paruh waktu sebagai office girl di perusahaan milik keluarga Arjuna--PT. Ardiguna Makmur Jaya. Pekerjaan apapun Kinara lakukan agar bisa mencukupi kebutuhannya selama kuliah, asalkan pekerjaan itu halal. Ia tidak malu harus berjualan saat kuliah dan bekerja di luar jam kuliahnya. Semua Kinara lakukan untuk kebutuhannya sendiri dan membantu adik-adiknya di panti.
Kinara berganti baju dan bergegas menuju kafe tempatnya janjian dengan Arjuna. Pikiran Kinara hanya tertuju pada ibu Diana, sebisa mungkin hari ini ia harus menyelesaikan pembayaran operasi dan bergegas menuju rumah sakit.
***
Kinara sudah sampai lebih dulu di kafe Barista--tempat janjiannya dengan Arjuna. Ia segera mencari tempat duduk dan memesan minuman. Kinara duduk lemas, tangannya bergetar dan tubuhnya terus saja bergerak. Kinara benar-benar gugup saat ini.
Beberapa menit kemudian, Kinara melihat Arjuna memasuki kafe bersama asisten pribadinya--Argan. Mata Kinara tertuju pada sosok bertubuh tinggi, berkulit putih dan tampan, yang sedang berjalan menuju mejanya.
"Selamat siang, pak," sapa Kinara.
"Siang," jawab Arjuna dan Argan.
"Bapak--"
"Panggil pakai 'kamu' saja," ucap Arjuna.
"Oh...baiklah. Kamu mau pesan apa, biar aku pesankan."
"Cokelat panas."
"Pak Argan?"
"Kopi."
Kinara mengangguk dan segera memesan kedua minuman itu. Kinara kembali ke mejanya setelah pesanan dibuat.
"Jadi?" tanya Arjuna.
"Aku setuju dengan tawaranmu kemarin." Kinara meremas roknya agar dirinya tidak terlihat gugup didepan Arjuna. Rasanya sangat malu mengatakan ini, ia seperti menjual dirinya demi kepentingan uang. Mungkin saja, orang lain akan mengatakan hal yang sama.
"Baiklah, Argan akan mempersiapkan semuanya. Kita akan menandatangani kontrak pernikahan ini."
Kinara menatap mata hazel milik Arjuna. Sungguh indah dan menawan. Laki-laki berumur 22 tahun itu menjadi seorang bos di usianya yang masih muda. Ia dipercaya papanya sendiri untuk memimpin anak perusahaan milik keluarga Atmaga---Keluarga kaya raya pemilik PT. Ardiguna Atmaga, Tbk.
"Bisakah kamu mengirimkan uangnya dulu? Aku...aku harus mengirimkannya pada ibu Panti." Kinara menunduk malu mengatakan itu.
"Baiklah. Berikan nomer rekeningnya."
Kinara langsung memberikan nomer rekening beserta jumlah nominal uang pada Arjuna. Argan segera memproses transaksinya karena tidak sulit bagi keluarga Atmaga untuk mengeluarkan uang dalam jumlah banyak sekaligus.
Kinara bersyukur ia sudah mendapatkan uang untuk membantu biaya operasi ibu Diana. Sekarang, dirinya harus berjuang mengikuti alur pernikahan kontrak yang dibuat oleh Arjuna.
"Bacalah, ini kontraknya." Arjuna memberikan dua lembar kertas pada Kinara.
"Baik," jawab Kinara.
"Boleh aku bertanya?" Kinara ingin tahu sedikit tentang calon suami kontraknya ini.
"Bertanyalah sambil membaca," jawab Arjuna.
"Usiamu masih muda. Kenapa harus menikah secepat ini?"
"Desakan orang tua. Selain itu, aku tidak mau menikah dengan wanita pilihan kakakku."
"Kenapa tidak ditolak dan mengatakan sejujurnya?"
"Sebenarnya aku ingin merasakan malam pertama setelah menikah," jawab Arjuna dengan senyum menyeringai.
Kinara membeku di tempatnya duduk dan menghentikan aktivitas membacanya. Tangannya bergetar mendengar Arjuna mengatakan tentang malam pertama. Ia menelan ludah berkali-kali. Kinara melirik Arjuna yang menatapnya dengan sebuah seringaian.
"Dalam kontrak ini tertulis no s*x no love. Tidak ada yang namanya malam Pertama."
"Kamu mau mencoretnya?" tanya Arjuna.
Kinara menggeleng dan menunduk melanjutkan aktivitas membacanya. Ia tidak ingin Arjuna melihat wajahnya yang menahan malu. Sungguh, saat ini Kinara sangat malu pada dirinya sendiri dan laki-laki didepannya.
Kinara memantapkan hatinya dan tanda tangan diatas materai pada surat perjanjian itu. Mulai sekarang ia akan menjalani kehidupan barunya bersama Arjuna dalam ikatan pernikahan tanpa cinta.
Ingatan Kinara kembali pada kejadian kemarin saat bekerja di perusahaan Arjuna. Saat sedang membuat kopi untuk karyawan, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan membuat Kinara menghentikan pekerjaannya. Ia menerima telepon dari ibu Linda yang memberikan kabar buruk bahwa ibu Diana harus segera mendapatkan operasi bedah jantung. Sementara biaya yang harus disiapkan sangatlah besar. Kinara mendapat teguran langsung dari Arjuna karena menjawab telepon pada jam kerja. Kinara pikir bosnya itu akan memarahi atau memecatnya saat itu juga. Tapi ternyata tidak, justru Arjuna meminta Kinara ikut dengannya makan di sebuah kafe. Arjuna menawarkan bantuan untuk mengcover seluruh biaya operasi ibu Diana dan juga membantu kebutuhan panti, asalkan Kinara bersedia menikah kontrak dengannya. Kinara terkejut dan takut, mengingat ia adalah karyawan baru dan belum tahu banyak tentang bosnya itu. Arjuna memberikan kontaknya jika Kinara berubah pikiran. Sebenarnya, tawaran Arjuna sangat menguntungkan bagi Kinara, tapi ia begitu takut untuk mengambil keputusan secepat itu.
Kinara memberikan surat perjanjian itu pada Arjuna. Jantungnya berdetak dua kali lebih kencang, antara gugup dan khawatir.
"Mau ke rumah sakit?" tanya Arjuna.
"Iya, Pak. Aku harus bertemu ibu panti."
"Aku antar."
"Apa?" Kinara mengerjapkan mata berkali-kali. Ia setengah tidak percaya dengan ucapan bosnya itu.
"Perlu aku ulangi? Dengar, aku akan membawamu ke rumahku untuk bertemu orang tuaku, maka dari itu, aku harus bertemu dengan keluargamu juga," jelas Arjuna.
"Ba--baiklah." Kinara menggigit bibir bawahnya. Ia belum memberitahukan pada ibu Linda kalau ia mendapatkan uang sebanyak itu dari perjanjiannya dengan Arjuna. Kinara tidak tahu bagaimana reaksi ibu Linda jika tahu ia akan menikah kontrak dengan Arjuna. Rasanya Kinara ingin berteriak sekencang-kencangnya.