Bab 57

1866 Kata
"Mama." Sankara berlari dengan cepat ke arah Dellia yang sedang menyiram tanaman. Sankara meretangkan tanganya lebar, Dellia ikut melebarkan tangannya juga. Hingga Sankara jatuh kepelukan Dellia, ia langsung memeluk tubuh Sankara dengan erat. Dellia mencium pipi Sankara erat. "Gimana ngajinya?" tanya Dellia sambil mengelus pipi Sankara. "Seru banget Ma, Abangkan udah sering ngaji sama Mama jadi nggak susah lagi tadi ngikut ustadznya. Tau nggak Ma? Tadi Abang dipuji sama ustadznya katanya Abang udah pandai ngajinya." Dellia mengangguk pelan, emang setiap selesai magrib Dellia selalu meluangkan waktunya untuk mengajari anak-anaknya mengaji. Jadi untuk tahapan mengaji pertama Sankara sudah lancar. "Wah anak Mama hebat, jadi jangan malas ya ngajinya." Seperti kebanyakan anak kecil lainnya yang terkadang tidak mau belajar. Tapi terkadang Sankara akan sangat rajin. "Nah Abi mau nggak nanti dipuji sama Ustadz?" Abimayu awalnya tampak bingung, wajahnya tampak sedang berpikir. "Mau," jawab Abimayu. Dellia terkekeh pelan. "Kalau mau nanti malam kita belajar ngaji ya?" Abimayu yang berdiri di samping Dellia hanya mengangguk pelan dengan mainan robot yang ada ditangannya. Dellia hanya tersenyum kecil, Abimayu masih kecil jadi wajar saja jika belum terlalu bisa diatur. Karena dipikiran anaknya itu hanya suka bermain. Dellia tidak akan lelah untuk mengajar Abimayu mengaji walau terkadang sangat susah menyuruh anaknya untuk fokus pada iqranya. Sebagai orangtua Dellia sadar bahwa tempat belajar anak pertama kali ya di rumah. Dan Dellia ingin menjadi orangtua yang berguna bagi anak-anaknya. "Yaudah ayo masuk," ucap Dellia. Sankara langsung masuk dengan berlari, Abimayu pun ikut berlari mengikuti Sankara. "Mandi dulu Mas." Dellia menuju Adam yang sedari tadi hanya memperhatikan Dellia yang berinteraksi dengan anaknya. "Iya." Adam masuk dengan Dellia yang memeluk pinggang Adam erat. Dellia mengantar Adam sampai ke kamar setelahnya melayani suaminya, Dellia langsung menuju ke arah kedua anaknya dan duduk di atas karpet samping Abimayu. Abimayu dan Sankara tidak bermain karena sekarang mereka hanya asik menonton kartun. "Mama tadi aku ketemu teman baru loh, namanya Sisil." "Oh iya? Abang suka main sama teman baru?" Dellia menjawab antusias dan mengelus rambut Sankara. "Suka, tapi Sankara lebih suka main sama cowok karena bisa main robot." "Nah enak dong berarti main sama adik Abi." "Nggak, Abi nakal." Dellia terkekeh, menurutnya saudara sekandung emang seperti itu padahal mereka saling menyayangi. "Nggak boleh gitu sama Abi." Dellia mencium pipi Sankara gemas. Abimayu yang melihat itu jadi cemberut, ia berjalan dengan pelan ke arah Dellia lalu mendorong kepala Sankara agar menjauh dari Dellia. Sankara marah dan langsung membalas Abimayu. Kedua anak yang umurnya berbeda dua tahun itu saling mendorong. Dellia mencoba memisahkan keduanya walaupun agak susah karena Sankara sudah besar. "Huaa." Abimayu menangis dengan keras. Dellia langsung membawa Abimayu kepangkuannya dan mengusap wajah Abimayu. Sankara cemberut dan ikut memajukan bibirnya dengan mata yang berkaca-kaca, siap menangis. "Huaaaa." Suara tangisan Sankara lebih besar. Bukan karena sakit karena didorong Abimayu tapi cemburu saat Abimayu dipangku. Dellia ikut menarik Sankara kepangkuannya. "Udah jangan nangis lagi." Dellia mencoba menenangkan kedua anaknya. "Kenapa?" Adam buru-buru duduk di samping Dellia. "Ini mereka rebutin Mamanya, kok cepat banget mandinya?" "Tadi pas dengan suara mereka nangis, aku langsung selesain mandi." Setelahnya hanya suara isakan tangis Sankara dan Abimayu yang terdengar. "Aku cemburu juga." Adam menantap Dellia sendu, emang sejak ada kedua anak laki-lakinya Adam jadi kurang mendapat kasih sayang dari Dellia. Sankara maupun Abimayu sering sekali menempel dengan Dellia. Dellia mengusap rambutnya yang basah karena keringat dengan pelan. Hal seperti ini emang sering terjadi suami adan anaknya sama-sama cemburu. "Mas mau dipangku juga?" Dellia bertanya dengan nada geli. "Bukan, cium aja." Adam mendekat dan hendak mencium Dellia tapi tangan Abimayu dan Sankara sudah duluan mendorong wajah Adam. Adam menjadi lesu, Dellia mengusap rambut Adam yang sedikit basah. " Nanti ya Mas pas mereka tidur." Mata Adam langsung berbinar senang, Adam sangat tau arti dari ucapan Dellia. "Mama nanti tidur sama Abi ya." Dellia menghela nafasnya saat wajah Adam kembali lesu. Pasti abis ini Dellia harus membujuk Adam lagi. "Mama, tidur ma Abi ya," ulang Abimayu saat Dellia tidak kunjung menjawab. "Kalau Abi tidur sama Abang aja nggak mau? Malam ini Mama tidur samaa Ayah." Adam terlihat senang dan menatap Abimayu dengan harap anaknya itu mau menuruti apa yang diucapkan Dellia. "Nggak mau," rengek Abimayu yang sekarang malah mengenggam daster Dellia dengan erat. "De." Adam memegang tangan Dellia meminta belas kasihan. Akan sangat sulit bagi Adam tidur jika tidak ada Dellia. "Yaudah kita tidur berempat ya malam ini." Pilihan untuk tidur bersama lebih baik dari pada tidur sendirian. "Tenang Mas, aku ada cara." Adam langsung tersenyum lebar tentu saja Adam paham dengan cara yang dimaksud Dellia. "Janji ya?" "Iya janji." "Sekarang udah waktunya makan malam, ayo kita makan," ajak Dellia. Keluarga kecil itu pun langsung menuju meja makan. "Besok akan ada tiga asisten rumah tangga yang bakalan bantu kamu, tapi tidak nginap akan pulang pada sore harinya," jelas Adam saat mereka semua selesai menyatap makan malam. Adam sengaja tidak mencari satu orang tapi langsung tiga orang agar lebih banyak yang bisa membantu Dellia. "Iya Mas, makasih ya." Emang tidak dipungkiri merawat anak yang super aktif emang melelahkan apalagi jika harus membereskan rumah lagi. Sebelumnya emang ada yang membantu hanya saja orang itu mengundurkan diri karena ingin kembali pulang kampung. Jadi selama sebulan kemarin Dellia sendiri yang membereskan rumah. Dan itu sungguh melelahkan. "Mau pindah nggak ke rumah yang satu lagi? Di sana emang udah ada sepuluh orang yang kerja, di sana juga nggak ada yang tinggal." "Luas banget rumah itu Mas, nanti aja kalau anak kita udah besar kita di sana. Nggak kebayang mereka main di mana dan Dellia nggak tau harus cari ke mana," jelas Dellia. "Nggak tidur?" tanya Adam pada Sankara dan Abimayu yang sekarang asik menonton kartun. "Bentar lagi," jawab Sankara, sedangkan Abimayu sangat fokus pada tontonannya hingga tidak perduli dengan orang yang bicara disekelilingnya. Adam hanya bisa menghela nafasnya pelan, padahal Adam sudah tidak sabar berduaan dengan Dellia. Melihat kedua anaknya yang terlalu asik menonton membuat Adam diam-diam bergeser duduknya mendekati Dellia. Langsung saja Adam memegang leher belakang Dellia dan mendekatkan kewajahnya, lalu langsung menempelkan bibir mereka. Dellia terkejut dan langsung memukul pelan d**a Adam, hingga tidak lama ciuman mereka terlepas. "Ya Allah Mas, sabar kalau dilihat mereka gimana," ujar Dellia dengan nada pelan. Adam membalas dengan kekehan palan. "Tenang aja mereka itu lagi asik sama kartun." Adam membalas dengan mulut yang ia dekatkan pada telinga istrinya. "Ngantuk." Tidak lama Abimayu langsung berjalan ke arah Adam dan duduk dipangkuan Adam, baru satu jam menonton Abimayu sudah mengantuk langsung saja Adam mengendong Abimayu ke kamar, sedangkan Sankara yang malas menonton sendiri memilih ikut tidur saja. "Mama temanin," pinta Abimayu, akhirnya Dellia ikut tidur di samping Abimayu. "Ih Mama di sini." Sankara mengeluh karena tidak bisa memeluk Dellia karena Dellia tidak tidur dibagian tengah. Dellia pindah dan tidur ditengah-tengah antara Sankara dan Abimayu. "Ayah sini." Sankara menepuk kasur disebelah kanannya yang kosong. Adam langsung ikut merebahkan tubuhnya di samping Sankara. Dellia dan Adam hanya merebahkan tubuh saja berbeda dengan kedua anak mereka yang sudah menutup kedua mata mereka, kedua tangan Dellia masih mengelus kedua rambut anaknya. "De, mereka udah tidur," bisik Adam pelan setelah dua puluh menit Sankara dan Abimayu merebahkan diri. Dellia mengecek kedua anaknya. "Oh iya udah tidur," "Yaudah ayo." Dellia langsung beranjak bangun disusul oleh Adam. Adam langsung mencium bibir Dellia setiba di luar kamar anaknya. Dellia ikut membalas ciuman Adam. Adam mengangkat Dellia ke depan tubuhnya, Dellia melingkarkan kakinya dipinggang Adam. hingga mereka ciuman dalam posisi Dellia berada dalam gendongan Adam. Tiba di depan pintu kamar, Adam dengan cepat langsung membuka pintu kamar dan menuju kasur, Adam melepaskan ciuman mereka dan merebahkan tubuh Dellia pelan ke atas kasur. Lalu Adam langsung kembali mencium bibir Dellia. *** "Ma, nggak ngaji boleh hari ini?" Sankara bergerutu pelan sambil memakan kue buatan Dellia. "Kan udah lima hari ngajinya jadi udah cukup kan?" lanjut Sankara saat Dellia hanya diam saja. Dellia yang bisa mengelengkan kepalanya saja saat ucapan Sankara yanga eneh menurutnya. "Tidak boleh sayangku, harus semangat ngajinya. Banyak orang yang menyesal tidak mengaji sejak kecil karena kalau sudah besar kemampuan menangkap ajaran dari guru sudah berkurang. Mama aja dulu ngaji sampai SMA nggak berhenti." Sankara hanya mengangguk malas, Dellia mendekat ke arah Sankara lalu mengelus rambut hitam lebat itu dengan kasih sayang. "Tapi nanti Mama jemput ya, masa tante itu terus yang ada." Dellia mengernyitkan dahinya. "Tante mana?" "Itu yang kemarin nginap di sini, tante itu selalu ikut jemput Abang masa Mama enggak." Dellia menghela nafasnya pelan, kenapa sekarang Dellia jadi merasa tidak tenang dengan kehadiran wanita yang disebut sebagain teman suaminya itu. Hubungan mereka hanya sebatas teman apa wajar jika harus terus berdekatan seperti itu. "Iya nanti biar Mama aja yang jemput tapi ayah tidak ikut." "Kenapa Ayah nggak ikut?" Dellia tampak berpikir keras alasan apa yang harus ia berikan masa Dellia berkata pada Sankara bahwa Dellia kesal dengan Adam jadi tidak ingin bertemu dulu apalagi bisa sajakan nanti Dellia bertemu dengan Kia. "Yaudah deh, nggak papa Mama aja tapi lain kali ada ayahnya ya." "Iya sayang." Dellia menuju ke arah meja ujung yang disana terdapat ponselnya, lalu Dellia langsung mendialkan nomor Adam. Tidak lama Adam langsung mengangkat. "Assalamualaikum Mas." "Waalaikumsalam." "Sankara biar aku jemput ya Mas." "Kenapa?" "Nggak papa, udah ya Mas. Wassalamualaikum." "Waalakumsalam, eh tunggu tapi." Belum selesai Adam bicara, Dellia tanpa sengaja langsung mematikan sambungannya, Dellia kira Adam tidak ingin mengatakan apa pun lagi. Tidak lama, Adam kembali menelepon. Dellia tidak mengangkatnya. Dellia sedang sangat malas berinteraksi dengan suaminya itu. Dellia masih terus kepikiran dengan penuturan Sankar. Sebelumnya Dellia tidak pernah berteman dengan laki-laki, jadi Dellia tidak tau apa emang seperti ini pertemanan pria dan wanita. Tapi tetap saja hal ini tidak dibenarkan. "Mama." Sankara menghampiri Dellia yang melamun. "Iya?" "Ayo mandi katanya pergi ngaji." "Nah bagus anak Mama, harus rajin ngajinya ya." Dellia langsung mengandeng Sankara ke kamar mandi. Setelah mandi, Dellia langsung memakaikan baju untuk Sankara dan bedak. "Abi sayang, Mama mau antar Abang ngaji. Abang sama Kak Tia dulu ya." Abimayu langsung cemberut dan menggelang. "Ndak mau pokoknya." "Yaudah Abi nanti aja mandinya, nanti Abang bisa telat." *** Disisi lain Adam sedang tidak semangat bekerja sebab Dellia yang tidak membalas pesan mau pun teleponnya. Karena tidak tenang Adam tetap akan menjemput Sankara yang pulang mengaji. Adam bekerja sambil sesekali melihat jam, kenapa jam terasa sangat lama. Adam langsung buru-buru bangun saat sudah waktunya Sankara pulang mengaji. "Cepat," seru Adam agak keras pada Ziar agar segera mengikutinya. Ziar yang mengerti langsung mengikuti Adam. "Eh Adam." Langkah Adam langsung terhenti saat Kia tiba-tiba menghadang Adam sambil meretangkan tangannya. "Kenapa?" tanya Adam sambil melirik ke arah jamnya lagi. "Boleh pulang bareng?" "Pulang sendiri saja Bu, Pak Adam sibuk." Bukan Adam yang menjawab tapi Ziar yang menjawab. Ziar rasa Adam tidak akan marah karena Adam juga tampak sibuk. "Bisa minggir." Karena Kia tidak kunjung minggir, Adam langsung berjalan ke samping begitu pun dengan Ziar. "Ihh kenapa sih." Kia menghentakkan kakinya dengan kesal ke atas lantai lalu setelahnya terburu-buru mengikuti Adam dan Ziar dari belakang. Kia langsung ikut masuk ke dalam mobil tepatnya di belakang dengan Adam yang berada di sampingnya. "Dam, aku baru ke daerah sini jadi belum berani pulang sendiri." Adam hanya berdehem malas. "Ke Masjid tempat anak saya mengaji," pinta Adam pada Ziar. Selain menjadi Sekretaris terkadang Ziar juga akan mencari supir Adam.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN