Part 03 : Kakak Itu Orang Yang Paling Luruh Sayang

1226 Kata
Daizen yang memang ingin menjelaskan hasil obrolannya dengan Albern membuat ia tersenyum sejenak dan dengan lembut ia menyahuti pertanyaan Barbara dan wanita paruh baya itu hanya bisa berkaca-kaca saat mendengar penuturan suaminya yang entah mengapa membuat dirinya merasa terharu. "Jangan khawatir sayang, putri kita akan mendapatkan pemuda yang baik dan keluarga Albern akan berkunjung ke rumah ini untuk membahas lebih lanjut perihal perjodohan Lara dan Axton sayang jadi kita berdua harus menyiapkan semuanya sebaik mungkin loh," sahut Daizen lembut. "Benarkah sayang? Ya ampun ... akhirnya Lara bisa merasakan kebahagiaan ya Dai? Sejujurnya sebagai mommynya baru kali ini saya merasa terharu akan kabar yang saya dengarkan semoga saja ucapanmu memang benar dan putri kita akan berbahagia nantinya ya," tutur Barbara sendu. Sebenarnya bukan hanya Barbara saja yang merasa terharu sampai seperti ini, tetapi Daizen juga tak berbeda jauh dengan istrinya hanya saja ia berusaha terlihat biasa saja karena Barbara pasti membutuhkan kekuatan dari dirinya di saat seperti ini. "Jika saja aku bisa jujur perihal perasaanku yang tak berbeda jauh denganmu sudah bisa aku pastikan kalau kita berdua ini memang perlu saling menguatkan satu sama lain dan aku percaya semua hal ini akan berlalu selama kita selalu saling menguatkan ya sayang," batin Daizen sendu. Tanpa mereka sadari sejak tadi Lara mendengarkan percakapan kedua orang tuanya dan untuk beberapa menit ada perasaan gundah dan bimbang yang melanda hatinya hingga tanpa sadar langkah gadis itu berjalan ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk. "Mommy sama daddy kasihan banget ya Allah, sampe harus mikirin nasib ke depannya padahal sampai hari ini aku belum pernah bahagiain mommy sama daddy yang terus-terusan bertahan buat aku yang belum sembuh juga terus aku harus gimana biar mereka bahagia? Apa aku harus nerima perjodohan yang mereka buat ini? Tapi apa aku akan bahagia nantinya," lirih Lara sendu. Gadis itu ingin melihat kedua orang tuanya bahagia hanya saja sebagian hatinya merasa takut jika ternyata penyakitnya justru membuat orang yang dijodohkannya merasa terbebani dengan kehadirannya yang menyedihkan ini. "Ya Allah ... belum cukupkah hamba membebani mommy and daddy? Terus sekarang apa aku harus membebani pemuda yang tidak bersalah juga ya? Sejujurnya ada perasaan khawatir jika penyakit ini malah akan membuatnya benci bahkan bisa jadi kehadiran hamba hanya akan hari-harinya mungkin terasa berat dan menyedihkan, tapi aku bisa apa? Gak bisa," gumam Lara sedih. Dalam diam pikiran gadis cantik itu terasa seperti tidak karuan lalu tak lama Luruh yang hendak meminjam charger laptop kakaknya membuat gadis itu mengkhawatirkan Lara yang terlihat pucat dengan tatapan yang begitu kosong seperti sedang memikirkan sesuatu masalah. "Kak, Luruh minjem charger laptop kakak dong? Loh? Kakak kenapa melamun begini? Kak Lara? Kenapa tatapan mata kakak kosong gitu? Jangan bilang ada yang sakit ya kak? Sebelah mana yang sakitnya kak? Kak Lara," ucap Luruh khawatir. Lara yang tersentak saat mendengar pertanyaan adiknya membuat gadis cantik itu tersadar dari lamunannya dan menyahuti ucapan Luruh dengan lembut sedangkan Luruh yang merasa ada yang tidak beres pada kakaknya membuat gadis itu mengiyakan saja ucapan Lara saat ini. "Hah? Oh kamu minjem charger laptop kakak ya? Iya boleh pake aja dek, tenang aja kakak gak kenapa-kenapa dek ... alhamdulillah gak ada yang sakit kok dek, nih dek charger laptopnya bisa kamu pake dulu kok! Udah ya kamu gak perlu khawatir gini! Aku gak apa-apa," tutur Lara lembut. "Terima kasih ya kak, iya deh iya kak ... lain kali kalo ada apa-apa kakak cerita ke Luruh aja ya? Seberat apapun masalahnya selama kita melewatinya bareng-bareng pasti kita bisa kok kak, nah kakak janji ya jangan sedih lagi nanti kalo bohong dosa loh kak Lara," sahut Luruh santai. Namun meskipun Luruh terlihat santai, tetapi ia berjanji akan mencari tau dan membantu kakak kesayangannya jika ia butuh bantuan lalu tak lama ibu mereka memanggil Lara karena ada hal yang ingin Barbara sampaikan pada putri sulungnya. "Anggaplah gue konyol karena mengiyakan hal yang jelas keliatan kalo lu gak baik-baik saja dan gue janji bakal cari tau dan bantuin masalah lu kak, lu gadis hebat jadi gue gak akan biarin lu lewati semua hal ini sendirian kak ... lu kekuatan gue jadi kita harus kuat ya," batin Luruh sendu. "Kak Lara ... bisa ikut mommy sebentar gak sayang? Ada yang mau diobrolin sama mommy dan daddy, sayang! Kamu gak lagi sibukkan kak Lara? Bukan masalah terapi kok cuma obrolan santai aja sayang ... kamu maukan luangin waktu sebentar ajakan sayang," tutur Barbara lembut. Dalam diam Lara mengerti jika mommy dan daddynya pasti akan membahas perjodohan yang tadi dirinya dengar, untuk beberapa menit gadis itu merasa tenggorokkan terasa begitu kering hingga tak lama mata Lara tidak sengaja melihat wajah Luruh yang menatap dirinya lekat. Lalu tak lama sebuah ide muncul membuat perasaan Lara sedikit merasa tenang dan dengan langkah yang yakin, gadis cantik itu mengikuti langkah mommynya yang berjalan menuju ruang kerja daddynya yang tak jauh dari kamarnya. Setelah kepergian Lara dari pandangannya semakin membuat Luruh merasa tidak tenang sebab baru kali ini ia melihat orang yang paling ia sayangi seperti tertekan, tetapi Lara itu menyebalkan karena selalu memendam semua perasaannya sendirian. "Gue gak masalah kalau harus terluka puluhan kali ... hanya saja gue gak pernah siap kalau harus melihat lu menatap sesuatu dengan mata itu kak! Gue cuma mau lu bahagia dan please banget ini mah! Jwngwn memendam semua perasaan lu sendirian! Kita itu saudara jadi lu bisa luapin semuanya ke gue! Jangan hancurkan diri lu sendiri lagi, please kak," gumam Luruh sendu. Padahal dalam hati dan otak Luruh hanya ada kakaknya yang paling gadis tomboy itu sayangi, lalu melihat kakaknya seperti tadi benar-benar tidak bisa membuat pikiran Luruh tidak tenang hingga ia berusaha mendinginkan kepalanya dengan meminum jus segar atau es krim coklatnya. Bukan maksud Luruh mengganggu apalagi mendengarkan obrolan serius antara daddy dan mommynya, hanya saja gadis tomboy itu tidak ingin pikirannya terus berkecamuk makanya ia memutuskan mencari makanan kesukaannya. Sayangnya di saat Luruh sibuk meneguk jus jeruk ia mendengar mommynya menangis dan kini dirinya di tatap lekat oleh Lara dan daddynya, seingat dirinya bukankah mereka sedang serius membicarakan sesuatu hal lalu mengapa jadi aneh begini. "Tumben gue gak di ajak ngobrol? Ih apaan sih lu, Luruh?! Mungkin ini masalah orang dewasa bukan bocah kayak lu jadi wajar kalau mereka lagi membicarakan hal serius ya biar aja! Gak usah kepo apalagi mau tau urusan orang dah! Sebenarnya ada apaan sih??" batin Luruh bingung. Lara yang sadar dengan ekspresi adiknya membuat putri sulung keluarga ini meminta Luruh untuk menghampiri tempat duduk mereka sebab ada yang ingin dirinya katakan dan akan lebih baik jika mereka berada di tempat yang sama bukan dapur - ruang keluarga. "Sini, dek! Ada yang mau kakak bicarakan sama kamu jadi tolong kamu duduk bentar sini sama kakak, sama mommy dan daddy juga! Lagipula gak baik kalau berbicara tapi jauh-jauhan begini malah kayak aneh gitukan ya? Tenang aja cuma sebentar kok gak akan lama," tutur Lara lembut. Dasarnya Luruh adalah adik yang penurut membuat gadis tomboy itu berjalan menghampiri kakaknya sambil menatap keluarga kecil mereka dengan pandangan bingung, mengapa kali ini daddy dan mommynya seperti menatapnya tidak suka? Memang apa salahnya. "Tumben banget daddy sama mommy ngeliatnya begitu banget? Emang apa yang salah dari aku? Perasaan aku gak ngapa-ngapain? Apakah kehadiranku mungkin menganggu obrolan mereka ya? Apa aku pergi aja? Cuma kakak yang minta aku ke sini jadi gak mungkin tiba-tiba pergi gitu ajakan? Ih ini ada masalah apa sih? Aneh banget tau rasanya begitu tuh," batin Luruh tak paham.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN