Sebagai seorang ayah sekaligus suami yang sangat mencintai dua perempuan hebat di hatinya membuat Daizen Guntara Hunt hanya bisa menenangkan sambil memeluk istrinya erat, karena saat ini Barbara membutuhkan kekuatan untuk terus melanjutkan hidupnya.
"Penyakit Lara itu kehendak Tuhan, sayang ... kita tidak bisa mengendalikan hal yang bukan tugas kita jadi sebaiknya berhenti bersikap seperti ini dan tetaplah kuat demi Lara, Luruh dan aku sayang! Bagaimanapun juga kita perlu melanjutkan hidup ini sayang ...," tutur Daizen lembut.
Air mata yang sejak tadi di tahan Barbara akhirnya tak dapat tertahan lagi dan sekarang tanpa bisa di Barbara kendalikan pipinya telah dipenuhi oleh genangan air mata saat mendengar saran dan semangat dari pria yang ia cintai semakin membuatnya sedih sampai seperti ini.
"Kamu benar, Dai ... kamu dan kedua putriku membutuhkan aku untuk kuat! Hanya saja sekali ini saja biarkan duka ini lenyap dari hati dan pikiranku! Bagaimanapun juga aku tidak boleh lemah seperti ini jika di hadapan mereka! Pinjamkan aku ketabahan hatimu ya ...," lirih Barbara sendu.
Ucapan istrinya semakin terasa merenggut segala kekuatan yang sejak tadi Daizen tahan, tetapi ia tidak ingin membuat Barbara semakin tersiksa melihat dirinya hancur membuat pemuda itu memeluk erat sambil berdoa agar semesta selalu menguatkan keluarga kecilnya ini.
Lambat laun Luruh dan Lara mulai tumbuh dewasa dan keduanya sama-sama dikenal sebagai siswi yang cantik, sayangnya Lara tidak bisa beraktivitas seperti Luruh dan Lara seringkali tidak berangkat ke sekolah karena harus mengikuti terapi agar dirinya sembuh.
Daizen dan Barbara yang melihat putri sulung mereka terlihat sudah bertahan dalam kesedihan dan rasa sakit yang melelahkan membuat Barbara dan Daizen memutuskan untuk menjodohkan Lara dengan anak sahabat baik mereka.
"Mom, apa cuma daddy yang berpikir ingin membahagiakan Lara yang terkadang terlihat sedih ya? Bagaimana kalau kita menjodohkan dengan putra bungsu dari keluarga Albern teman lama kita saja, mom? Sepertinya pemuda itu bisa menjaga Lara dengan baik dan mungkin Lara akan merasa bahagia di sana? Mommy setuju sama daddy tidak, mom?" ujar Daizen serius.
"Bukan cuma daddy yang berpikir seperti itu dad, mommy juga ingin sekali melihat senyum cerah dari Lara sama seperti Luruh yang selalu tersenyum dengan mudah! Apakah daddy yakin? Maksud daddy dengan Axton Rafanizan Raheeq Roberts? Sepertinya dia memang anak yang baik dan bukan tipe anak nakal ya? Mommy setuju aja asal Lara bahagia," sahut Barbara lembut.
Mendengar ucapan istrinya yang terdengar cukup masuk akal membuat Daizen mengangguk-anggukkan kepalanya setuju lalu tanpa berlama-lama lagi Daizen segera menghubungi ayah Axton yang tak lain adalah sahabat dirinya dan Barbara.
"Assalamualaikum Al, lu lagi santai gak? Apa kabar Al? Udah lama banget ya kita gak ngobrol santai lagi? Kebetulan ada yang mau gue bicarain sama lu nih? Cuma kalau lu lagi sibuk yaudah nanti aja gak apa-apa kita bahas lain waktu aja Al," ucap Daizen santai.
"Waalaikumsalam Daizen, hm gak terlalu cuma bisalah kalo ngobrol santai lagipula gue lagi nungguin Aisha siap-siap mau ke butik aja kok! Kabar? Baik alhamdulillah, well ... apa yang mau lu sampein Dai? Santai aja gue selalu siap dengerin ucapan gak jelas lu," sahut Albern senang.
"Gini loh Al, gue denger-denger putra bungsu lu belum menikah dan lu mau nikah sama orang yang baik terus gue kepikiran gimana kalo putri gue dijodohin aja sama anak lu itu? Toh emang umur mereka berdua itu udah saatnya menikah bukan? Gimana setuju gak?" ujar Daizen serius.
"Lu gak berubah ya, selalu aja tau kabar darimana aja! Well gue sih gak bisa memutuskan harus gimana-gimananya sih Dai cuma nanti gue bicarain dulu sama Aisha dan anaknya karena yang menikah itukan Axtonnya bukan gue jadi nanti gue kabarin lagi hasilnya Dai," tutur Albern santai.
"Oh tentu dong! Lu bener sih, kita di sini cuma sebagai perantara aja toh lu sama gue itu sama-sama mau anak kita bahagia dalam pernikahannya bukan? Jadi ya gue tunggu aja kabar baik dari hasil diskusi kalian toh rumah gue selalu terbuka untuk kalian kok Al," sahut Daizen senang.
Dalam diam Barbara merasa cemas saat mendengar percakapan suaminya dan sahabat baik mereka, ada perasaan ia takut jika putri kesayangannya justru tak bisa merasakan bahagia dan bisa saja putra Albern tak menyukai putrinya.
"Sebenernya mommy keterlaluan gak sih sayang? Mommy cuma mau kamu bahagia, tapi di lain sisi mommy takut kalau Lara nantinya malah gak bahagia dan bisa aja pemuda itu justru gak suka tau bisa sayang sama kamu dengan tulus cuma mommy bisa apa selain berusaha sebaik mungkin demi kebahagiaan princess mommy? Jadi gak tenang gini ya," batin Barbara khawatir.
Beruntungnya rasa cemas dan kekhawatiran yang sempat membuat Barbara panik seketika tak terjadi bahkan dengan santainya Albern tak keberatan untuk berkunjung ke rumah Daizen dan Barbara bersama keluarganya.
"Sudah tugas orang tua menuntun anak mereka ke jalan yang membahagiakan Dai, well karena lu udah repot-repot nelpon gue gimana kalau lusa gue sama keluarga gue datang buat kenalan sekalian berkunjung dan melanjutkan diskusi secara langsung aja? Toh kami lagi gak sibuk jadi gak masalah buat mampir ke rumah lu! Itung-itung silahturahmi aja yakan," tutur Albern santai.
Lalu dengan senang hati Daizen menerima kedatangan sahabat baik dan keluarganya karena ia menganggap jika pertemuan ini juga menjadi reuni untuk mereka bertiga sedangkan Barbara yang melihat suaminya mulai asik dengan dunianya sendiri membuat ia mencubit perut Daizen agar ia ingat dengan tujuannya menghubungi Albern.
"Wah ide bagus tuh, Al! Iya anggap aja pertemuan nanti itu sebagai reuni ya? Aduh, duh! sakit Barbara! Eh iya Al tolong kabarin kapan keluarga kalian main ke sini ya," jerit Daizen kesakitan.
"Loh? Lu kenapa Dai? Are you ok? Gak mungkin lu kepentok pintu rumah lu sendiri bukan? Ya ampun kenapa lu selalu konyol dan ceroboh diwaktu yang bersamaan sih Daizen? Padahal lu udah jadi bapak-bapak dua anak loh! Masih aja tingkah lu bikin bingung," tanya Albern bingung.
"Ahahaha gaklah, Al! Itu tadi Barbara minta gue fokus sama obrolan kita aja soalnya mulut gue suka melimpir-limpir bahas ke mana-mana jadi ya wajar kalau gue dicubit dia kayak tadi toh emang gue yang salah sih, anyway gue tunggu kedatangan roberts loh Al!" ucap Daizen santai.
Tak lama Albern terkekeh santai lalu ia terpaksa menutup panggilan teleponnya karena Albern harus menemani Aisha ke butik langganannya dan Daizen mengingatkan sahabatnya untuk hati-hati bagaimanapun juga mereka sudah tak muda lagi.
"Hahahaha, kalian emang selalu gak terjelaskan ya! Tenang aja keluarga gue akan berkunjung dengan kabar baik kok Daizen! Well gue harus tutup telepon ini dulu karena Aisha udah siap tuh dan gue udah janji nemenin dia belanja ke butik langganannya jadi see you next time ya Dai! Ah iya salam buat keluarga lu sama Barbara! Assalamualaikum," ucap Albern serius.
"Ya mau gimana lagi Al, cinta itu kadang tidak terjelaskan loh hahaha ... wah gue tunggu kabar baiknya Al?! Semoga aja lu gak mengecewakan gue loh, begitu ya? Yaudah silahkan lanjutin dah kesibukan lu itu Al, nextnya semoga ada kabar baik buat keluarga kita ya?" sahut Daizen santai.
Sayangnya bukannya sahutan yang di dengar oleh Daizen melainkan suara tawa Albern sempat terdengar di telinga Daizen, tetapi tak lama panggilan telepon segera berakhir di saat Daizen belum sempat menyahutinya dengan candaan sementara Barbara yang ingin mendengar hasilnya membuat wanita paruh baya itu mempertanyakan langsung pada Daizen.
"Bisa-bisanya dia ketawa begitu ya? Emang gak pernah ilang sikap absurdnya si Al tuh ya? Eh astagfirullah udah ditutup teleponnya?! Apaan banget dah dia ini tuh? Dasar Albern! Ada aja sikap dia yang bikin orang bercanda malah gak jadi! Padahal gue lagi serius ngomongin soal pria untuk Lara eh...," ujar Daizen terhenti.
"Jadi gimana? Albern marah sama kamu? Apa tanggapan dia? Gimana keputusan akhirnya Dai? Aku gak mau ya kalau anak aku gak bahagia nantinya, aku mau dia dapet pria yang bisa kita percaya dan membahagiakan putri kita, Dai! Terus sekarang gimana?" tanya Barbara penasaran.