PART 1

959 Kata
Betty mengaduk sup pelan seakan menghayati pekerjaannya. Seperti itulah yang terlihat. Namun yang terjadi sesungguhnya adalah, Betty yang menahan amarahnya. Restoran belum buka. Masih ada cukup waktu untuk se mangkuk sup ayam hangat. Betty menuang sup ke mangkuk dan duduk. Dapur bersih terlihat masih sepi. Betty menyendok sup dan meniup nya pelan sebelum memasukkan nya ke mulut. Ingatannya melayang pada kejadian kemarin, ketika dia mengantarkan makan siang Dave ke kantornya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi setelah lima tahu lamanya Betty berusaha susah payah membuat dirinya tak lagi mengingat pria itu? Benteng yang dibangun dengan kokoh nyatanya begitu mudah di dobrak oleh Dave. Semua terasa sia-sia hanya karena sebuah pertanyaan sederhana. "Apa kabar?" Memalukan. Hanya dengan tatapan mata coklat teduh milik Dave, sia-sia juga perjuangan Betty untuk beranjak dari Dave. Hanya dengan menghidu aroma Dave...hancur sudah hatinya yang ingin menjauh. Dengan memalukan, tubuhnya jatuh ke pelukan Dave dan menyerah. Mengakui bahwa dia menemukan kenyamanan di sana. Seakan Dave adalah pelabuhan yang sengaja tercipta untuknya setelah Betty terombang selama lima tahun lamanya di lautan lepas.  "Selamat pagi, Chef." Sapaan Jesse Bloom membuat Betty menoleh. Lamunan nya terputus dan dia tersenyum membalas sapaan Jesse. Betty menghabiskan supnya cepat sementara Jesse memeriksa pesanan untuk hari ini. "Makan siang untuk Tuan Jefferson, beliau mau kau yang mengantar nya sendiri, Chef."   "Berhenti memanggil ku begitu, Jesse. Mendengar kau membacakan pesanan pria itu aku merasa aku beralih profesi menjadi kurir." Terdengar tawa pelan Jesse. "Lalu?" "Aku akan mengantar nya." Betty beranjak dan membersihkan mangkuk nya. Setelah itu dengan cekatan dia mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Seharusnya pekerjaannya ini mampu mengalihkan pikirannya pada Dave seperti bertahun-tahun lalu...tapi...kembali ke New York setelah lima tahun dan bertemu lagi dengan Dave membuat Betty tak yakin pada dirinya sendiri. Betty menggeleng dan mencoba fokus bersamaan dengan para karyawan yang berdatangan. Kalau boleh memilih dan ada pilihan yang diajukan padanya, Betty tidak ingin berada di ruangan ini lagi. Ruangan bernuansa putih dengan pemandangan gedung pencakar langit sebagai latar nya. Dengan dirinya yang tiba-tiba merasa kerdil saat berdiri di depan meja kebesaran Dave. Betty menoleh saat pintu ruangan di sampingnya yang di seling satu set sofa, terbuka. Seorang wanita---sekretaris seksi yang Betty jumpai kemarin--- terlihat keluar sambil membetulkan blouse yang dipakainya. Wanita itu tersenyum tipis pada Betty dan keluar begitu saja melewatinya. Lalu Dave keluar dari ruangan itu dan tersenyum begitu manis pada Betty. Segera saja Betty meletakkan makan siang Dave ke meja nya dan berbalik. "Betty..." Suara Dave membuat Betty membeku. Perlahan dia berbalik menghadap Dave lagi. "Temani aku makan." "Bukan kapasitas ku." "Aku akan membayar waktumu." Betty terhenyak. "Sayangnya aku bukan penyedia jasa seperti itu." "Aku memaksa. Duduk." Dave meraih kotak makan siangnya dan membawanya ke sofa. Tatapan matanya memerintah membuat Betty menghela napas setengah mendengus. Betty duduk dengan kaku di samping Dave. Tangannya terulur membantu saat Dave terlihat kesulitan membuka kotak makannya. Senyum yang terlihat sangat menggiurkan terbit di sudut bibir Dave dan mencapai matanya saat melihat kelakuan Betty. "Kita terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang makan siang bersama." "Kita tidak seperti itu." "Kalau aku membuatnya seperti itu? Apa kau mau?" Betty tak menjawab, namun hatinya berdesir. Dia membuang pandangan ke arah sebuah pot kecil berisi kaktus yang ada di tengah meja. "Ini enak sekali. Apa kau yang memasaknya sendiri?" Betty menoleh pada Dave lalu tangannya meraih tisu dari meja. Tanpa sadar dia membersihkan lelehan saus di sudut bibir Dave.  "Benar bukan? Kita terlihat seperti pasangan suami istri yang..." "Kita tidak seperti itu Dave..." Betty memotong kalimat Dave. Dave mengabaikan ucapan Betty dan meneruskan makannya. Betty beranjak ke arah meja Dave dan mengambil air putih. Mengulurkannya pada Dave dan merutuk dalam hati. Tubuhnya seakan bergerak tanpa diperintah. Melakukan apa yang hatinya tolak mati-matian. Betty merasa linglung saat Dave menerima gelas nya dan tangan mereka bersentuhan. Betty menatap tak berkedip saat Dave menghabiskan air putih ya dan meletakkan gelas nya di meja. "Aku permisi..." Betty berpamitan saat sudah berhasil menguasai dirinya. "Aku belum selesai..." "Kau sudah selesai. Kau hanya tinggal membayar seperti biasa. Dan itu bisa kau lakukan dengan ponselmu." Betty melangkah dan menjangkau gagang pintu. "Untuk lima tahun yang berlalu...katakan apa yang kau rasakan selama itu, Betty?" Betty membeku. Apa yang dia rasakan selain hampa dan rasa rindu yang meluap? Setelah kematian Ayahnya karena serangan jantung waktu itu---begitu selesai pemakaman---Betty memutuskan suatu hal yang besar yaitu kembali ke San Diego untuk meneruskan bisnis keluarga. Bagaimanapun saat itu Betty berpikir, restoran pertama keluarganya di Louisiana butuh dirinya. Dan memang kenyataannya seperti itu. Pada akhirnya dia melanjutkan sekolah dari sana. Mengerjakan segala sesuatu dari layar komputer jinjing nya hingga dia lulus. Bukan dengan hasil yang memuaskan seperti harapannya, tapi dia berhasil melalui itu semua. Melaluinya tanpa sekejap pun mampu menghilangkan bayang Dave Jefferson dari benaknya. "Apa yang kau rasakan selama itu Betty..." Dave kembali mengulangi pertanyaannya. Betty masih memegang gagang pintu. Semakin erat hingga Betty merasa tangannya berkeringat. "Aku tidak harus merasakan apa-apa bukan, Dave? Aku selamanya tidak akan berhak. Aku tahu batasan ku." Suasana lalu menjadi hening. Seharusnya suasana ini bukan masalah bagi Betty. Tapi dengan tatapan mata coklat Dave di belakangnya, Betty seakan merasakan hunjaman tak kasat mata menembus hatinya. "Kau menganggap ku pria t***l selama itu Betty." "Walaupun benar, aku tidak sekalipun pernah mengeluarkannya melalui lisan ku, Dave." Betty dapat mendengar langkah pelan Dave mendekat padanya. Lalu napas hangat Dave menerpa tengkuknya. Membuatnya merinding dan merutuk. "Untuk lima tahun yang berlalu. Aku merindukanmu Betty..." Bahu Betty menegang dan pegangannya pada gagang pintu semakin erat. Keringat di tangannya terasa semakin banyak. Dan tangan itu tersentak saat dua tangan kokoh Dave dengan lengan kemeja yang tergulung sebatas siku, melingkar di perutnya. "Untuk lima tahun yang berlalu, aku merindukanmu Betty Swan. Sangat merindukanmu."  Suara itu begitu merdu. Aroma Dave masih sama seperti dulu. Memabukkan dan membuat melayang. Napas hangat Dave semakin kuat terasa saat Dave menyurukkan wajahnya ke leher Betty. "Dan untuk lima tahun yang berlalu begitu saja, Betty. Aku tidak sedetikpun bisa melupakan pagi itu...pagi di mana kau meninggalkan ranjangku tanpa pesan." Betty membeku.  Untuk lima tahun yang sudah berlalu. Sungguh Betty datang kembali bukan untuk mendengar hal itu... -------------------------------
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN