3. sebuah godaan di depan mata

1092 Kata
Cukup lama Krystal berada di kamar mandi karena dia harus menghapus terlebih dahulu make-up tebal yang menempel pada wajahnya. Dia kesulitan untuk menghapusnya karena dia tidak membawa cairan pembersih make-up, hingga dia membersihkannya hanya menggunakan air biasa saja. Setelah semuanya benar-benar bersih, barulah dia mengelap tubuh lelahnya dengan handuk, kemudian mengenakan pakaian yang diberikan oleh Austin tadi. Austin memiliki tubuh yang cukup tinggi dengan otot-otot keras yang menghiasi tubuhnya, karena itulah memakai kemeja Austin terasa memakai pakaian yang oversize menurut Krystal. Sebenarnya Krystal belum pernah melihat tubuh naked Austin, tapi itu menurut spekulasinya yang melihat postur tubuh Austin yang sangat tegap, dan gagah. Krystal juga menebak tinggi suaminya itu di atas 185cm. Benar-benar sangat tinggi bagi Krystal yang hanya memiliki tinggi 160cm saja. Sebelum keluar dari kamar mandi, Krystal kembali melihat kepada barang-barang yang ada di kamar mandi. Di sana terdapat sabun-sabun yang sepertinya dipersiapkan oleh Austin untuk kakaknya, tapi tadi dialah yang menggunakan sabun itu. Menurut pendapat Krystal, Austin sangat mencintai kakaknya—Cindy, terlihat dari cara Austin memperlakukan kakaknya ketika dia ke rumah. Begitu juga dengan kakaknya sendiri, kakaknya juga sangat mencintai Austin, karena kakaknya pernah bercerita kepadanya bahwa kakaknya sangat mencintai pria itu. Tapi kenapa kakaknya kabur dari pernikahan yang sudah sangat lama ditunggu-tunggu? Selain itu, Austin dan Cindy juga sudah lama berpacaran; kurang lebih tiga tahun. Lelah dengan pikirannya sendiri yang tidak menemukan jawaban, Krystal memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang masih terlihat sangat seksi. Menurutnya biasa saja, tapi tidak dengan Austin yang melihat tampilannya saat ini. Di mana saat ini dia sedang memakai kemeja putih Austin yang terlihat sangat kebesaran, tapi walaupun demikian kemeja itu tetap tidak mampu menutup bagian paha mulusnya. Ditambah lagi kemeja itu sedikit terangkat karena dia sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Austin menelan ludah, kemudian menggelengkan kepala dan kembali fokus dengan laptopnya. Dia tidak akan melakukan hubungan suami istri, jadi dia akan mengisi malamnya dengan mengurus pekerjaannya yang tertunda. "Kak ...." Suara lembut Krystal mengalihkan atensi Austin dan memandang Krystal dengan raut datar. "Hm?" "Aku tidak tau kenapa Cindy melarikan diri dari pernikahan kalian, tapi aku yakin Cindy pasti memiliki alasan. Cindy sangat mencintai kakak," jelas Krystal dengan berhati-hati, takut Austin akan mengamuk karena dia membahas kakaknya dalam keadaan Austin yang masih marah tentang kaburnya kakaknya dari pernikahan. "Tidurlah!" bukannya menjawab ucapan Krystal, Austin malah menyuruh Krystal untuk tidur. Tidak ingin berucap lagi, Krystal pun menuruti perintah Austin. Dia mengambil posisi di samping Austin yang sedang duduk, kemudian merebahkan tubuhnya dan menutup sebagian tubuhnya dengan selimut. Ada perasaan deg-degan, aneh, tidak nyaman dan segala macamnya ketika dia berada pada posisi saat ini. Seharusnya yang mengisi ranjang di sebelah Austin adalah kakaknya, tapi kenapa malah dia yang mengisinya? Krystal menghirup nafas sedalam-dalamnya, kemudian menghembuskan secara kasar, yang mana hal itu tidak luput dari ujung mata Austin. Krystal mengarahkan posisi tidurnya ke kanan, kemudian ke kiri, lalu ke kanan dan ke kiri lagi, hingga saat ini dia kembali duduk. "Kak, aku tidur di sofa saja, ya. Aku tidak nyaman," ujarnya yang terlihat frustasi. Sementara Austin hanya berdaham sebagai balasan mengiyakan permintaan Krystal. Krystal pun turun dari tempat tidur, dia menuju sofa single yang ada di kamar itu, lalu merebahkan tubuhnya pada sofa tersebut. Hanya dalam hitungan beberapa menit dia benar-benar tertidur, mungkin saja karena efek kelelahan. Austin tidak tidak berniat untuk memindahkan Krystal ke tempat tidur, tapi posisi tidur Krystal saat ini sangat mengganggunya. Kemeja yang digunakan oleh Krystal bergeser ke atas hingga menampakkan bagian bawah Krystal yang tertutup celana dalam menerawang yang dia berikan tadi. Dengan segera Austin mendekati Krystal kemudian menutup tubuh Krystal dengan selimut. Hampir dini hari barulah dia juga ikut tertidur setelah menyelesaikan pekerjaannya yang beberapa hari ini tertunda karena mempersiapkan pernikahannya dengan Cindy, tapi sayang sekali bukan Cindy lah yang menjadi pengantinnya. ***** Pada pagi harinya Krystal terbangun dan terheran melihat sebuah selimut yang menutupi tubuhnya. Dia melihat ke arah tempat tidur, tapi tidak menemukan keberadaan Austin di sana. Ketika dia mengalihkan pandangan ke arah depan, dia menemukan Austin yang sedang bersiap-siap. Dia menelan ludah melihat tubuh bagian atas orang yang merupakan suaminya, yang sedang bertelanjang—sebelum akhirnya tubuh yang dipenuhi otot-otot yang kuat itu terbalut dengan sebuah kemeja, lalu dilapisi oleh sebuah jas yang mahal. "Tolong buatkan aku sarapan!" perintah pria itu, membuat Krystal sukses terkejut. "Huh?" "Kamu bisa memasak?" Krystal gugup ditanya seperti itu, karena ketika di rumah yang memasak selalu ibu dan kakaknya. "Tidak, aku tidak bisa memasak, karena biasanya Cindy dan ibu yang selalu memasak,” jawabnya. "Ck! Tidak berguna!" Krystal menghela nafas mendengar penuturan terakhir Austin. Memang dia tidak memiliki keahlian apa-apa, selama ini apa pun selalu dikerjakan oleh ibu dan kakaknya. Bahkan, untuk mencuci piring saja Krystal tidak pernah. Sangat berbeda dengan kakaknya yang bisa melakukan apa pun, baik melakukan pekerjaan rumah, atau pekerjaan lainnya. "Aku berangkat dulu." "Umm." Krystal hanya bergumam kecil dengan kepala yang menunduk. Hingga, dia mendengar suara langkah yang semakin menjauh, setelah itu hilang ketika mendengar pintu yang tertutup. "Aiss!" Krystal kembali memukul kepalanya dengan telapak tangannya. Bukanlah salahnya jika dia tidak bisa memasak, selain itu dia juga tidak ada niat untuk menikah secepat ini. Sebelumnya dia sudah menata atau merencanakan hidupnya dengan baik, dia akan menikah di usia 25 tahun. Dia juga harus bekerja terlebih dahulu sebelum memiliki suami, supaya dia tidak perlu memasak dan dia akan membayar asisten rumah tangga dengan uangnya sendiri. Namun, karena ulah kakaknya yang melarikan diri di hari pernikahan, terpaksa dialah yang menanggung akibatnya, dan membuat rencana yang sudah dia susun kacau dengan seketika. Krystal kembali menepuk jidatnya ketika dia teringat bahwa dia masih tidak memiliki pakaian, dan sekarang Austin sudah pergi bekerja. Lalu bagaimana caranya dia keluar? Tidak mungkin dia keluar hanya mengenakan kemeja Austi. Selain itu, dia juga tidak memiliki uang dan ponsel, karena ketinggalan di rumahnya. "Aaa! Aku harus bagaimana?" Krystal menggembungkan pipinya dengan air mata yang sudah berlinang di pelupuk matanya. Hidupnya sungguh malang. "Kakak, kenapa kau merepotkanku?" Dia kembali merebahkan tubuhnya pada sofa, dan akan menunggu Austin pulang dulu barulah meminta Austin mengantarkannya ke rumahnya untuk mengambil keperluannya yang ada di rumahnya. Namun, saat ini perutnya keroncongan. Dia terlebih dahulu menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sama. Dia langsung turun dari lantai atas menuju lantai bawah, tepatnya menuju ke arah dapur. Dia membuka kulkas yang ada di dapur dan menemukan banyak bahan-bahan makanan, tapi dia tidak bisa mengolahnya, dan berakhir dengan dia hanya menyeduh mie instan yang dia temukan. Karena hanya itu yang dia bisa buat. Jangankan untuk memasak makanan, memegang wajan saja dia tidak pernah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN