bc

Isa's Second Wife

book_age16+
65.5K
IKUTI
102.3K
BACA
love-triangle
possessive
badgirl
CEO
drama
sweet
bxg
single daddy
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Uraian

Ayana sudah merencanakan masa depannya yang indah bersama Anta, kekasihnya, tapi rencana itu terancam gagal karena kakaknya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan membuat wasiat agar dia turun ranjang.

Bagaimana bisa Ayana yang usianya baru 20 tahun itu mengasuh keponakannya sebagai putranya sendiri?

Bagaimana dia bisa menjadi istri Rivaldo Isa Prayoga, si CEO dingin hemat kata yang tiap kali mereka bertemu akan selalu mengundang pertengkaran?

Bagaimana dia bisa menikah dengan Isa kalau kedua orangtua Isa saja membencinya?

Bagaimana Ayana bisa menjadi istri Isa kalau sekretaris Isa yang cantik dan kaya itu selalu mencari kesempatan untuk menggoda Isa?

Lalu, bagaimana dengan Andreas Ananta dan impian-impian indah mereka di masa depan?

Apakah Ayana harus membuang semua kebahagiaannya demi wasiat dari kakak tersayangnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Ayana (1)
“Aku cuma mau kamu yang jadi suami aku...."   ***   "Selamat malam sahabat pendengar 123 fm, kalian kembali mendengar 'Flower Midnight' dengan Bunga di sini." Suara indah dari pemilik nama lengkap Irene Shane Ayana memenuhi ruang penyiaran. Dia memakai nama 'Bunga' saat menjadi penyiar karena arti nama Ayana adalah bunga. Gadis dengan rambut merah yang dicepol asal itu kemudian menatap ke luar ruang siaran untuk melihat intruksi lanjutan dari rekan penyiarnya. Ada pria tampan usia pertengahan 20-an di sana, bernama Andreas Ananta, yang tak lain adalah pacarnya. Atas kecintaannya, Anta membuat saluran khusus untuk Ayana dengan nama Flower Midnight. Sebenarnya Anta tidak suka jika Ayana melakukan siaran tengah malam. Akan lebih baik bila siaran di awal-awal pukul sembilan atau sepuluh, tapi kalau dia lakukan itu, pada tengah malam, Ayana akan berkeliaran dari satu klab malam ke klab malam lainnya di kota Z ini. Anta mengangguk, sembari menunjukkan jempolnya, lantas Ayana melanjutkan siaran. "Sudah lama sejak aku menjadi penyiar di sini. Eum, sekitar dua tahun, dan sementara aku mengenang awal karierku, aku tidak menyangka bahwa sahabat pendengar akan mengirimiku sebuah surat. Ketika aku menerimanya dari staf, jantungku berdebar. Hahaha, sungguh, ini pertama kalinya aku mendapat surat. Mari kita lihat apa yang tertulis di sini." Ayana mengambil surat, tersenyum ketika melihat isinya. "Ini surat cinta, ditulis oleh seorang wanita kebangsaan Perancis bernama Jullie, untuk pria petugas loket kereta api. Wanita ini tertarik pada pria yang katanya sangat manis ketika tersenyum. Sayangnya, dia malu untuk menyapa pria itu. Dia juga menulis puisi cinta dalam bahasa Perancis di sini. Puisi milik seorang penyair bernama Rene Char. Aku akan membacakannya." Ayana berdeham, kemudian melanjutkan. "Judulnya La Compagne Du Vannier... Je t’aimais. J’aimais ton visage de source raviné par l’orage et le chiffre de ton domaine enserrant mon baiser. Certains se confient à une imagination toute ronde. Aller me suffit. J’ai rapporté du désespoir un panier si petit, mon amour, qu’on a pu le tresser en osier." Ayana membuat takjub para pendengar dengan kefasihannya berbahasa Perancis, bahkan staf di luar ikut tercengang. Hanya Anta yang tidak terkejut, melainkan tersenyum bangga. "Judul puisi itu artinya Cinta menurut seorang penganyam keranjang. Arti puisinya kurang lebih begini, 'aku mencintaimu. Aku mencintai wajahmu, musim semi yang merahasiakan badai, lambang kekuasaanmu atas seluruh ciumku. Orang lain percaya kepada imajinasi tanpa cela. Buatku, aku cuma ingin selalu menuju ke arahmu. Dari keputusasaan kubawa keranjang yang begitu kecil, cintaku, mereka menganyamnya dari rerumputan..." Ayana tersenyum cantik, memamerkan gigi putihnya yang rapi dan terawat. "Melihat betapa serius perasaan Jullie untuk petugas loket, aku jadi mengingat sebuah frasa, 'aku menunggu seseorang untuk mengakhiri kesendirianku, maka saat mendengar lagu-lagu sedih, itu tidak akan membuatku menangis'. Jika sahabat pendengar memiliki seseorang yang menunggu seperti itu, jangan pernah membiarkannya menunggu terlalu lama. Kamu akan menyesal nantinya." Ayana kembali tersenyum, lalu mengerling ke arah Anta. Anta yang berada di luar ruang penyiaran itu hanya tertawa pelan sambil geleng-geleng kepala.  Dia tahu Ayana sedang menyindirnya. "Untuk Nona Jullie yang mengirimiku surat hari ini, cobalah beranikan diri menyapa pria itu, mungkin saja, sebenarnya dia juga menunggu Anda ketika tugasnya menjaga loket telah selesai. Di sinilah 'Flower Midnight' berakhir untuk hari ini. Aku akan kembali besok di waktu yang sama. Selamat malam sahabat pendengar, selamat bermimpi indah."   ***   "Kayak biasa, kamu hebat," kata Anta sembari memberikan secangkir kopi untuk Ayana. "Meski tengah malam, banyak komentar masuk ke pesan radio. Mereka memuji suara kamu yang enak didengar." Ayana tersenyum, menerima cangkir kopi, lalu duduk di sofa sebelah Anta dalam ruang pribadi pemimpin kantor siaran. Gadis itu meneguk kopi, meletakkan cangkir di meja, kemudian menyandarkan kepala di bahu kekasihnya. Dia menghidu aroma maskulin Anta yang bercampur parfum wangi mint. "Tapi pacarku yang terbaik. Wanginya sangat enak." Entah disengaja atau tidak, Ayana mengecup perpotongan leher dan bahu Anta. "Dasar nakal," kata Anta, lantas mendorong Ayana sampai telentang di sofa sementara dirinya di atas gadis itu. Anta menautkan setiap jemari tangannya ke jari-jari tangan Ayana. Dia mendaratkan ciuman panas ke bibir tipis gadis itu, melumatnya dengan rakus, seolah sengaja membuat kekasihnya kehabisan napas. Setelah menggigit pelan bibir bawah kekasihnya, lidahnya menerobos masuk ke mulut itu dan mengajak menari lidah pihak lain. Sementara itu, tangannya yang lain aktif menjelajah lekuk tubuh gadis di bawahnya, menyapa pinggang yang ramping, perut ratanya, paha mulus yang tak tertutupi hotpants, lalu naik lagi ke dadanya yang penuh. Merasa penasaran, tangan nakal itu menyusup ke balik kemeja Ayana. Dia sedikit mengerang ketika merasakan lembut kulit kekasihnya. Ciuman panas terus berlanjut, erangan tertahan Ayana sesekali terdengar kala Anta meremas lembut dadanya. Gadis itu juga membalas ciuman dengan sangat panas dan agak liar, seolah ingin memiliki seluruh mulut kekasihnya. Ketika ciuman itu berakhir, Ayana terengah-engah, sambil memandang Anta dengan tatapan sayu, sarat permohonan. Karena pria di atasnya hanya diam memandangnya, dia mengalungkan tangan ke lehernya. "Nggak mau melanjutkan?" tanya Ayana, sambil tersenyum menggoda. Dia sengaja menggerakkan bahunya sedikit, agar kemeja putihnya dapat terbuka dan tulang selangka yang indah itu terekspose. Ayana menggigit bibir bawahnya. Ada hasrat dan keinginan yang tak terbendung, tapi khawatir akan penolakan Anta. Dia dengan sengaja mengelus-elus tengkuk Anta dengan jemari lentiknya untuk membujuk pria itu. Anta menelan ludah, lalu menghisap leher Ayana, sedikit memberi gigitan lembut di sana. Dia mati-matian menahan nafsu meski bagian bawahnya sudah berontak tak sabaran. Menyadari adik kecil Anta mengeras dan menyodok bagian bawah perutnya, tangan Ayana bergerak ke bagian pribadi itu, tapi tangannya segera ditangkap oleh Anta. Pria dengan t**i lalat kecil di bawah mata kiri itu lantas berdeham pelan. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Accidentally Married

read
105.9K
bc

A Secret Proposal

read
377.5K
bc

My Husband My Step Brother

read
55.3K
bc

The Ensnared by Love

read
105.3K
bc

The Unwanted Bride

read
111.9K
bc

Broken

read
7.1K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
88.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook