Sadar.

1318 Kata
  Dalam suasana remang-remang yang yang menghanyutkan jiwa. Kicauan burung yang menyemarakkan istana yang disebut istana kristal. Sebuah istana yang mendapatkan julukan indah karena memiliki kilau seperti kristal ketika sinar mentari menerpa dindingnya. Sayangnya julukan cantik istana kristal berbanding terbalik dengan suasana sepi yang menyelimuti istana tersebut. Istana cantik itu nampak muram seolah tanpa kehidupan.   Pada pagi itu, sang ratu yang telah memejamkan matanya selama berbulan-bulan, perlahan membuka matanya.   "Ngh~" rintihan lembut keluar dari bibir yang merah seperti buah cerry dan merekah seperti mawar.   Kulit pucat sang ratu mulai menemulan ronanya, menampilkan wajah sehalus mutiara yang bersinar lembut. Wajahnya bahkan seperti hadiah dari Dewa. Sangat menggoda siapapun yang melihatnya.   Perlahan, sang ratu menegakkan punggungnya dan bersandar di ranjang. Irisnya kemudian memutar ke sekeliling ruangan tempat ia tertidur. Dia memindai semua perabotan yang menghiasi kamarnya.   "I-ini. " Tatapan bingung sang ratu masih tidak meninggalkan mata Gelapnya. "Bu-bukankah ini adalah kamarku ketika menjadi ratu di dunia Morgan. Jika aku tidak salah, kamar ini adalah kamar utama di istana kristal. "   Untuk memastikan dugaannya, Sakira bangkit dari ranjangnya dan membuka jendela istana. Mata dan pikirannya bekerja sama untuk mengingat kembali kamar utama istana kristal yang dikhususkan untuk sang ratu. Jelaganya membola saat pemandangan familiar menghantam ingatannya kembali.   "Hehehe hahaha. "   Nyut.   Perasaan menyakitkan kembali hadir di d**a Sakira. Dia adalah ratu dari negeri Morgan. Akan tetapi nasibnya lebih buruk dari seorang pelayan.   "Mengapa aku harus bangun dan kembali ke dunia ini lagi. Aku lebih suka mimpiku yang indah di dunia modern. Di sana aku bisa menjadi seseorang yang bebas tanpa tekanan. " Tubuh Sakira merosot ke lantai kristal yang dingin.   "Di sini, aku hanyalah ratu yang tidak diinginkan. Ratu yang diabaikan oleh kaisar karena dia memiliki permaisuri yang ia cintai," lirih Sakira.   Sakira mengangkat kepalanya, senyum miris tersungging di bibir merahnya ketika menyadari jika istananya masih seperti dulu. Dingin dan sepi. Hanya sedikit pelayan yang berlalu lalang di istananya.   Ceklek.   Suara pintu terbuka.   Prang!   "Oh, Ratu! anda sudah sadar! "   Teriakan Mei di pintu kamar Sakira yang melengking mengalihkan semua perhatian pelayang yang bekerja. Mereka berbondong-bondong menuju kamar sang ratu dan mulai menangis.   "Yang mulia ratu. "   "Syukurlah anda sudah sadar kembali. Tapi mengapa anda duduk di bawah?" tanya Miko.   Mei membantu Sakira kembali ke ranjang dan duduk. Para pelayan langsung berjajar di depan Sakira dan memberi hormat meski sambil menangis.   Melihat semua pelayan di istananya menangis, Sakira menghela nafas.   "Hei, aku sudah bangun. Tetapi kalian justru menangis seolah aku mati. "   "Kami sangat bersyukur, Ratuku, hiks. "   "Jika demikian hentikan tangis kalian dan tersenyum. Aku akan merasa bahagia ketika kalian tersenyum manis padaku. "   Para pelayan saling berpandangan, mereka terkejut melihat Sakira yang menggoda mereka. Semenjak mereka bekerja di istana kristal, baru pertama kalinya Ratu Sakira melontarkan gurauan.    "Kenapa lagi dengan wajah kalian. Setelah kalian menangis---sekarang kalian seperti melihatku memiliki empat mata. "   "Itu...kami. "   "Hihihi baiklah-baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi. Aku masih baru bangun jadi tidak perlu terlalu kaku. "   "Yang mulia ratu~"   Mereka menyadari jika sang ratu menjadi lebih hangat. Memang ratu yang terdahulu tidak kejam atau suka menyiksa bawahannya. Tetapi ratu yang dulu memiliki kesan dingin yang angkuh. Dia juga pekerja keras sekaligus tegas. Membuat siapapun takut dan hormat.   "Silakan bekerja kembali, setelah itu hidangkan makanan yang lezat. Kita berpesta bersama malam ini. "   Sakira yang terbiasa dengan kebiasaan modern menganggap jika mereka semua setara. Dia juga memerintahkan tidak perlu membungkuk untuk menyapanya. Juga tidak ada acara berlutut kecuali dalam hal yang resmi.   "Tetapi... itu melanggar tradisi dan aturan, Ratu. " Mei menyuarakan pendapatnya.   "Tradisi ini tetap dijalankan ketika ada hal resmi, " jawab Sakira.   "Sudahlah, ayo cepat kalian bersiap. "   "B-Baik. "   Dengan wajah berseri seri para pelayan segera membereskan pekerjaannya. Kemudian menuju dapur agar segera memasak dan ikut berpesta. Adalah hal yang jarang bagi pelayan seperti mereka untuk berpesta. Sekarang sang ratu ingin merayakan pesta bersama mereka, jelas mereka sangat bersemangat.   Sakira tersenyum melihat para pelayan yang bergembira. 'Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Padahal aku bisa merasakan dengan jelas kehidupan modern. Tetapi kenapa aku kembali lagi ke sini? Apakah jiwaku menjelajahi waktu ketika aku tertidur? '   Sakira masih ingat jika dia terlahir di sebuah negara modern dan memiliki surai pirang yang memiliki helaian pink di beberapa sisi. Di sana ia memiliki sebuah keluarga dan bahagia. Ada yang namanya sekolah, teman-teman, gedung tinggi. Juga hiburan berupa artis.   "Ratuku, air mandi sudah siap. " Suara Mei mengambil kembali kesadaran Sakira yang sedang melamun.   "Baik, terima kasih. "   Langkah anggun Sakira tidak lagi melayang seperti angin ketika ia menjadi ratu. Tetapi lebih kearah anggun penuh percaya diri. Para pelayan yang melihatnya agak tertegun dengan perubahan tingkah laku sang ratu. Sekarang, Ratu Sakira seolah memiliki kepercayaan diri yang belum pernah mereka lihat sebelum dia tidur. . . .   Istana Langit.   Seorang pria tampan berusia dua puluh tujuh tahun duduk di ruang kerjanya dengan sikap anggun. Jubah hitam yang disulam benang emas dan perak menghiasi membuatnya nampak mulia. Terdapat mahkota di kepalanya sehingga membuat siapa pun bisa menebak posisinya.   Kaisar yang mendapatkan berita tentang sang ratu yang baru bangun hanya mendengus malas. Dia melambaikan tangannya untuk menyuruh pengawal itu pergi.   "Berita yang tidak penting seperti itu mengapa harus mereka laporkan padaku. " Callisto menggerutu sambil memandang dokumen di meja. Wajah tampannya berkedip-kedip kesal karena terganggu oleh laporan yang ia anggap tidak penting.   "Yang mulia, bagaimanapun dia adalah seorang ratu. Kita harus menjaga perasaan rakyat yang mendukungnya. "   Seorang wanita cantik bersuara dengan lembut. Wajahnya yang imut nampak segar di mata Callisto. Dia adalah Irene, permaisuri yang merupakan cinta pertama sang kaisar. Namun kekasihnya ini tidak bisa mendapatkan kehormatan menjadi ratu karena perintah mendiang kaisar, Callisto terpaksa menikahi Sakira dan mengangkatnya menjadi ratu jika ingin mendapatkan tahta kerajaan.   Tidak sulit bagi Irene untuk membujuk kaisar agar mengunjungi Sakira. Permaisuri kecintaan Callisto ini tidak pernah gagal membujuk Callisto melakukan sesuatu.   "Andaikan dia tidak ada maka kau yang bisa menjadi ratu sekaligus permaisuriku. Ini semua karena wasiat mendiang ayah yang memaksaku untuk menikahinya dan menjadikannya ratu. Aku jadi menganiaya dirimu. "   "Asal bersama yang mulia, Irene tidak keberatan, " jawabnya dengan lembut. Permaisuri Irene berdiri dan pamit untuk mempersiapkan diri mengunjungi Ratu Sakira. Tubuhnya yang lemah gemulai memabukkan Callusto hingga ke inti.    Setelah kepergian Irene, Callisto berdiri. Dengan terpaksa dia mengunjungi Sakira. Bagaimanapun juga sebelum Sakira  tidur panjang, gadis itu berhasil mengelola istana dengan baik.   Callisto mendesah membayangkan harus melihat pemandangan menyilaukan Sakira. Dia tidak akan pernah lupa segala dandanan berat yang wanita itu kenakan. Orang yang melihatpun tertular ketidaknyamanannya ketika memakai baju keemasan yang di hiasi emas. Rambut dengan mahkota emas yang besar dan berat.   Dengan langkah gontai yang diiringi beberapa pelayan, Sakira menuju ke istana kristal. Kedatangan kaisar bertepatan dengan Sakira yang selesai mandi. Dia melonjak terkejut ketika melihat Callisto berada di belakangnya. "Salam yang mulia."   Callisto tidak mempercayai penglihatannya sekarang. Di depannya seorang gadis cantik dengan fitur segar yang menyenangkan mata memberi hormat padanya. Di samping itu, dengan pakaian tipis usai mandi maka terlihat tubuh Sakira yang menonjol. 'Ini pasti salah. Sakira tidak mungkin secantik ini.'   Sakira tidak pernah lupa sosok tampan yang memikat hati setiap wanita di kerajaan Awan di dunia Morgan ini. Itu pula yang membuatnya tergila-gila hingga rela mengabaikan kebahagiaannya demi membuat kaisar bersama wanita yang ia cintai memiliki lebih banyak waktu bersama. Sayang sekali kaisar menganggap jika dia bekerja keras mengelola istana dalam hanya ingin status ratu. Sakira tidak akan lupa ucapan yang Callisto ucapkan pada permaisuri Irene.      "Dia hanya wanita serakah. Dia memang pantas bekerja dan kita bisa menikmati waktu lebih banyak. Lagi pula yang akan menjadi kaisar selanjutnya adalah anakmu, dan ratu akan tetap menjadi ratu yang bekerja. " Mendengar ucapan sang kaisar, hantaman kekecewaan dan kesedihan membuatnya pingsan. Dan tanpa di sangka pingsannya dirinya membawa jiwanya ke dunia modern. tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN