Hati Yang Tertutup

1599 Kata
  Istana utama penuh energi hidup yang dihiasi oleh tawa para pelayan. Derai cekikikan terdengar di setiap sudut ruangan istana kristal. Para pelayan yang sudah lama tidak tersenyum kini berbahagia. Mereka mempersiapkan segala sesuatu untuk jamuan pesta dengan sempurna disertai tawa lebar. Hasilnya, pesta kecil itu menjadi meriah meski disertai tangisan kecil atas hadiah dari Sakira. Jadi mereka tidak bisa lagi menahan kegembiraan merayakan sadarnya sang ratu dari tidur panjangnya.   "Kalian lanjutkan pestanya. Aku harus ke ruang kerja sejenak. "   "Ra-ratu... " Aura kekecewaan terbayang di wajah mereka.   "Aku hanya sebentar. Setelah itu aku akan kembali ke sini lagi. "   "Baik ratu. "   "Mei, kau juga tidak perlu mengantarku ke ruang kerja. Dirimu juga harus bersenang-senang. Jangan lupa untuk ikut menari Mai... "   Mereka berdiri memberi salam pada Sakira sebelum gadis itu meninggalkan ruang jamuan. Lalu melanjutkan pesta kembali. Kegembiraan pun menaungi ruang jamuan yang dipenuhi orang. Hanya ada satu orang yang pikirannya tidak ke arah situ. Dia adalah sang ratu sendiri. Di ruang kerjanya, dia memerankan semut yang mondar mandir. Dalam benaknya saat ini di penuhi rencana untuk melarikan diri tanpa membahayakan keluarganya atau para pelayan yang bekerja di istana kristal. Dia mengambil peta yang ada di sudut ruangan. "Hanya jika aku meninggal maka kaisar dan keluargaku tidak akan mencariku, " guman Sakira.   Meskipun ayahnya hanya mencintai ibu tiri dan anak yang lahir dari selirnya itu, tetapi Sakira tidak bisa membiarkan mereka menanggung akibat jika ia melarikan diri.   Sebuah ide melintas di kepala Sakira dan membuatnya tertawa senang. "Bagus sekali. Aku akan mengunjungi kuil naga dan melarikan diri dari sini. Huh masa bodoh dengan kewajiban ratu. Siapa yang sudi jadi perawan abadi. "   Sakira mengangguk-angguk sambil berpikir. Dia masih memikirkan tempat untuk tinggal. Jika dia tinggal dan ditemukan oleh prajurit maka segala usahanya sia-sia.   Matanya meneliti peta yang sudah tergeletak di depan matanya. "Tunggu dulu, satu-satunya yang tidak di sentuh oleh tangan kekaisaran negeri Awan adalah perbatasan dunia binatang Mitologis dan dunia menusia atau negeri Awan. Yah, aku harus menuju ke sana. ''   Suara musik mengalihkan perhatiannya. Sebuah senyum terukir di bibir merah cerry Sakira. "Jadi jamuan kecil itu selesai. "   Sesuai janjinya, Sakira segera menuju ruang jamuan. Kali ini dia melangkah dengan perasaan ringan. Mimpinya untuk hidup bebas dan normal. akan segera dia wujudkan.   "Yang mulia ratu, kaisar sudah menunggu anda. " Kedatangan seorang prajurit pembawa pesan menghentikan Sakira dari langkah menuju kursi jamuan tadi. Sakira memberikan tatapan menyesal pada para pelayan dan prajurit yang berada di ruang jamuan kristal.   "Kalian bersenang-senanglah tanpa kehadiranku. Ternyata Kaisar Callisto menungguku. "   "Baik, Ratu. "   Sakira pun mengikuti prajurit tadi. Dia menuju istana langit di mana Kaisar Callisto menunggunya.   "Saudari sudah tiba, ayo kita menuju aula istana, Yang mulia, " permaisuri Irene meraih lengan Callisto dengan sedikit keras. Dia merasa tidak nyaman ketika Callisto tidak melepaskan pandangannya dari Sakira. Hatinya mendidih karena cemburu.   Callisto tersentak oleh tindakan Hanare. Dia terpaksa mengikuti langkah sang permaisuri meski ingin melihat Sakira lebih lama lagi. Entah apa yang terjadi pada dirinya, Callisto merasa tak berdaya di depan dua istrinya.   Tingkah Irene yang kekanakan tidak mengusik Sakira sama sekali. Ratu itu hanya memasang wajah datar saat mereka berdua pergi. Saat ini, dia tidak lagi memperdulikan sang kaisar yang meninggalkannya di belakang untuk berjalan bersama sang permaisuri. Dia sudah kebal dan tau bagaimana caranya melepaskan perasaannya pada Callisto.   Dia bukan lagi Sakira yang buta karena cinta. Dia sekarang adalah sosok realiatis yang jiwanya pernah menjelajahi dunia lain. Andai sikap Callisto yang meninggalkannya tadi terjadi sebelum jiwanya merantau ke dunia modern maka Sakira pasti merasa dunianya hancur. Kemudian menundukkan kepala dan berjalan dengan menahan pandangan iba sekaligus mengejek dirinya yang diabaikan sang kaisar.   Sangat berbeda dengan perasaannya sekarang. Tidak ada riak kesedihan. Yang ada hanyalah perasaan bosan.Dia justru berharap jika kaisar tidak memperhatikannya. Dia ingin tenang tanpa menjadi pusat kecemburuan Irene sebelum rencana melarikan diri.   Sayangnya hal tersebut hanya harapannya belaka. Kehadirannya justru menarik perhatian para tamu. Bahkan kaisar sendiri tidak melepaskan pandangannya dari Sakira yang cantik.   Bisik-bisik diantara para tamu pun terdengar. "Apa aku salah lihat, ratu Sakira terlihat sangat cantik. "   "Itu pasti karena dia tidak memakai riasan tebal seperti biasanya. "   "Bahkan aku dulu mengira jika Permaisuri Irene yang lebih cantik dari pada ratu. Ternyata aku salah. "   "Dia seperti kupu-kupu yang setelah menjadi kepompong. "   "Benar. "   Para undangan yang duduk di tempat yang di sediakan tidak bisa berkonsentrasi dengan tarian yang dihadirkan. Mereka lebih suka melihat Ratu Sakira yang sekarang duduk di samping kanan kaisar Callisto. Yang lebih mengejutkan, Callisto ikut melihat Sakira tanpa berpaling sedikit pun.   Hal tersebut membuat Permaisuri Irene meremas roknya. Baru kali ini dia merasakan terhina seperti ini. Padahal sebelumnya dirinya yang selalu menjadi pusat perhatian.   "Ehem, yang mulia... karena hari ini merayakan bangunnya ratu dari tidur panjangnya, alangkah baiknya jika anda memberikan ratu hadiah. " Irene berusaha menarik perhatian Callisto dan membuat para bangsawan kagum atas kemurahan hatinya. "Itu benar, " jawab Callisto kembali menatap Irene kemudian ia mengalihkan kembali pandangannya pada Sakira. "Apa yang ratu inginkan? katakan saja, Kaisar ini tidak akan menolaknya. " Callisto berkata dengan lembut. Selembut pandangan matanya pada Sakira. "Terima kasih atas berkah yang mulia. Ratu ini tidak meminta apapun, hanya saja saya ingin mengunjungi kuil Naga."   Callisto mengambil tangan Sakira yang duduk di sampingnya. Sungguh ia tidak tahan melepas pandangannya dari ratunya itu. "Hanya itu? Bagaimana jika aku menganugerahkan tiara emerald ratu terdahulu? Aku yakin itu akan cocok untukmu. "   Sakira menepis dengan halus pegangan tangan Callisto. menggelengkan kepalanya, "Ratu ini hanya ingin pergi ke kuil naga. "   Callisto menghela nafas menyesal karena sikap dingin Sakira. Tapi ini memang salahnya. "Baiklah, kau bisa mendatanginya besok. "   Callisto berpikir jika menuruti segala keinginan Sakira, maka hati Sakira akan menjadi miliknya kembali. Bagaimana pun dia juga istrinya. Tugasnya harus mencintai suami atau menuruti perintah kaisar. Callisto bertekat untuk memperlakukan Sakira dengan baik. Jika semua sesuai rencananya maka mereka bisa menyempurnakan pernikahan. Callisto yang sekarang begitu ingin menyempurnakan pernikahannya yang tertunda tiga tahun.   'Benar juga, meskipun aku tidak mencintainya tetapi kecantikan nomor satu seperti ini tidak baik untuk dilewatkan. '   'Sudah waktunya aku memberikan apa yang ia impikan selama ini, ' Pemikiran-pemikiran itu membuat Callisto turut menikmati perjamuan ini. Dia bahkan terlihat lebih bersemangat.   Kaisar Callisto tidak melihat kebencian yang mulai merambat naik memasuki hati Permaisuri Irene. Siapa pun tidak akan pernah tau kapan wanita berhati bersih tercemar oleh rasa cemburu yang mengakibatkan hatinya menghitam. Permaisuri Irene sangat merana melihat Callisto tidak melepaskan pandangannya dari Sakira. Meski dia tau jika Sakira juga istrinya tetapi Permaisuri Irene tidak rela Callisto menatap wanita lain.   Di sisi lain, Sakira sudah tidak sabar untuk segera mengunjungi kuil Naga. Kunjungan itu adalah pintu gerbang kebebasannya dari penjara indah ini. Dia tinggal menyiapkan kebutuhannya untuk hidup di luar istana. Lagi pula keahlian yang ia dapatkan dari jaman modern sangat berguna untuk hidup di luar istana. Akh, rasanya dia sangat tidak sabar.   Jamuan semakin meriah. Pertunjukan telah sampai pada pertunjukan seni para putri bangsawan yang ingin menunjukkan bakatnya. Mereka berharap bisa menarik perhatian kaisar dan menjadi selir kerajaan. Hanya saja, kaisar masih terfokus pada Sakira yang melihat pertunjukan dengan sedikit senyum. Itu membuatnya semakin terlihat indah. . . .   Malam pun berlalu, Sakira sudah kembali ke istana kristal. Dia merasa letih tetapi masih bersemangat. Tangannya sangat sibuk menyiapkan bungkusan untuk keperluan melarikan diri. Dia begitu senang hingga tidak sempat berganti baju usai mandi. Kleek. Bunyi pintu kamar terbuka mengejutkan Sakira. Dengan cepat ia menyembunyikan bundelan bajunya. Sakira lebih terkejut lagi melihat sang kaisar datang ke kamarnya dengan wajah lembut. "Ya-Yang mulia, mengapa anda di sini!? " "Mengapa kau terkejut melihatku? Bukankah kita suami istri. Tidak ada salahnya aku berada di sini. " Callisto mengernyit bingung dengan sikap terkejut Sakira.   Sakira memucat mendengar ucapan dari Callisto. Dia tidak menyangka jika kaisar akan mendatanginya.   "I-itu, ehem. Saya cukup terkejut, tetapi yang saya dengar Permaisuri Irene sedang hamil. Jika dia tau Yang mulia pergi ke kamar saya maka saya takut Permaisuri Irene akan sedih, " ucap Sakira. 'Demi apapun bisakah kau pergi. Sudah terlambat memperbaiki hubungan kita yang dingin, ' batin Sakira.   "Kau kira Irene kurang baik hati?"   "Bu-bukan itu, tetapi hormon wanita hamil sangat sensitif. Jadi saya akan merasa bersalah jika sang bayi sedih jika ibunya merasa sedih. " Sakira berpura-pura memasang wajah menderita.   "Jangan membuat saya merasa bersalah karena membuat anda berada di sini pada saat saudari Irene membutuhkan perhatian anda lebih dari biasanya. " Sakira menjawab dengan penuh permohonan.   'Oh My Godness. Pergi saja. '   Callisto sedikit kecewa dengan ucapan Sakira. Dia tidak menyangka jika sang istri pertamanya menolak dirinya pada saat ia ingin menyempurnakan pernikahannya. Terlebih dia melihat keengganan Sakira untuk mendekatinya.   Ada perasaan tidak nyaman pada saat Sakira menatapnya dengan penuh penolakan. 'Sepertinya aku sudah sangat mengecewakan dirinya. Bearti aku harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan kembali hatinya, ' batin Callisto.   "Baiklah. Aku akan datang lagi esok hari. "   Callisto  meninggalkan Sakira dan menuju istana air. Baru pertama kali rupawan sepertinya ditolak oleh wanita, terlebih wanita ini adalah istrinya sendiri. "Semoga Matahari negeri Awan panjang umur. "   'Semoga kita tidak bertemu lagi. Ku harap jodoh kita berhenti di sini. '   Yang tidak diketahui Sakira ialah perasaan tidak nyaman Callisto ketika meninggalkan istana air. Pada saat Callisto tiba dia tidak sengaja melihat kulit putih lembut Sakira di balik jubah menerawang ratunya. Pria normal manapun akan beraksi dan mengeras melihat istrinya yang basah dan berpakaian terbuka berada di kamar. Alhasil berkat pengusiran yang dilakukan Sakira dia terpaksa pergi ke istana air dengan kondisi ereksi yang bersemangat. Sialan. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN