Natt menutup mulutnya ketika rasa mual naik ke tenggorokannya. Ia pun setengah berlari ke arah kamar mandi dan muntah di toilet tepat pada waktunya. Tak banyak yang bisa ia muntahkan, tapi cukup melegakan perutnya yang sempat bergolak. Juga dari pertanyaan Darren yang serasa menyudutkannya. “Apa kau baik-baik saja?” Darren langsung membungukuk dan mengusap punggung Natt lembut. Menguncir rambut Natt dengan tangan lainnya agar tak kena muntahan. Natt bangkit berdiri sambil menyeka ujung bibirnya dari sisa muntahan. “Kau sakit?” Darren mengambil tisu, menurunkan tangan Natt dan berganti mengusap di sekitar bibir. Natt menggeleng. “Perutku sedikit tidak nyaman. Mungkin ini yang dikatakan dokter kemarin tentang gejala kehamilan.” “Kalau begitu istirahatlah. Kau ingin minum? Atau makan bua