Lionel menghentikan mobilnya di depan rumah orang tuanya. Membuka pintu mobil untuk sang istri. Sedangkan Lerina sudah keluar lebih dulu. Dan berlari masuk ke dalam rumah. Lionel yang menatap adiknya berlari menggeleng pelan.
Lionel melihat pada Lorens yang baru pulang. Bocah itu ntah dari mana. Dan Lionel juga tak berniat bertanya. Lionel masuk ke dalam rumah mengandeng tangan istrinya. Keduanya saling tertawa satu sama lain, dan Lorens yang melihat itu hanya menggeleng pelan.
“MAMA! LERINA DILAMAR!” teriakan Lerina mengema di dalam rumah.
Claire dan Alex yang sedang bersantai menikmati waktu mereka. Langsung saja berdiri dan melihat putrinya masuk ke dalam rumah dengan wajah bahagianya. Lerina memeluk ayah dan ibunya erat.
“Samuel lamar Lerina. Dia akan bertunangan dengan Lerina,” ucap Lerina tersenyum lebar mengatakannya. Senyumannya tidak luntur sama sekali.
Claire dan Alex yang mendengarnya tersenyum. Mereka ikut senang dengan kebahagiaan putri mereka. Mereka akan membicarakan ini dengan Luna dan Natha. Akhirnya mereka akan menjadi besan. Dulu waktu anak mereka masih kecil, mereka hanya bercanda gurau dengan mengatakan kalau mereka akan berbesan.
“Benarkah sayang? Mama akan menyiapkan pertunangan kamu dengan Mom Luna. Dan dia pasti senang mengetahui kamu dan Samuel akan bertunangan.” Kata Claire.
Lerina tertawa kecil dan mengangguk. “Lerina juga sudah tidak sabar untuk bertunangan dengan Samuel. Lerina tadi kaget loh Ma, saat Samuel lamar Lerina. Mama tahu sendiri, kalau Samuel itu seperti orang yang alergi melihat pada Lerina.” Cerita Lerina duduk di sofa, dan memeluk lengan ayahnya manja.
Claire menggeleng pelan. “Kamu tahu, kalau orang yang seperti Samuel itu, orang yang diam-diam suka. Dan tidak mau menunjukkannya terlalu. Dia akan menunjukkannya dengan cara dia mengajak kamu langsung bertunangan,” kata Claire.
“Benarkah?” tanya Lerina senang.
Claire mengangguk. “Benar sayang. Kalian kenapa lihatin Lerina kayak gitu?” tanya Claire pada ketiga putranya yang secara kompak berada di rumah.
Lorens mencibir. “Kau yakin dia menyukaimu? Kau jangan sakit hati nantinya.” Lorens beranjak dari situ setelah mengatakannya.
Levin tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan sang adik. “Aku setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lorens. Dia bukan lelaki baik-baik.” Levin juga beranjak dari sana.
Kini hanya tinggal Lionel di sana. Liona sebenarnya juga ragu, namun dia tak mau mematahkan rasa senang adiknya. Dia tidak ingin adiknya sedih. Jadi, dia akan memantau semuanya dari jauh saja. Kalau Samuel berani menyakiti adiknya, maka dia yang akan bertindak.
“Kakak percaya kalau dia pasti bisa membahagiakan kamu.” Kata Lionel meringis mengatakan itu.
Lerina tersenyum, paling tidak ada satu saudaranya yang mendukung dirinya. Lerina akan membuat Samuel bertekuk lutut dibawahnya. Dan tidak akan pernah bisa melepaskan dirinya. Lelaki itu hanya akan mengingat nama Lerina terus menerus dalam hidupnya.
“Kalau gitu, Lerina masuk dulu dalam kamar.” Ucap Lerina berdiri dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar. Dia ingin menelepon Samuel. Berharap lelaki itu akan menjawab panggilan telelponnya atau membalas pesannya.
Di tempat lain, Samuel sedang menikmati waktunya dengan meminum minumannya dan menggoyangkan gelasnya dan tersenyum tipis. Karena dirinya telah berhasil melamar Lerina. Ya. Dia memang ingin melamar gadis itu dari dulu. Melihat bagaimana ibunya yang sangat menyukai Lerina sebagai menantu.
“Kau kelihatan senang?” tanya temannya yang ikut minum dengannya malam.
“Ya. Aku melamar seorang gadis. Dan ibuku sangat menyukai gadis itu.” Jawabnya, dan tersenyum tipis.
“Kau juga menyukai dia?” tanya teman Samuel.
Samuel tidak menjawab dan melihat satu orang wanita yang berjalan mendekati dirinya. Samuel merentangkan tangannya dan memberikan akses untuk wanita itu duduk di pangkuannya. Samuel memainkan tubuh wanita ini dengan senang hati. Membuat wanita itu mendesah pelan dan menggigit bibirnya.
“Kau mau yang lebih sayang?” tanya Samuel.
Wanita itu mengangguk. Dia ingin merasakan milik Samuel masuk ke dalam miliknya. Samuel berdiri dari tempat duduknya, dan menatap ke salah satu meja. Di sana ada seorang pria yang amat dikenal oleh dirinya. Samuel menyeringai men atap pria itu.
“Kau tunggu di sini sayang. Aku ingin menemui seseorang dulu,” katanya meninggalkan wanita itu sendirian dan berjalan mendekati pria itu.
“Halo calon adik ipar.” Sapa Samuel dengan wajah menyebalkannya.
Levin yang mendengarnya tersenyum sinis. “Siapa yang kau bilang calon adik ipar? Kau tak akan pernah menjadi suami saudaraku,” kata Levin, mana sudi dirinya membiarkan Samuel menikah dengan Lerina nantinya. Dia sangat membenci pria ini.
Samuel tertawa kecil. “Kami menikah masih lama. Tapi untuk menjadi tunangannya, akan dilaksanakan seminggu dari sekarang. Kau pasti sudah melihat bukan? Betapa senangnya saudaramu akan menikah denganku. Kau seharusnya mendukung dan mengatakan hal baik.” Kata Samuel mengambil duduk di depan Levin.
Levin mendelik. “Aku tidak akan mendukungnya. Walau aku acuh pada saudara kembarku. Tapi aku sangat menyayangi dirinya. Dia bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik darimu!” kata Levin, mana mungkin dirinya membiarkan Lerina terjebak dengan pria ini. Pria yang akan mengacaukan hidup saudaranya.
Samuel tersenyum mengejek. “Lelaki lain? Sedangkan dia saja hanya mencintaiku. Sudah banyak pria yang ingin mendekatinya. Dan kau tak bisa melihat? Kalau dia hanya melihat padaku. Dia tidakm mau dengan para lelaki itu. Walau mereka lebih baik dariku. Ingat, yang b******n itu lebih menggoda dibanding yang alim.” Samuel berdiri dari tempat duduknya, berjalan mendekati wanita bayaran itu kembali.
Samuel melambaikan tangannya pada Levin saat berjalan keluar dari klub malam. Levin yang melihat itu mengepalkan tangannya. Lerina adalah tuan puteri di rumah mereka. Apa pun yang diinginkan oleh Lerina mereka akan mengabulkannya. Bahkan mereka tak pernah membiarkan Lerina bekerja. Mereka selalu mengisi rekening Lerina dengan banyak uang.
Levin sudah mengatakan pada saudaranya tadi tentang hal kejam. Agar saudaranya itu mau mendengarkan. Tapi saat dia mendengar apa yang dikatakan oleh Lionel, dia langsung mendengkus dan ingin menendang anak pertama itu. Dia seperti sengaja untuk mengoper Lerina ke dalam kubangan buaya.
“Aku tak akan membiarkan ini mudah. Kau lihat saja Samuel, kau tak akan bisa menyakiti saudaraku.” Kata Levin menghabiskan minumannya, dan berjalan keluar dari klub malam.
Levin masuk ke dalam mobilnya, dan melajukan mobilnya membelah jalanan. Dia akan pulang ke apartementnya malam ini. Tak mungkin dirinya pulang dalam keadaan mabuk seperti sekarang, yang hanya akan dimarahi oleh ibunya. Wanita itu tidak suka melihat anaknya mabuk dan bermain dengan banyak wanita.
Bagi mereka itu hanya hiburan. Yang sedikit baik dari mereka hanya Lionel. Pria itu memang sangat baik, dengan menikahi wanita yang dicintai olehnya dan tidak pernah macam-macam. Makanya Lionel ini menjadi role mode ibunya untuk membuat Levin dan Lorens agar seperti Lionel.
Mereka masih muda. Dan bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan saat mereka muda dan bebas seperti ini. Kalau suatu hari nanti mereka menikah, dan sudah menemukan perempuan terbaik. Maka mereka akan berubah dan tidak akan menjadi lelaki berengsek lagi.
Levin mengepalkan tangannya, ketika melihat mobil Samuel di depan mobilnya. Dan mobil pria itu berbelok menuju salah satu hotel. Lelaki ini yang akan bertunangan dengan saudaranya? Bukan kebahagiaan yang didapatkan oleh Lerina, malahan kesakitan dan juga kesedihan yang didapatkan oleh Lerina.
Mereka menyayangi Lerina tulus. Dan Samuel hanya menjadikan Lerina sebuah mainan. Dia tak mau itu terjadi. Kalau bisa batalkan saja acara tunangan itu! Untuk apa bertunangan dengan lelaki berengsek itu! Bukannya senang dengan senyuman lebar. Malah air mata yang akan menemani. Lebih baik sakit gigi selama seminggu dibanding sakit hati melihat orang yang dicintai bermain dengan orang lain.
“Kau tak akan bisa memainkan saudaraku Samuel. Dia memiliki banyak orang yang sayang padanya.” Tangan Levin terkepal sambil menyeringai.