Siang tengah bolong.
Cuaca terasa panas sekali! Katty mengelap keringat yang bercucuran di dahinya. Sambil menghela napas kesal dia menjalani hukumannya, mengepel gudang sekolah! Gegara ulah Silva, Katty diberi kehormatan membersihkan gudang sekolah.
Mendadak tadi pagi cewek itu melabrak Katty, dia menuduh yang enggak-enggak. Dibilang Katty berusaha merebut John dengan sok jual mahal hingga bikin John penasaran! Tentu saja Katty tak terima dikatain seperti itu. Tapi Silva tak menerima penjelasan Katty. Dia bahkan menampar Katty dan menjambak rambutnya.
Katty berusaha menahan tangan Silva. Saat itulah Pak Ridwan guru BP lewat. Dengan licik, Silva menarik tangan Katty ke dadanya lalu dia pura-pura jatuh. Kesan yang nampak adalah Katty mendorong Silva hingga jatuh! Akibatnya Katty langsung disidang di ruang BP, dan kini dia sedang menjalani hukumannya.
Ceklek.
Katty menoleh saat ada yang membuka pintu gudang, dia mendecih kesal begitu melihat John masuk dengan raut wajah menyebalkannya. Huh, setelah si cewek yang bikin gara-gara, kini yang cowok menyempurnakannya! Apes benar nasib Katty.
"Wah ada Upik Abu," ledek John.
Katty hanya mendengus, lalu lanjut mengepel lantai gudang. John menghampiri Katty, dia menahan tongkat pel yang dipakai cewek itu dengan kakinya. Katty jadi geram karena kerjaannya terganggu.
"Lepas!" bentak Katty.
John tersenyum tengil.
"Boleh, dengan syarat berikan gue ciuman terbaik lo."
"In your dream!" maki Katty sembari menginjak kaki John keras.
John mengaduh sambil mengangkat kakinya. Dengan acuh, Katty meneruskan kegiatannya mengepel lantai. Abis nanggung, udah mau selesai!
John gusar diperlakukan seperti itu, dia mendorong tubuh Katty hingga mepet ke tembok gudang.
"Lo pikir gue enggak tau, dibalik wajah polos lo tersimpan kejalangan lo!" desis John kesal.
Katty melotot, dia sudah jenuh diganggu John dan ceweknya yang pecemburu itu!
"John, lo gila!" maki Katty, "gue bener-bener gak berminat sama elo! Jangan ganggu gue lagi. Bukannya masih banyak cewek yang mau lo kerjain?!"
"Tapi sayang, saat ini gue maunya ama elo. Mungkin setelah kita tidur sekali, gue akan lepasin elo."
Plak! Katty menampar pipi John saking sebalnya. John semakin marah, dia mencengkeram kedua tangan Katty dan mengancamnya.
"Gak usah belagu, lo! Nasib keluarga lo di tangan keluarga gue. Kalau gue perintahin bokap gue untuk menarik uang yang dihutang Mami lo, pasti kalian sekeluarga akan berakhir di jalanan!"
Wajah Katty berubah pias.
"Mami ngutang ke bokap lo?" tanya Katty tak percaya.
"Tanya aja Mami lo sendiri!" John tersenyum penuh kemenangan.
Saat Katty terpaku, John memanfaatkan kesempatan itu untuk menyambar bibir Katty. Dia melumat dan mengigit bibir Katty dengan kasar hingga gadis itu berontak. Namun John tak mau melepasnya begitu saja. Dia semakin kuat menekan tubuh Katty. Untung Katty masih punya inisiatif lain. Dia berhasil menendang s**********n John hingga badboy satu itu mundur sambil memegang selangkangannya yang ngilu.
Katty memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri. Tak lupa ia memberi bonus sodokan tongkat pel di pinggang John.
***
Tuan Barkas Santiago memacu gairahnya pada tubuh yang berbaring di depan meja kerjanya dengan kasar dan cepat. Napasnya menderu, keringat membasahi seluruh tubuhnya. Wanita yang disetubuhinya menatapnya sayu hingga membuat libido Tuan Barkas semakin naik. Tuan Barkas mempercepat gerakannya, ia hampir mencapai puncaknya.
Tok.. Tok.. Tok.. Bunyi ketukan pintu terdengar bertepatan dengan selesainya aktivitas tak senonoh antara boss dan asisten pribadinya itu. Tuan Barkas memberi kode pada staf bispak nya untuk segera merapikan diri.
"Masuk!" teriak Tuan Barkas setelah keadaan di dalam 'aman'.
Leni, sekretarisnya masuk melaporkan sesuatu, "Tuan, ada tamu. Wanita."
Kata 'wanita' selalu membuat Tuan Barkas jadi lebih bersemangat..
"Suruh masuk," perintah Tuan Barkas sambil meminta asisten pribadinya meninggalkan ruangannya.
Ternyata yang datang adalah Gwen. Ia nekat datang untuk menanyakan status pinjamannya.
"Tuan Barkas, selamat siang," sapa Gwen formil.
Tuan Barkas memandang penuh minat wanita didepannya, mengapa dia baru tahu ada wanita secantik ini di desanya?
"Siapa Nona?" tanya Tuan Barkas penasaran.
"Saya Gwen Stephanie. Salah seorang yang meminjam uang di bank anda, Tuan. "
Aha! Jadi wanita ini ada dalam lingkup kekuasaannya. Mengetahui hal ini, hati Tuan Barkas bersorak riang.
"Yah, ada perlu apa?"
Gwen menghembuskan napasnya panjang sebelum bertanya hal yang amat sensitif ini.
"Tuan, saya dengar kabar dari putri saya, dia teman putra anda, John. Putra anda menyampaikan pesan, katanya Anda ingin menarik pinjaman saya beserta bunganya. Apakah itu betul?"
Dia bahkan baru tahu wanita ini adalah kliennya, tapi dengan gaya sok mengerti Tuan Barkas menjawab, "saya khawatirnya demikian. Pinjaman anda sudah jatuh tempo."
Otak Barkas berputar cepat. Dalam waktu singkat ia telah terpikirkan satu cara untuk menjebak wanita supaya jatuh dalam genggamannya!
"Ta-tapi tiap bulan saya sudah mencicilnya, Tuan," ucap Gwen gugup.
Tuan Barkas tersenyum culas, dengan halus ia berkata, "bahkan untuk membayar bunga perbulan saja cicilan Anda tidaklah cukup."
Wajah Gwen memucat. Itu memang kenyataannya. Bisnis peternakannya seret sedang pengeluarannya sangatlah besar.
"Maaf, Tuan. Saya akan berusaha lebih keras untuk mengangsurnya lebih banyak. Tolong beri saya kelonggaran waktu dan kesempatan."
"Saya pribadi ingin membantu Anda, tapi saya harus bertindak hati-hati. Kalau semua klien saya beri kelonggaran, bank saya bisa pailit! "
Posisinya sulit, Gwen menyadari itu. Tuan Barkas tersenyum licik. Tinggal sedikit lagi, mangsanya akan jatuh.
"Nyonya, saya akan lihat apa yang bisa saya lakukan untuk membantu Anda. Mungkin kita bisa bernegosiasi ulang. Ada beberapa ketentuan yang bisa kita tambahkan, mungkin juga ada beberapa hal yang bisa dikurangi. Anda setuju?"
Gwen mengangguk. Ada harapan, ternyata Tuan Barkas bersedia membantunya!
Tuan Barkas tersenyum penuh kemenangan. Wanita ini, cepat atau lambat dia akan menjadi miliknya!
***
"Mommy!" sambut Angie sambil mengembangkan tangannya dan berlari kearah Gwen.
Gwen menyambut pelukan putri bungsunya dengan hangat. Tiba-tiba alarm di kepalanya berbunyi. Ya Tuhan! Dia lupa menjemput Angie. Tapi Angie sudah ada di rumah.
"Siapa yang mengantar Angie pulang?" tanya Gwen heran.
"Patel ganteng," jawab Angie sambil menunjuk Igo yang duduk di ruang keluarga.
Gwen tertegun melihatnya. Mengapa Pater Hilarius terlihat begitu nyaman dan sesuai didalam rumahnya? Seakan ia adalah bagian keluarganya. Igo menoleh dan menemukan tatapan sendu Gwen. Ia tersenyum cerah dan dibalas senyuman penat Gwen.
Sepertinya wanita ini sedang berbeban berat, pikir Igo iba.
"Terima kasih Pater sudah berbaik hati mengantar Angie pulang," ucap Gwen sambil duduk di seberang Igo.
"Its oke. Saya kebetulan ada waktu luang dan kasihan melihat Angie belum dijemput."
Gwen jadi salah tingkah, ia merasa tak enak hati padahal Pater Hilarius sama sekali tak menyalahkannya.
"Maaf tadi saya ada keperluan," tukas Gwen malu.
"Tak apa," sahut Igo simpatik.
Ia menatap Gwen dengan empati hingga membuat Gwen merasakan kehangatan dalam hatinya.
"Anda terlihat capek," guman Igo lembut.
"Mami telja telas tiap hali," timpal Angie prihatin. Ia memijit tengkuk Gwen dengan tangan mungilnya, "Patel bica pijet?" tantang Angie polos.
"Bisa dong! Angie mau dipijit?" tawar Igo sambil terkekeh.
Angie cengengesan hingga menampilkan gigi ompongnya, wajahnya terlihat sangat lucu.
"Pijit Mommy dong. Tacian, Mommy capek."
Gwen terbelalak saat Angie menarik Igo hingga duduk di sampingnya. Dan putri bungsunya itu menaruh tangan besar Igo di tengkuk Gwen. Terasa ada aliran listrik dari sentuhan ringan kulit mereka. Gwen dan Igo sontak terdiam.
"Ayo Patel, pijit Mommy!" perintah boss kecil Angie.
Igo terkekeh lalu mulai memijit tengkuk Gwen hingga wanita itu menggelinjang kegelian.
"Pater, tak usah Pater. Jangan, " elak Gwen.
"Tak papa. Saya cuma menjalankan printah Bos, kok," sahut Igo sambil mengedipkan mata pada Angie.
Mulutnya bilang tidak, tapi tubuhnya berkata lain. Gwen merasa nyaman dan rileks karena pijatan lembut tangan Igo, tak sadar ia mendesah dan menyandarkan punggungnya ke tubuh Igo. Igo berdebar dibuatnya. Ia kembali diliputi keinginan untuk menyentuh wanita yang terlihat pasrah didekatnya ini. Leher Gwen terlihat putih, mulus dan sangat jenjang. Igo menggigit bibirnya sendiri untuk menahan keinginan gilanya untuk mencium dan menyesap leher menggoda itu. Tak sadar wajahnya mendekat. Bibirnya nyaris menyentuh leher Gwen saat ada pegawai Gwen yang masuk dengan tergopoh-gopoh.
"Nyonya! Nyonya! Black ngamuk!"
Gwen tersentak, spontan dia melompat dan berlari kearah luar.
"Siapa Black?" tanya Igo kurang suka. Pria kurang ajar mana yang berani menganggu acara pijat mesranya bersama Gwen?
"Tudanya Mommy," jawab Angie.
Tuda? Oh, mungkin yang dimaksud Angie, kuda. Tak sadar Igo bernapas lega.
"Patel, yuk tita lihat Blatt!"
Igo pun diseret Angie berlari ke pekarangan belakang. Di tempat yang luas itu, Igo melihat Gwen tampak perkasa sedang menunggangi kuda jantan bersurai hitam. Wanita itu berusaha menjinakkan kuda bersurai hitam yang sedang melonjak-lonjak dengan liar. Igo menatap kagum wanita itu. Gwen itu luar biasa!
"Black! Black! Calm boy." Gwen berusaha menenangkan kudanya dengan mengelus-ngelus surai hitamnya.
Sesaat Black menjadi tenang. Gwen mulai mengendorkan tali kekang kudanya. Sialnya justru saat itu mendadak Black menggila! Kuda itu berdiri mengangkat kedua kakinya ke udara. Gwen yang duduk diatas pelananya langsung terpental! Tubuhnya melayang keudara, lalu terjun kebawah tanpa daya. Gwen memejamkan matanya pasrah.
Dug. Tubuhnya jatuh di tempat yang empuk. Gwen membuka matanya, ia merasa heran karena baik-baik saja. Tatapannya bertemu dengan manik mata hazel milik Igo. Gwen ternganga lebar, dari dekat ketampanan Igo terlihat makin memikat. Hati Gwen kacau saat menyadari betapa intimnya posisi mereka kini. Dia dalam gendongan Igo, dan tangannya dengan erat memeluk leher Igo mesra. Mereka saling menatap intens. Hingga tak sadar bibir mereka saling mendekat.
"Aih, Mommy! Mommy mau ciuman sama cowok genit ini, ya?!" terdengar suara cempreng memecah suasana syahdu tadi.
Gwen spontan melompat turun dari gendongan Igo. Dengan wajah merah padam, ia mendekati suara cempreng tadi dan menjewer telinganya.
"Mommy!" protes Leon kesal.
"Cowok genit, hah?! Dia itu Pater Hilarius! Pastur baru di gereja kita."
Leon membulatkan matanya kaget. Pater baru ini terlalu bagus tampilannya sebagai Pastur! Lebih cocok jadi bintang film porno, pikir Leon usil.
"Kau betul-betul Pastur? Bukan aktor porno?" tanya Leon kurang ajar.
Ya ampun, Leon! Gwen kaget dan malu sekali. Pletak! Dia menjitak kepala Leon dengan gemas.
"Leon, Mommy tak pernah mengajarimu menjudge orang sesadis itu. Minta maaf sana!" perintah Gwen pada anak cowoknya.
Sambil bersungut-sungut Leon mendekati Igo dan mengangsurkan tangannya.
"Maaf, "gumannya lirih, nyaris tak terdengar.
"Apa?!" ucap Igo pura-pura tak mendengarnya.
"Maaf," ulang Leon agak keras.
"Apah?!!" Igo pura-pura tak mendengar lagi
"Maafff!!!!" sentak Leon keras.
Igo terkekeh geli. Lalu mengacak rambut Leon gemas.
"Tau darimana kamu tentang aktor porno? Pernah nonton, ya?" tembak Igo.
Wajah Leon memerah. Pasti setelah ini dia bakal diceramahin tentang dosa, bla bla bla.. Boring!
Igo berbisik pelan di telinga anak pra abg ini, "lain kali kalau mau nonton ajak-ajak, dong!"
Bola mata Leon nyaris melompat saking kagetnya. Astagah, pastur ini! Sesuatu banget deh.
Bersambung